📖Redup📖

6 0 0
                                    

Dalam silsilah keluarga kerajaan, akan ada yang diberi gelar panglima perang, tugasnya adalah melindungi raja dan ratu bahkan harus menukar dengan nyawanya sendiri. 

Lalu apakah sebagai pemimpin seluruh rakyat, seorang raja tidak memiliki kemampuan membela diri? Seharusnya memang memiliki hal tersebut, tetapi tidak sedetail dan seahli dewa perang, karena tugas raja memimpin dan melindungi ratu serta rakyat sementara tugas dewa perang adalah melindungi seluruh rakyat, dia ibarat tangan raja yang mengayunkan pedang.

"Lo benar-benar gak mau mencoba?" tanya pria bertato di lengannya itu, biasa dipanggil Bang Anton, si ahli bela diri, yang tak lain adalah adik dari papa Jagat, berarti paman pria itu.

"Enggak Bang, gak minat," tolak Jagat.

Dia merasa bela diri itu tidak dibutuhkan, selama dia bisa menggunakan akal pikiran untuk menghadapi musuh.

"Lo ini laki-laki Gat. Gimana mau melindungi cewek, kalau lo gak ada niatan untuk belajar bela diri," nasehat Anton, Jagat mengedikkan bahu, masih teguh pada prinsipnya.

"Nanti-nanti aja, Bang, gue belum butuh soalnya," sahut Jagat, pria itu membereskan buku serta laptopnya. 

Hari ini dia berniat menemui Valerie, dia ingin konsultasi sekaligus pendekatan pada ibu dari Tara tersebut.

"Terus kalau lo sudah mendesak baru mau belajar, begitu? Gat, ingat, saat lo menemukan ratu dalam hidup lo, maka saat itu lo harus siap jadi raja sekaligus dewa perang untuk melindungi dia," teriak Anton, Jagat hanya mengacungkan jempolnya, masih sulit menggoyahkan pria itu.

"Dasar anak muda, giliran sudah bucin baru deh sadar kalau bela diri itu penting," gumam Anton geleng-geleng dengan tingkah keponakannya itu. Meski dia adalah paman Jagat, pria tersebut lebih suka dipanggil 'bang' dibandingkan paman atau Om, menurutnya akan lebih akrab dan lebih dekat.

Usai dari rumah Anton, Jagat memutuskan berkunjung ke salah satu penerbitan milik Valerie. Seperti yang sebelumnya Tara katakan, Valerie itu sangat ramah dan menerimanya dengan baik. Sebagai sesama penulis, keduanya dengan mudah nyambung dalam mengobrol.

Jagat tersenyum puas, dia kini selangkah lebih dekat dengan Tara.

"Tante setuju saja sih kalau kamu memang mau kolaborasi sama Tara. Putri Tante itu belum pernah menulis, jadi, dengan kolaborasi dengan kamu, dia bisa belajar, mungkin bisa menarik minatnya juga," urai Valerie setelah Jagat mengutarakan keinginannya untuk mengikutsertakan Tara dalam projek barunya.

"Jagat juga memikirkan hal yang sama Tante, soalnya judul dari cerita yang Jagat tulis juga direkomendasikan oleh Tara dan ya itu sesuai banget sama pemikiran awal yang aku buat," tutur Jagat

"Tara itu anaknya memang susah sekali ditarik minatnya. Dia berpegang teguh banget kalau dia tidak tertarik untuk mendominasi, katanya menjadi pelengkap itu lebih baik daripada harus bersaing. Dulu juga, waktu temannya mengajak dia ikut kontes, Tante harus turun tangan untuk menumbuhkan niat dia. Kalau kata Tara percuma Tara ikut kalau bukan dari hati atau niatan yang tulus, hasilnya juga pasti sia-sia," ungkap Valerie mulai bercerita panjang lebar tentang Tara, hal yang ditunggu-tunggu oleh Jagat.

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat, bersama Valeri pikiran Jagat lebih terbuka soal dunia kepenulisan. Mendapat dukungan dari Valerie, Jagat semakin tidak sabar untuk bertemu Tara. 

Pria itu menatap jam di pergelangan tangannya, waktu menunjuk pukul lima sore, yang berarti di Singapura menunjuk pukul enam, kemungkinan di sana senja telah tiba. Jemarinya dengan lincah mengetikkan sebuah pesan penyemangat untuk Tara.

Jagat tersenyum membaca pesan yang sudah dikirim tersebut. Entah sihir apa yang Tara berikan sampai membuat Jagat begitu ingin memiliki Tara dalam hidupnya. 

SEMESTA - SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang