Sorry for typo...
~Happy Reading~Jisung tidak pernah mengerti akan jalan hidupnya, mata hitamnya menatap sendu ke arah awan biru di atas langit. Seakan menariknya untuk terbang menggapai rasa hangat dan cerahnya langit di atas sana.
Kini dirinya tengah duduk, beristirahat dari latihan berjalannya. Kursi roda lah yang yang kini menjadi tempat duduknya, alih-alih bangku taman yang tampak indah dengan nuansa putih itu. Baju biru pucat khas rumah sakit miliknya menambah kesan malaikat yang jatuh dari dunianya.
Seperti Jisung sekarang yang begitu merasa jatuh saat dunianya tak lagi bisa dilihatnya. Hatinya sakit, setiap kata kejam itu masih diingatnya dengan jelas.
Dunianya yang malu bersanding dengannya, dunianya yang menanggung ejekan karena dirinya yang bukan siapa-siapa. Ayahnya yang pergi karena dirinya membuat Sang Ibu meninggalkannya untuk selamanya.
Sungguh miris dan pembawa sial bukan, dirinya yang membuat keluarga Na juga kesulitan ketika menampungnya.
Kini keluarga Na bangkit setelah membuangnya bukan?
Mata sendu Jisung beralih menatap kedua kakinya yang hanya terduduk lemas di kursi roda miliknya. Matanya memburam, dirinya sungguh parasit menyedihkan.
Lelah?
Tentu Jisung sangat lelah dengan hidupnya.
Dirinya ingin dengan teramat sangat untuk melepas penatnya, tapi haruskah Jisung berpamitan dengan benar?
Para sahabatnya yang sungguh di rindunya, guru olahraganya yang begitu peduli padanya. Apalagi dirinya memang harus membuat malaikatnya menjauh dengan benar meskipun itu menyakitkan.
Grepp...
Mata Jisung mendongak menatap pemilik tangan yang kini menggenggam tangannya dengan hangat.
"Ka-kak Jaemin?" Jisung berucap terbata, sosok Sang kakak menyadarkannya bahwa dibalik hidup mirisnya masih ada malaikat yang selalu disisinya sejak dulu.
Srett...
Tangan hangat itu mengusap lembut air mata Jisung.
"Adik kakak ini kuat kan? kali ini ada aku untukmu Jie. Kakak akan selalu membantumu, membuat mereka tau siapa sebenarnya dirimu Jie. Kakak tak ingin kau diremehkan untuk yang terakhir kali Jisung hm?" Jaemin menatap Jisung sejajar dengan berjongkok tepat di depan kursi roda miliknya.
Jisung hanya bisa tersenyum, dengan kepala mengangguk setuju. Setidaknya Chenle akan bangga padanya untuk yang terakhir kalinya. Dan Jisung bisa beristirahat dengan tenang meskipun itu terasa sulit.
Tapi mungkin dirinya bisa bertemu dengan Sang Ibunda jika beristirahat nanti, senyum Jisung merekah di bibir pucatnya.
----o0o----
Hari ini Chenle tengah mengunjungi Sang Kakek yang kini tengah dirawat di rumah sakit terbesar di daerah ini. Rumah sakit elit dengan perawatan V.I.P terbaik, tentu saja Sang Kakek pasti memilih rumah sakit terbaik.
Melihat dari keras kepala juga gengsi yang tinggi dari kakeknya entah kenapa malah terlihat lebih mirip dengannya daripada orang tuanya sendiri.
Sebenarnya Chenle tak begitu menyukai Sang Kakek, tapi karena ini perintah Sang Ibunda mau tak mau Chenle harus melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CURE - Jichen
Romance[🔞18+] [bxb!] [Bxb/homo/gay] [Romance angst] Ini hanya kisah klasik sendu seorang Park Jisung yang terlalu egois dengan dunianya dan seorang Zhong Chenle yang menyesal karena telah terlambat menyadari cintanya kini telah lelah berjuang untuknya Cop...