"Ayo masuk," ajak Asgard. Sementara itu, Ara masih diam, berdiri di belakang Asgard.
"Ra," tegur Asgard. "Ayo masuk, lo mau jadi patung di depan pintu?"
Ara membuyarkan lamunannya. "Ish! Kok ke rumah lo sih? Katanya ke apartemen?"
Asgard terkekeh. "Kenapa? Lo mau ke apartemen gue aja? Mau berduaan sama gue?"
"Gak gitu!" Bantah Ara. "Tadi lo bilangnya ke apartemen. Sekarang malah ke rumah lo. Gue...malu," cicit Ara. Meski sudah tiga bulan mengenal Asgard, namun Ara hanya pernah ke rumah Asgard satu kali saja dan untuk sekarang adalah yang kedua kalinya.
Asgard mengandeng tangan Ara. "Gak papa, belajar akrab sama calon mertua. Ayah sama Bunda gue pasti seneng kalo tau gue ajak lo ke rumah."
"Paan sih!" Kesal Ara memukul lengan Asgard. Meski begitu, entah sadar atau tidak, Ara tidak menolak saat Asgard terus mengandeng tangannya hingga mereka masuk ke dalam rumah.
"Tadinya sih gue emang mau ajak lo ke apartemen gue, Ra. Cuma gue takut."
Ara mengernyit tidak paham. "Takut kenapa?"
"Takut khilaf. Ntar lo, gue grepe-grepe," jawab Asgard blak-blakan. "Emang lo mau gue gituin? Soalnya kalo di apartemen kan cuma berduaan. Banyak setan. Takut gue beneran kegoda."
"Ck!" Decak Ara. "Mulut lo! Ntar Bunda atau Ayah lo denger!"
Asgard terkekeh. "Mereka mah santai. Palingan kita gak jadi tunangan. Tapi langsung dinikahin."
"Asga—" Ara mengatupkan bibirnya rapat-rapat saat, Rianti—Bunda Asgard tiba-tiba muncul.
"Eh, Ara," sapa Rianti agak terkejut. Namun di detik berikutnya wanita itu langsung tersenyum hangat. "Calon mantu Bunda, apa kabar, hm?"
"E—em baik kok, Tante," angguk Ara sedikit kaku karena deg-degan. "Tante sendiri gimana kabarnya?" Tanya Ara kikuk.
"Baik dong. Duh Ara, kan Bunda udah bilang, panggil Bunda aja, jangan Tante. Biar lebih enak."
Ara mengangguk pelan. "Oh iya, B-Bunda."
"Aduh, cantik banget sih," puji Rianti mengusap pelan rambut Ara. "Pantes Aga kepincut sama kamu. Sampe tiap malem mandangin foto kamu di hapenya," kekeh Rianti.
"Bun," peringat Asgard. "Jangan bongkar, itu rahasia negara."
"Halah, sok-sokan malu kamu," balas Rianti. "Ya gitu deh, Ra. Aga gengsinya emang gede."
Aga—panggilan akrab untuk Asgard yang diberikan oleh Ayah dan Bundanya sejak Asgard masih bayi. Hanya orang-orang tertentu yang biasa memanggil Asgard dengan panggilan Aga.
"Kamu ke belakang sana, Ga. Minta Bibi buatin minuman sama siapin camilan buat Ara. Bunda mau ajak Ara ngobrol," titah Rianti, mengusir Asgard secara halus.
"Ck! Aga mau berduaan sama Ara, Bun!"
"Bunda dulu, kamu belakangan," ujar Rianti tidak mau mengalah. "Sana cepet!" Usir Rianti.
"Lo gak mau lepasin tangan gue, Ra?" Tanya Asgard melirik tangan Ara yang masih betah berada di dalam genggaman tangan Asgard.
Ara segera menjauhkan tangannya. "Lo yang dari tadi gandeng tangan gue!"
Asgard tertawa geli. "Tapi lo nya mau dan keliatan nyaman banget."
"Ish!" Ara memukul lengan Asgard kesal. Kalau tidak di depan Bunda Asgard, sudah Ara tendang kaki Asgard karena saat ini cowok itu bersikap sangat menjengkelkan.
"Udah-udah! Jangan buat calon menantu Bunda kesel!" Rianti menatap Asgard tajam. "Sana-sana!" Usir Rianti membuat Asgard mendengus kasar dan terpaksa menuruti ucapan Bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASGARD | My Crazy Husband
RomanceMenjadi istri orang gila seperti Asgard? ***** •(update setiap hari) •Toxic relationship "Yah, aku mau dia." "Siapa namanya?" "Ara, Arazafa." "Oke, nanti Ayah beli dia buat kamu." Menjadi istri seorang Asgard Dirgantara adalah impian semua perempu...