11 - Pengakuan Alvy (1)

3K 249 11
                                    

*Typo bertebaran.

.....

"Sial Selena kamu di mana? Kenapa pergi gak pamit dulu, Cio pasti bakal nangis terus kalau begini caranya!" kesal Alvy , ia mengacak rambutnya frustasi.

Alvy semakin panik ketika ibunya beberapa kali menelfon, untuk mengabarkan bahwa anaknya terus menangis dan tak mau berhenti.

Bahkan setelah dua jam berlalu, Alvy masih belum bisa menghubungi Selena. Ia juga tidak tahu dimana wanita itu berada.

Sebenarnya Alvy bisa saja pergi sendiri. Namun karena mobilnya masih di servis dan mobil satunya di bawa oleh Selena,ia tidak bisa melakukan apa-apa. Terlebih, komplek perumahan di sini masih asing bagi Alvy dan jauh dari jalan raya besar, dia tidak tahu bagaimana cara menemukan taxi.

Di saat seperti ini entah mengapa wajah Xavier terlintas di bayangan nya. "Apa aku minta bantuan Presdir ya?" cicitnya pelan sambil mengigit jari-jarinya.

Setelah bergulat dengan batin, Alvy akhirnya memutuskan untuk menghubungi Xavier serta meminta bantuannya. Ia tidak punya pilihan lain. Apalagi ketika ibunya terus menelfon dan melapor bahwa anaknya masih saja menangis dan tidak bisa di tenangkan dengan apapun.

Setelah menunggu sekitar lima belas menit, sebuah mobil mewah menjemputnya tepat di depan rumah baru milik Alvy dan Selena. Alvy langsung berlari menghampiri nya dan masuk tanpa basa-basi.

"Maaf merepotkan Vier, tapi Selena nggak bisa di hubungi aku khawatir padanya. Apa kamu sibuk?" ujar Alvy gelisah. Ia sebenarnya tidak enak harus merepotkan pria itu lagi.

Terlebih hubungan mereka seharusnya sudah berakhir. Tapi entah mengapa saat ini rasanya hanya Xavier lah yang bisa membantu dirinya.

"Ini weekend Vy, aku nggak sibuk." bohong Xavier.

Padahal gara-gara menjemput Alvy , Mattew dan Lewis memarahinya habis-habisan karena meninggalkan pekerjaan daruratnya.

Alvy tersenyum canggung. "Terima kasih Vier."

"Tenang, sayang." ucap Xavier sembari mengusap rambut Alvy.

Mobil merekapun melaju menuju rumah sederhana yang beberapa waktu lalu Xavier datangi. Xavier juga mengantar Alvy sampai kedepan pintu.

Ketika mereka sudah menginjakkan kaki memasuki rumah, Cio yang sedang menangis langsung berlari menghampirinya.

"Papa... Hiks!" isak anak itu sembari memeluk leher Alvy dengan erat.

"Papa disini sayang. Maaf ya baru jemput kamu. " ucap Alvy berusaha menenangkan anaknya masih terus menangis sesenggukan.

"Kenapa lama sekali huuu..." tangisnya lagi.

"Dia menangis dari sore Vy, kamu kemana aja?" omel ibunya kepada Alvy.

"Maaf ma, Selena pergi dan nggak pamit sama aku. Aku gak tau dia kemana."

"Terus kamu ke sini sama sia... " ucapan wanita paruh baya itu terputus saat melihat sosok lelaki bertubuh besar tiba-tiba muncul di ambang pintu.

"Teman Alvy ma, teman se Kantor. Alvy langsung pamit ya?"

Alvy memilih cara paling aman agar ibunya tidak banyak bertanya tentang siapa Xavier, yaitu kabur.

"Saya permisi tante." sapa Xavier sopan dan Masita hanya mengangguk.

Masita memandang aneh ke arah cucunya yang sedang di gendong oleh Xavier. Ia tahu betul jika cucu nya bukanlah anak yang gampang untuk dekat dengan orang asing.

Melihat tangi Cio seketika tergantikan dengan senyuman hanya karena di gendong oleh pria asing itu. Masita mencium hal yang tidak beres di antara keduanya.

XAVIER (BL) - TAMAT ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang