Semua orang punya luka masing-masing, bahkan sosok terlihat baik-baik saja belum tentu benar adanya, bedanya mereka hanya bisa mengikhlaskan keadaan, memaafkan apa yang pernah terjadi, menerima keadaan dan bertindak seolah dia tidak pernah menderita.
Semua sudah dirancang sesuai porsinya masing-masing, tidak selamanya yang akan menderita akan terus mendapatkan penderitaan. Suatu hari akan ada titik akhir di mana penderitaan itu akan selesai, dia akan menemukan cahaya baru yang lebih terang, dia tidak akan selamanya berada di dalam kegelapan.
Aylin membalikkan badannya untuk ke sekian kalinya. Entah sudah berapa kali dia mengubah posisi untuk bisa memejamkan mata tetapi tidak bisa. Gadis itu menyerah, bangun dari posisi berbaringnya.
Semua kata-katanya tadi siang terus berputar seperti kaset dalam kepalanya.
"Aaaa kenapa gue bego banget sih. Kok bisa gue malah mengutarakan perasaan gue sama Ravi dan itu di depan banyak orang. Ya ampun Ay, lo bodoh banget," cerca gadis itu pada dirinya sendiri.
Aylin menghela napas, guna menenangkan hatinya yang kacau begitu juga dengan pikirannya saat ini.
Sudah lama Aylin Mahina mengagumi sosok Ravi Baskara, si pemimpin semesta yang penuh karisma. Diam-diam Aylin sering memperhatikan Ravi baik saat pria itu tengah memimpin rapat atau saat memimpin pasukan yang tengah berlatih bela diri.
Namun, dia berbeda dari gadis lain. Jika itu orang lain, mereka akan memilih untuk mencoba menarik perhatian Ravi dengan mendekati pria itu, sebaliknya Aylin lebih memilih mencari masalah untuk bisa berinteraksi dengan pemimpin semesta itu, dia memilih menjadi gadis cuek dan jutek agar tidak kentara saat mengamati Ravi.
Sekarang semuanya hancur berantakan karena perbuatannya sendiri. Aylin mengacak rambutnya kesal dengan dirinya sendiri.
Ponsel Aylin berdering, sebuah pesan dari seseorang yang sedang berusaha dia hindari.
[Besok gue jemput, gak pakai alasan, titik!]
Hanya pesan singkat tetapi berhasil membuat Aylin semakin tidak bisa memejamkan matanya. Bagaimana dia harus menghadapi Ravi di kemudian hari, bagaimana kalau pria itu malah semakin mengolok-olok karena menyukai musuhnya sendiri.
"Ternyata jatuh cinta lebih sulit daripada mengerjakan soal fisika. Aaaa seandainya gue gak keceplosan tadi siang, pasti semuanya tidak akan serumit ini," teriak Aylin berharap waktu bisa diputar dan dia bisa menahan diri untuk mengutarakan isi hatinya.
Aylin menghela napas perlahan. Gadis itu memilih beranjak, mencoba membuka soal-soal fisika yang bisa mengalihkan pikirannya.
"Oke, fisika dan matematika tidak serumit jatuh cinta, jadi mari selesaikan ini dan lupakan apa yang terjadi," ucap Aylin mencoba memberi sugesti pada dirinya sendiri.
..
Ada banyak teka-teki dan misteri tentang Tara Lulana yang belum Jagat temukan jawabannya, gadis itu memang terlihat baik-baik saja tetapi dia bisa melihat ada bagian tersembunyi yang orang lain tidak lihat, sisi yang menyimpan banyak luka.
Jagat cukup terkejut saat tiba-tiba Valerie mengajaknya bertemu malam itu.
"Kamu pasti belum makan malam, jadi kita pesan makanan dulu ya," ucap Valerie, Jagat mengangguk kaku.
Keheningan menyelimuti keduanya saat menunggu makanan mereka disajikan. Jagat mengamati wajah Valerie yang terlihat sembab seperti habis menangis. Jagat ingin bertanya tetapi dia ragu, takut disangka tidak sopan karena ingin tahu urusan orang lain.
"Gimana progress cerita terbaru kamu itu?" tanya Valerie memecah keheningan
"Sudah hampir selesai Tante, Tara juga banyak membantu, dia malah kelihatan sangat antusias menyelesaikan karya hasil kolaborasi kami," urai Jagat, Valerie mengangguk.
"Baguslah kalau begitu, Tante senang mendengarnya. Tante juga senang Tara akhirnya bisa menghasilkan karya untuk pertama kalinya," balas Valerie.
Makanan yang mereka pesan akhirnya tiba, keduanya menyantap makanan sambil sesekali membahas kelanjutan karya kolaborasi antara Tara dan Jagat.
"Tante senang Tara bisa mengenal pria sebaik kamu. Setelah sekian lama akhirnya ada orang yang mau menerima dia juga kekurangan yang dia miliki," tutur Valerie, Jagat menghentikan aktivitas menyantap makananya, pria itu menatap raut wajah Valerie yang terlihat begitu terpukul, seolah sesuatu pernah menimpa putri kesayangannya itu.
"Tante baik-baik saja?" tanya Jagat akhirnya.
Valerie tersenyum, menyimpan piring sisa makanannya. Sudah saatnya dia memberitahu apa yang terjadi pada Tara.
"Kamu menyayangi Tara?" tanya Valerie, Jagat mengangguk tanpa berpikir dua kali.
Valerie mengambil sebuah buku dari dalam tasnya, menyerahkan buku itu pada Jagat. Sebuah buku berjudul bintang terluka karya Valerie sendiri.
"Itu adalah buku yang Tante tulis berdasarkan apa yang pernah Tara alami. Tante yakin kamu akan dengan mudah memahami isinya, meski Tante lebih banyak mengutarakannya lewat kata-kata kiasan," urai Valerie.
Jagat mengamati buku dalam genggamannya. Dari judul yang Valerie pilih saja dia bisa menebak bahwa kisah di dalam buku itu tidak menyenangkan, pasti penuh luka dan air mata.
Kepercayaanku pernah dirusak, aku pernah dihancurkan oleh seseorang yang paling aku percayai. Aku mempercayainya tetapi tidak sebaliknya. Dia lebih percaya pada hasutan orang lain dibanding aku yang notabenya adalah sahabatnya sendiri. Ini semua karena pria brengsek dan tidak tahu diri yang sejujurnya sangat tidak aku sukai, dia adalah sosok yang hampir merusak aku, dan juga yang telah menyebabkan hubungan persahabatan yang kami bangun bertahun-tahun rusak begitu saja.
Satu paragraf kalimat itu mengawali kisah dalam buku tersebut. Membaca bagian itu saja Jagat langsung bisa menyimpulkan bahwa sosok aku dalam cerita itu benar-benar pernah jatuh ke dalam kegelapan.
"Kenapa Tante memberikannya padaku?" tanya Jagat
"Tante sudah melihat bagaimana kamu begitu menjaga putri Tante jadi, sebelum kamu memutuskan untuk terus menyayangi Tara, kamu perlu mengetahu semua sisi kelam yang pernah Tara alami dan semuanya Tante utarakan dalam buku itu tanpa mengurangi atau melebih-lebihkan apa yang pernah menimpa Tara di masa lalu," urai Valerie
Jagat sendiri tidak mengetahui apakah dia harus senang atau sedih mendapatkan kepercayaan dari Valerie untuk mengetahui sisi kelamnya Tara.
"Kamu berhak menjauh setelah membaca seluruh isi buku itu. Kamu pikirkan baik-baik ya, Tara itu putri kesayangan Tante, kalau kamu gak bisa berjanji untuk tidak menyakiti dia, sebaiknya jangan mendekat padanya, sebaliknya kalau kamu bisa memastikan Tara tidak akan mendapatkan luka yang sama lagi, Tante berada di pihak kamu," ungkap Valerie, wanita paruh baya itu beranjak dari duduknya, menepuk bahu Jagat sebelum berpamitan pada pria itu.
Dugaannya benar, Tara tidak sebahagia yang orang lain pikirkan, gadis itu memiliki luka dalam yang mungkin sampai saat ini belum juga sembuh.
Jagat memutuskan untuk mulai membaaca buku yang Valerie berikan itu.
Sungguh! Dia tidak percaya dengan apa yaang dia temui di sana. Tara pernah hampir dirusak oleh seseorang, mahkota yang merupakan kehormatan bagi setiap wanita pernah hampir direbut oleh sosok pria brengsek yang tidak bertanggung jawab.
Jagat menutup mata saat membaca bagian paling mengerikan itu. Jika saja Valerie tidak segera datang, entah apa yang terjadi pada Tara saat itu.
Sekarang Jagat mengerti kenapa Tara kelihatan takut ketika Ravi mengurung tubuh gadis itu di perpustakaan kediaman Danendra beberapa waktu yang lalu, ternyata dia pernah diperlakukan sama oleh pria brengsek tersebut.
Satu fakta yang lagi Jagat temukan, ternyata sosok orang yang membuli Tara di sekolah sebelumnya adalah sahabatnya sendiri. Jagat menghela napas, dia yang hanya membaca saja merasa sesak dengan isi kisahnya, bagaimana dengan Tara yang harus menghadapi semuanya seorang diri.
Hampir dirusak dan dibulli oleh sahabat sendiri, kurang menderita apalagi seorang Tara Lulana kala itu, si bintang yang terluka karena begitu baik dan percaya pada orang lain.
"Gue akan melindungi lo, Tar," tekad Jagat.
Dia akan berusaha menyembuhkan luka yang Tara simpan selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA - SELESAI
Tienerfictie[TERBIT] Ikut serta dalam writting challenge batch 02 bersama penerbit LovRinz Tara Lulana, gadis dengan kesejukan dalam dirinya, dia yang mudah senyum, sederhana dan apa adanya. Awalnya Tara berpikir dengan pindah ke SMA Semesta, hidupnya akan baik...