📖Pelukan Bumi📖

7 0 0
                                    

Ketika malam tiba ada dua benda langit yang menemaninya, bulan si cahaya yang menerangi bumi dan bintang si penghias langit malam. Ketika bulan menghilang akan ada bintang yang menggantikannya, ribuan bukan hanya satu, tetapi ketika salah satu bintang tidak memancarkan sinarnya akan digantikan oleh bintang yang lainnya, sehingga tidak akan kentara ketika salah satu bintang menghilang dari edarannya.

Semalam suntuk Jagat habiskan untuk membaca kisah bintang terluka sampai selesai, dia bahkan menggunakan waktu istirahatnya untuk membaca tuntas kisah kelam yang pernah Tara alami itu.

Ponsel Jagat berdering, pria itu tersenyum membacanya, dia akan menemui orang itu, orang yang sudah menimbulkan luka dalam untuk Tara. Jika Tara diam saja dan tidak berniat meluruskan kesalahpahaman yang terjadi, maka dia sendiri yang akan melakukannya untuk gadis itu.

Jagat beranjak dari duduknya, membersihkan diri lalu bersiap mengunjungi alamat yang dikirimi salah satu temannya yang kebetulan satu sekolah dengan mantan sahabat Tara Lulana. Jagat tidak akan diam saja mengetahui Tara pernah diperlakukan dengan tidak baik hanya karena seorang pria brengsek.

Hanya butuh beberapa menit untuk sampai di rumah yang lumayan besar tersebut. Jagat disambut oleh pembantu keluarga tersebut. Beruntungnya Amelia ada di rumah pagi itu, gadis itu terkena skor selama beberapa hari jadi tidak pergi ke sekolah, semesta memang sedang berpihak pada Jagat.

"Masuk Den, biar saya panggilkan non Amel dulu," ucap wanita itu, Jagat mengangguk.

"Lo siapa?" tanya Amelia terlihat tidak ramah sama sekali.

Jagat menghela napas, Valerie menggambarkan Amelia dalam novelnya dengan sangat tepat. Kedua gadis itu pernah begitu dekat, Tara yang lembut bertemu dengan Amelia yang sedikit kasar, sifat yang berbanding terbalik itu tidak menjadi hambatan, sebaliknya justru saling melengkapi sampai seorang yang tidak bertanggung jawab menghancurkan persahabatan mereka.

"Gue Jagat Dimitri Regano dari SMA Semesta, kedatangan gue ke sini ingin meluruskan sesuatu," sahut Jagat, Amelia terlihat mengamatinya, sepertinya gadis berkaus hitam itu cukup akrab dengan namanya.

"Ooh jadi lo yang namanya Jagat, cukup terkenal di sekolah gue," celetuknya.

"Lo mengenal Tara Lulana, bukan?" tanya Jagat langsung pada intinya. Amelia mendengus tidak suka saat nama itu disebut.

"Ck gadis cacat itu lagi," decaknya, Jagat menatap gadis di hadapannya tajam. Pria itu menghela napas guna meredakan amarahnya, dia tidak boleh terpancing, tujuannya datang ke rumah itu adalah untuk meluruskan kesalahpahaman yang terjadi.

"Gue gak yakin lo masih sanggup menyebut dia gadis cacat setelah membaca keseluruhan kisahnya," urai Jagat, pria itu memberikan buku yang sebelumnya dia baca.

Bintang terluka, buku yang berisi kisah Tara yang diabadikan.

"Tara adalah korban di sini tetapi lo justru berbalik menyakiti dia. Sahabat yang seharusnya berada di sisi dia justru berbalik menjadi musuh terbesarnya. Lo merusak kepercayaan Tara, dan lo juga membuat dia cedera parah," cerca Jagat menahan amarahnya.

Amelia terdiam menatap buku itu. Dia tahu nama penulis yang tertera di sana, nama yang pernah begitu familier dan dekat dengan dia, wanita paruh baya yang dulu juga sangat menyayangi dia seperti putrinya sendiri.

"Lo hanya mendengar dari sisi Tara, sudah pasti dia akan melontarkan pembelaan dan terlihat seolah dia yang tersakiti," desis Amelia yang sepertinya sudah gelap mata karena terlalu mencintai pria brengsek yang Valerie beri nama Gibran dalam cerita tersebut.

Jagat terkekeh sinis.

"Lo sama Tara sudah lama bersahabat tetapi lo lebih percaya pada omongan orang-orang dibanding sahabat lo sendiri, gak pantas sih lo disebut sahabat," cecar Jagat

"Kalau lo hanya berniat memberikan pembelaan untuk gadis cacat itu sebaiknya lo keluar sekarang juga, gue gak menerima tamu yang berada di pihak dia," usir Amelia mulai kehilangan kesabaran.

"Gue akan pergi, saran gue lo baca kisahnya baik-baik supaya lo mengerti kejadian yang sebenarnya itu gimana. Tara dijebak oleh pria yang lo cintai itu, bahkan hampir dirusak sama dia dan lo dengan teganya malah semakin menjatuhkan Tara, lebih parah lagi, lo menyebut dia gadis murahan. Lo gak punya hati lagi kalau gitu. Lo baca bukunya baik-baik supaya lo paham gimana rasa sakit yang Tara rasakan selama ini," ungkap Jagat sebelum pergi meninggalkan gadis berkaus hitam yang kini terdiam membeku.

Amelia mengalihkan tatapannya pada buku yang tergeletak di atas meja. Ragu, gadis itu mengambil buku karya Valerie tersebut. Benarkah, dia telah salah menilai Tara, benarkah dia telah menjadi tokoh antagonis dalam kisah hidup Tara di masa lalu?

..

Jagat memutuskan menghabiskan waktu di ruang musik milik keluarga Regano. Pria itu memainkan piano guna meredam amarah dalam hatinya.

"Kalau sampai lo gak sadar juga, gue yang akan jadi orang pertama yang memberi lo pelajaran," desis Jagat.

Pria itu menatap jam di atas di pergelangan tangannya, jam pulang sekolah telah tiba, pria itu bergegas mengambil kunci mobilnya, dia berniat menjemput Tara. Dia sengaja tidak masuk sekolah agar bisa menemui Amelia, lebih cepat lebih baik.

Jagat tersenyum melihat Tara yang tengah mengobrol dengan Aylin.

"Tar," panggilnya melambaikan tangan, gadis itu tersenyum lalu berpamitan pada Aylin. Tara melangkah mendekat ke arah Jagat, hampir saja terjatuh karena seseorang yang menabraknya

"Hati-hati kalau jalan," desis Jagat, beruntung pria itu dengan cepat mendekat pada Tara.

"Maa..Maaf," gumam siswi tersebut dengan wajah takut.

"Gak apa-apa kok, udah gak usah diperpanjang," lerai Tara, Jagat menurut menarik tangan Tara menjauh dari sana.

Pria itu membukakan pintu mobil untuk Tara lalu memutar untuk masuk ke kursi kemudi. Dari kejauhan Aylin tersenyum tipis melihat kedekatan keduanya, sama seperti dia dan Ravi yang kini mulai dekat.

Ravi tidak mempermasalahkan pernyataannya beberapa waktu yang lalu, pria itu bahkan meminta waktu untuk saling mengenal dengan Aylin, meminta gadis itu agar tidak berubah dan tetap menjadi Aylin si cahaya semesta.

"Kamu dari mana saja? Kenapa gak masuk sekolah?" tanya Tara

Sepagian dia menunggu kabar dari Jagat yang tidak kunjung menjemputnya. Jagat tersenyum tipis, memilih menepikan mobilnya, ada hal serius yang ingin dia bicarakan dengan Tara.

"Tar, gue tau luka lo masih belum sembuh, gue juga tau kalau lo masih kesulitan untuk benar-benar mempercayai orang lain lagi, tetapi bolehkan gue meminta untuk menjadi orang yang bisa menyembuhkan luka lo itu," tutur Jagat.

Tara terdiam, dia tidak penah menceritakan apa pun pada Jagat tetapi pria itu bisa mengerti keadaan Tara. Gadis itu menghela napas berat.

"Aku pernah hancur, Gat, rusak serusak-rusaknya. Aku gak yakin kamu mau menerimaku setelah mengetahui masa lalu aku yang kelam dan dalam kegelapan," balas Tara menundukkan wajahnya.

"Gue tau semuanya Tar dan itu bukan masalah untuk gue," balas Jagat membuat Tara menatapnya.

"Lo tau arti nama gue apa? Jagat Dimitri Regano, Jagat itu adalah alam semesta, Dimitri Regano artinya bumi yang hijau dan asri sesuai nama, gue dikaruniai segala kemampuan beraura hijau, gue yakin lo pasti mengerti itu. Bagian gue adalah memeluk erat semesta yang lainnya, salah satunya adalah mendekap bintang yang terluka," urai Jagat membuat netra Tara berkaca-kaca.

"Kamu gak masalah kalau aku cacat?" tanya Tara

"Lo sempurna untuk gue," balas Jagat tegas dan cepat tanpa berpikir dua kali. Tidak terdengar nada ragu dalam ucapan pria itu.

"Jadi, lo mau jadi bintang dalam hidup gue?" tanya Jagat, Tara mengangguk membuat senyum Jagat semakin mengembang.

"Boleh gue peluk lo?" tanya Jagat meminta izin pada sang empunya, lagi-lagi Tara mengangguk.

Jagat menarik si bintang terluka ke dalam dekapannya. Dia berjanji akan mendekap gadis itu bersama luka lamanya yang belum sembuh. Dia berjanji akan menjadi bumi yang akan memberi kehidupan dan energi baru untuk bintang bangkit lagi dan bersinar terang di angkasa yang luas.

SEMESTA - SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang