(O2.) : They already Knows

2.1K 126 2
                                    

Sorry for typo...
~Happy Reading~





























Guanlin saat itu tengah sedikit senang, balapannya menang lagi kali ini. Hadiahnya lumanyan keren motor Duccati hitam yang cukup bagus, rencananya Guanlin akan memberikannya kepada Jisung.

Mengingat anak keras kepala itu yang lebih memilih bus untuk kemana-mana membuat tubuhnya makin lelah. Guanlin tak tega dengannya, sudah berkali-kali dirinya menawarkan akan membelikan Jisung motor ataupun mobil.

Tapi Jisung selalu menolaknya dengan lembut, alasannya dia tak ingin Guanlin menghamburkan uang yang harusnya di tabung itu.

Persetan dengan uang-uang itu, toh kedua orang tua bangka itu akan tetap memberinya uang yang berlimpah. Kali ini Guanlin harus bisa memaksa Jisung, Guanlin sebenarnya tau Jisung itu lelah. Tapi ego juga keras kepalanya menahan untuk peduli, selama Jisung terlihat baik-baik saja dan jarang sakit.

Hyunjin bahkan sempat curiga Jisung tengah menyembunyikan sesuatu dari mereka, tapi Guanlin masih kukuh dengan egonya dan acuh soal itu.

Hingga ia menyaksikan sendiri Jisung yang terkapar di lantai ruang tamunya dengan bersimbah darah. Guanlin sangat panik saat itu, dirinya hendak menelfon ambulans jika saja tangan Jisung tidak mencegahnya.

Guanlin menyesal sekarang andai dia setuju dengan omongan Hyunjin mungkin Jisung tidak akan sakit seperti ini tanpa dia tau. Bahkan tubuh itu terasa ringan dari terakhir kali Guanlin memaksa Jisung agar mau di gendongnya.

Guanlin dengan cepat berlari ke arah dapur membawa sebaskom air dan juga segelas air putih hangat untuk Jisung agar meminum obatnya.

Trakk…

Di taruhnya nampan itu di nakas sebelah kasur Jisung, Guanlin dengan cepat membersihkan darah yang mengalir dari hidung Jisung hingga handuk yang semula putih itu menjadi merah pekat.

"Jisung minum obatmu dulu." Guanlin menyodorkan botol obat Jisung dan segelas air putih hangat.

"Terimakasih Guanlin, maaf membuatmu repot." Ucap Jisung sembari berusaha menyandarkan tubuhnya di ujung kasur miliknya.

"Kau berhutang penjelasan padaku Sung, kami ini sahabatmu tapi kau bahkan tega tak memberi tau kami. Aku sudah menelfon Hyunjin tadi dan dia sudah perjalanan kemari. Kami akan menjagamu sampai kau pulih, sekarang istirahatlah tanpa khawatir apapun." Ucap Guanlin sembari membetulkan selimut Jisung hingga sebatas dada.

"Sekali lagi terimakasih Guan dan maaf." Jisung tersenyum lembut sebelum memejamkan matanya.

Guanlin mendesah berat, Jisung itu dunianya setelah balapan. Hanya Jisung yang dia punya untuk pulang, meski mereka hanya sabahat tapi Guanlin sangat beruntung mempunyai teman yang tulus seperti Jisung.

Bukan para brengsek di luaran sana yang mengakuinya teman hanya untuk uang miliknya. Makanya Guanlin begitu peduli dengan Jisung, mengingat dirinya hanya anak tunggal yang tak memiliki saudara lagi setelah Sang kakak perempuannya yang tewas akibat kecelakaan.






















----o0o----
























Masih jelas tergambar dipikiran Guanlin setiap kata yang diucapkan Jisung kala itu.


"Kau masih muda, hiduplah yang benar. Balapan hanya membuatmu senang sementara, jika nanti kau celaka tak akan ada siapapun yang peduli."


CURE - JichenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang