Bintang itu adalah penyeimbang, dia adalah bagian yang tidak boleh menghilang dari semesta, dia mungkin bukan yang utama, tetapi dia adalah pelengkap, tanpa kehadirannya di saat dibutuhkan, maka akan ada satu bagian utama dari semesta yang hancur tanpa sisa.
Jika salah satu bintang hilang mungkin akan digantikan oleh bintang lainnya, tetapi cahaya yang dipancarkan tidak akan sama lagi, untuk itulah bumi, bulan dan matahari berjuang menyelamatkannya. Dia tidak boleh berakhir begitu saja, bintang terluka belum bersinar seperti seharusnya.
Seperti prediksi sebelumnya, Pratama sudah menyiapkan begitu banyak pengawal untuk menjaganya. Beruntungnya Ravi dan Jagat bukan orang lemah yang gampang dikalahkan, ditambah lagi, Anton dan anak didiknya yang terlatih serta anak-anak kepemimpinan dari SMA Semesta.
Tara itu bagian terpenting dari SMA Semesta, mendengar dia dalam bahaya, dewa pelindung semesta tidak akan diam saja.
Mereka bergerak dengan cepat, membuka jalan untuk pemeran utama masuk ke dalam rumah besar tersebut, tempat rahasia yang Pratama gunakan untuk melancarkan aksi rahasianya.
"Masuklah, selamatkan teman kalian. Biar mereka jadi urusan kami," suruh Anton pada Ravi, Jagat dan Aylin, ketiganya mengangguk.
Ravi menarik tangan Aylin, tidak membiarkan gadis berkacamata itu terlepas dari pengawasannya.
"Jangan jauh-jauh." peringat Ravi, Aylin mendengkus.
Gadis itu menghindar kala beberapa orang kembali menyerang mereka, mengalihkan fokus Jagat dan Ravi.
Aylin menatap kedua orang tersebut. Dia tidak bisa diam saja sementara Tara dalam bahaya. Dia harus bergerak cepat untuk mengeluarkan Tara dari tempat tersebut atau kondisi gadis itu akan semakin memburuk.
Aylin mengabaikan peringatan Ravi dan memilih bergerak sendiri, jika hanya menunggu, mereka bisa saja terlambat.
"Pa, hentikan semua ini," pinta Aylin setelah akhirnya bertemu dengan Pratama.
"Kenapa kamu marah? Bukankah ini yang kamu mau, dengan begini kamu tidak akan memiliki saingan lagi, bukan?" sahut Pratama dengan tenang, padahal di luar sana sudah banyak anak buahnya yang berjatuhan dibantai oleh kemarahan para pelindung bintang semesta.
Aylin menggeleng tidak percaya dengan apa yang Pratama katakan. Bagaimana peringkat dan menjadi yang utama begitu penting bagi pria paruh baya itu.
"Kenapa Papa seperti ini, apa dengan Ay berprestasi saja tidak cukup, kenapa harus jadi yang utama, kenapa Pa?" teriak Aylin, Pratama menoleh menatap datar putrinya itu.
"Tidak ada seorang pun di dunia ini akan puas hanya dengan berprestasi, selama masih ada pesaing maka harus disingkirkan," ungkap Pratama.
Sekarang Aylin mengerti kenapa banyak korban yang berjatuhan, ternyaata ketamakan yang menjadi penyebabnya, ketidakpuasan yang menjadi pemicunya.
"Ternyata begini cara Papa menjatuhkan lawan bisnis Papa. Wah, Ay salut sih, pantas saja Pratama menjadi yang utama dan terutama dalam dunia bisnis, ternyata caranya sangat gelap," cerca Aylin tertawa sinis.
"Seharusnya kamu juga seperti itu, bukan," kekeh Pratama.
Aylin jadi ragu apakah pria paruh baya di depannya itu seorang manusia atau iblis berwujud manusia. Dia terlihat seperti seseorang yang sudah buta akan dunia, ketamakan membuatnya tidak puas dengan apa yang berhasil dia raih.
"Ay menyesal terlahir sebagai putri anda," lirih Aylin.
Jika bisa memilih, dia akan lebih suka terlahir dalam keluarga yang biasa saja tetapi memiliki orang tua yang waras, tidak seperti Pratama yang sudah kehilangan kewarasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA - SELESAI
Teen Fiction[TERBIT] Ikut serta dalam writting challenge batch 02 bersama penerbit LovRinz Tara Lulana, gadis dengan kesejukan dalam dirinya, dia yang mudah senyum, sederhana dan apa adanya. Awalnya Tara berpikir dengan pindah ke SMA Semesta, hidupnya akan baik...