Budayakan memberi vote sebelum baca<3
"Raa."
Panggilan itu membuat Ara cepat-cepat menghapus air matanya. Ara mendongak, menatap Arion--teman satu kelasnya--yang tadi menolong dirinya saat di jalan tol dengan senyuman tipis.
"Lo udah balik, Yon? Cepet banget."
Ara berusaha terlihat baik-baik saja. Meski sebenarnya Arion juga sudah tahu, bahwa saat ini Ara sedang tidak baik-baik saja.
"Udah," angguk Arion. Arion meletakkan barang bawaannya yang berupa makanan dan beberapa snack di meja yang ada di depan Ara.
Meninggalkan Ara sendiri di ruang tengah apartemennya, Arion berjalan ke arah dapur untuk mengambil peralatan makan.
"Lo aja yang banyak ngelamun, makanya ngerasa gue cepet. Padahal gue keluar lumayan lama."
Arion mendudukkan dirinya di sebelah Ara. Sementara Ara, gadis itu masih tampak canggung. Bagaimana tidak, sebenarnya, Ara dan Arion tidak begitu kenal meski mereka satu jurusan dan satu kelas. Seingat Ara, mereka hanya pernah berbicara dan bertegur sapa beberapa kali saja. Tidak sering. Terakhir kali, waktu Ara diajak satu kelompok oleh Arion namun gagal karena Asgard marah-marah.
"Nih, makan dulu. Gue beli nasi goreng langganan gue. Ini enak banget."
"Gue tau lo laper," tambah Arion.
Arion menyodorkan nasi goreng yang telah ia letakkan di atas piring ke hadapan Ara.
"Makan, Ra," ulang Arion melihat Ara yang hanya diam saja. Tidak memberi respon apapun.
Ara menatap Arion tidak enak. "Sorry ya, Yon. Gue ngerepotin lo."
"Gak papa, lagian gue yang nawarin bantuan ke lo. Bukan lo yang minta bantuan ke gue. Jadi lo gak usah merasa ngerepotin gue."
"Lo makan juga?" Tanya Ara.
Arion tersenyum tipis lalu menggeleng. "Gue udah makan tadi. Lo aja."
Ara mengangguk. Gadis itu segera memakan nasi goreng yang Arion berikan dengan membuang jauh-jauh rasa malunya. Tidak dapat dipungkiri, sedari tadi perut Ara memang sudah keroncongan menahan lapar. Gara-gara pertengkaran sengitnya dengan Asgard tadi, ia dan Asgard belum sempat makan siang.
"Ra?" Panggil Arion pelan.
"Ya?" Ara menghentikan kunyahan di mulutnya sembari menatap Arion.
"Em, gak jadi. Lo makan aja dulu. Keliatannya lo laper banget."
Ara tersenyum canggung. "Iya, gue laper banget. Sorry ya kalo lo risih sama cara makan gue."
Arion terkekeh pelan. "Biasa aja. Namanya juga orang laper. Gue kalo lagi kelaperan juga gitu."
Ara melanjutkan makannya. Sementara Arion, entah kenapa cowok itu merasa senang saat melihat Ara makan dengan begitu lahap.
"Kenyang banget," ucap Ara setelah nasi goreng dan satu botol air mineral ia habiskan. "Eh, Yon, gue harus ganti berapa? Ntar gue ganti semua kalo kita ketemu di kampus."
Dahi Arion mengernyit bingung. "Maksudnya?"
"Makanan yang udah lo beli buat gue bakal gue ganti uang. Sumpah gue gak enak sama lo, Yon."
Arion menghela napas. Padahal dirinya benar-benar ikhlas ingin membantu Ara. Tidak mengharapkan imbalan apapun. Bagaimanapun juga, Ara itu teman satu kelasnya. Arion tidak tega jika tadi harus membiarkan Ara berdiri di jalan tol sendirian dengan keadaan menangis sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASGARD | My Crazy Husband
Roman d'amourMenjadi istri orang gila seperti Asgard? ***** •(update setiap hari) •Toxic relationship "Yah, aku mau dia." "Siapa namanya?" "Ara, Arazafa." "Oke, nanti Ayah beli dia buat kamu." Menjadi istri seorang Asgard Dirgantara adalah impian semua perempu...