Hari sudah sangat larut dan semua yang ikut ke villa itu sudah tertidur kecuali renjun yang sedang mengamati semua yang ada di luar dari balkon kamar utama itu. Sedangkan jaemin sedang melihat berkas-berkas di laptopnya. Dua orang yang berakhir satu kamar itu sama-sama saling tidak perduli dan saling mengabaikan. Sebenarnya tidak sepenuhnya mengabaikan karena sejatinya jaemin selalu memperhatikan renjun, dia bahkan berusaha mencari bukti lain dengan melihat laptopnya dan mencari identitas yang lengkap soal bodyguard nya yang sekarang ini. Tapi tetap tidak ketemu sama sekali.
Lalu diapun melihat renjun kembali dari balkon dan menutup pintu kaca juga gorden yang menutupinya.
"Apa ada yang kau inginkan Choi Jaemin?" Ucap renjun datar.
"Tidak. Kau bisa tidur. Dan matikan saja lampunya." Ucap jaemin datar lalu menutup laptopnya dan meletakkan diatas nakas lalu berbaring dan menutup matanya. Renjun hanya berjalan tanpa ekspresi dan mematikan lampu kamar tersebut lalu tidur di tempat tidur yang berhadapan dengan jaemin. Dan langsung tertidur begitu saja karena tubuh mungilnya sangat lelah sekali.
Jaemin kembali membuka matanya dan diapun duduk lalu mendekat kearah renjun secara perlahan dan melihat wajah damai yang tertidur itu.
"Apa kau benar-benar injun? Tapi, kenapa kau bersembunyi bahkan tidak mengatakan apapun padaku? Kenapa harus bersembunyi dariku juga?" Monolog jaemin sembari merapikan anakan rambut renjun dan mengagumi betapa cantiknya renjun.
"Kau bahkan sangat cantik." Ucap jaemin pelan lalu diapun melihat rantai di leher putih tersebut lalu mengeluarkan rantai yang ternyata kalung itu secara perlahan. Dan betapa kagetnya dia kalau itu adalah kalung gembong pasangan dari kalung kunci miliknya.
"Kau memang injunku. Kau memang dia. Aku sangat senang sekali." Ucap jaemin pelan lalu memeluk renjun. Renjun yang kaget dengan pelukan dan berat dibadannya langsung terbangun lalu mendorong jaemin hingga terjatuh.
"Apa yang kau lakukan tuan!" Kesal renjun dengan wajah memerah yang sangat menggemaskan.
"Ah, sepertinya aku mengigau dan berjalan saat tidur. Maafkan aku dan tidak perlu melemparku juga." Ucap jaemin datar lalu kembali ke tempat tidurnya begitu saja. Padahal dia sangat ingin sekali memeluk renjun karena keyakinannya tentang injunnya yang masih hidup benar adanya. Tapi, lagi-lagi dia tidak berani dan kembali bersandiwara bahkan dia menyadari kalau bagian bawahnya menggembung hanya karena dia memeluk renjun. Renjun yang kesal langsung berdiri dan membuka pintu kamar itu untuk mengambil segelas air.
Setelah kepergian renjun, jaeminpun duduk dan memperhatikan celananya.
"Kenapa dia bangun? Apa benar sexualitas ku akan berubah hanya karena injun? Karena sejak awal aku mencintainya? Tapi itu tidak mungkin. Tidak mungkin." Ucap jaemin yang masih menyangkal semuanya.
Tak lama setelah itu renjunpun masuk dan melihat jaemin yang bertingkah aneh.
"Kenapa kau melihat selangkanganmu seperti itu Choi Jaemin?" Ketus renjun lalu meletakkan segelas air dinakas sebelah tempat tidurnya.
"Tidak ada. Sudahlah, kau tidur saja." Ucap jaemin lalu diapun langsung keluar dari kamar itu. Membuat renjun menggelengkan kepalanya karena tingkah jaemin yang aneh. Tingkah Nana nya yang sangat aneh dan renjun merasa sangat ingin berteriak padanya kalau dia adalah injunnya. Tapi, tidak dia lakukan karena dia tidak ingin Nana nya atau siapapun terluka. Biar dia saja.
Jaemin yang tidak bisa tertidur hanya diam sembari menatap kosong televisi yang tidak menyala itu. Bahkan jeno saja kaget melihat sahabatnya itu lalu diapun mendekat dan duduk disebelah jaemin.
"Apa kau tidak bisa tidur jaem?" Ucap jeno.
"Hmm."
"Sekarang karena apa lagi?" Ucap jeno.
"Apa kau akan percaya kalau Park injun belum tiada?" Ucap jaemin menatap sahabat kecilnya itu.
"Apa kali ini kau sedang membahas keluarga park yang merupakan sahabat orangtua kita?" Ucap jeno.
"Benar." Ucap jaemin.
"Hentikan itu jaemin. Aku tau kau baru mengingatnya. Tapi, kasihani lah dia. Dia tidak akan tenang disana jika kau seperti ini." Ucap jeno.
"Bagaimana dia bisa tenang? Kalau dia belum tiada jeno " Ucap jaemin.
"Apa maksudmu jaemin?" Ucap jeno bingung.
"Aku yakin dia belum tiada. Dia sangat dekat dengan kita. Bisakah kau percaya soal itu?" Ucap jaemin.
"Tidak. Lagian, aku sangat ingin menanyakan hal ini jaem. Kenapa kau sangat yakin dia masih tiada? Apa benar kata mommy Yoona kalau sebenarnya sexualitas mu sama seperti kami? Tapi, kenapa kau tidak mengakuinya? Atau kau hanya akan berubah karena park injun itu?" Ucap jeno.
"Aku juga tidak tau. Tapi, sepertinya aku memang sama seperti kalian. Hanya saja, tidak pada semua orang." Ucap jaemin.
"Dan itu pada Park injun begitu?" Ucap jeno.
"Hmm." Ucap jaemin mengangguk.
"Terserah kalau kau tidak yakin dia tiada. Tapi, percaya satu hal jangan libatkan orang lain apalagi sampai menyakiti orang lain karena kepercayaan mu itu." Ucap jeno lalu meninggalkan jaemin yang diam dengan pemikiran nya sendiri.
∆∆∆
Up nih reader-nim😁
Gimana suka gak sama kelanjutannya?🙄
Semoga suka ya😁
Jangan lupa votement nya ya😁
Jangan lupa jaga kesehatan😁
We love you💚😍😘
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bodyguard/ Jaemren END! ✔
FanfictionBagaimana kehidupan anak konglomerat satu-satunya, Choi Jaemin saat dia harus bertemu dengan bodyguard yang bahkan lebih mungil darinya? Apa jaemin akan tetap menganggapnya bodyguard atau hal lain? Mpreg! bxb boys love homopobic jaemren area! Main c...