16. Mimpi Buruk?

36.2K 3.9K 319
                                    

Kalo chapter ini rame, aku bakal double up, vote dan spam komen yang banyak yaaa<3

"Ini."

Asgard menuntun tangan Ara untuk Mengusap-usap kepalanya. Saat ini mereka berdua sedang asyik menonton film setelah perut mereka kenyang terisi berbagai makanan yang tadi Asgard pesan.

Ralat, sebenarnya saat ini hanya Ara saja yang fokus menonton. Sementara Asgard, cowok yang kini tidur dengan menjadikan paha Ara sebagai bantal, sama sekali tidak memerhatikan ke layar televisi. Ia hanya sibuk bergumam agar Ara mau menuruti semua permintaannya.

Seperti mengusap pipinya, mengusap rahangnya, mengusap rambutnya, hingga minta diusap-usap bagian punggungnya. Semua hal itu membuat Ara jengah. Entah kenapa setelah mereka mandi bersama kemarin, sikap Asgard berubah menjadi lebih...manja?

Ya, kemarin mereka berdua memang mandi bersama. Murni hanya sekedar mandi. Tidak melakukan hal-hal lainnya. Itupun karena Asgard yang memaksa Ara, hingga mau tak mau, Ara yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa pasrah.

"Sorry." Asgard menggenggam tangan Ara. Membuat Ara berhenti menatap layar televisi dan beralih menatap Asgard.

"Sorry, kemarin-kemarin gue kasar banget."

Ara belum menjawab. Ia hanya diam. Bingung harus menjawab apa.

Asgard mengulang. "Ra, sorry."

Ara memejamkan mata sejenak. Ia sendiri tidak paham dengan perasaannya sekarang. "Gak papa," jawab Ara pelan.

Untuk sekarang, mungkin itu adalah jawaban yang paling tepat. Mau sesakit hati apapun dirinya pada Asgard, rasanya percuma jika ia mengutarakannya. Karena sampai kapanpun dan apapun yang terjadi, Asgard tidak akan pernah mau melepaskan dirinya.

"Gue gak bakal kasar kalo lo nurut sama gue. Sikap gue tergantung gimana sikap lo, Ra. Lo udah tau kan apa resiko yang bakal lo dapet kalo lo bandel, selain hukuman?"

Ara mengangguk. Ya, ia tahu dan ingat apa resiko yang akan ia dapat jika dirinya berulah. Apalagi sampai berniat kabur. "Iya gue tau."

Asgard menatap Ara dengan senyum merekah. "Good, jadi cewek penurut kalo gak mau keluarga dan orang-orang terdekat lo jadi korban kegilaan gue."

Ara kembali terdiam. Ia tidak bisa membayangkan jika Asgard benar-benar akan melakukan suatu hal buruk pada orang-orang terdekatnya. Apalagi pada mama dan papanya. Maka dari itu, sebisa mungkin, Ara berusaha untuk menjadi gadis penurut. Meski kadang masih ada beberapa hal yang begitu sulit untuk ia turuti.

Tidak mudah bagi seorang Ara untuk hidup di dalam kekangan Asgard. Itu semua membutuhkan proses agar kelak Ara bisa terbiasa.

Cup

Cup

Cup

Cup

Cup

Asgard mencium punggung tangan Ara berkali-kali membuat Ara mendengus kesal.

"Basah tangan gue, Asgard!" protes Ara.

Senyum miring Asgard tercetak jelas. "Cuma tangan kan yang basah?"

Ara menatap Asgard semakin kesal. "Mesum!"

Asgard tertawa. Tawa yang jarang sekali Asgard tampakkan pada orang lain. Bahkan hampir tidak pernah. "Lo kali yang mesum. Gue cuma nanya, cuma tangan kan yang basah? Ya kali aja kaki atau apa gitu, basah juga."

"Ngeles!"

"Usap-usap, Ra." Asgard menarik tangan Ara yang tidak lagi mengusap-usap kepalanya. "Dulu waktu kecil Bunda yang ngelakuin ini. Sekarang jadi tugas lo."

ASGARD | My Crazy HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang