Sore itu langit yang tadinya teramat cerah berubah menjadi hitam. Perlahan gerimis mulai membasahi bumi. Aylin yang sedang bermain ponsel di dalam kamar terkejut mendengar gemuruh yang tiba-tiba. Gadis itu menyibak gorden jendelanya, menatap ke luar, hujan semakin deras, langit gelap seolah kehilangan cahayanya.
Aylin menghela napas, dia berharap tidak akan terjadi sesuatu yang buruk setelah ini. Benda pipih di atas meja yang berdering menarik perhatian gadis itu. Panggilan tidak terjawab tertera di sana, belum lama kemudian sebuah pesan masuk.
Aylin mendengus, kenapa suka sekali membuat hidupnya tidak tenang. Ingin sekali dia mengabaikan peringatan itu, tetapi dia juga khawatir kalau orang itu benar-benar melaakukan hal buruk terhadap orang sekelilingnya.
Aylin menghela napas berat, seharusnya sedari awal dia tidak mencari masalah.
"Kenapa hidup gue ribet banget sih," decaknya.
Gadis itu bergegas mengenakan jaketnya lalu mengambil kunci mobil. Sebenarnya dia sangat tidak ingin bertemu mereka, yang pasti hanya memanfaatkan Aylin untuk kesenangan mereka sendiri.
Seperti yang dia duga sebelumnya, mereka mengajaknya untuk bertemu hanya sebagai formalitas agar terlihat harmonis. Aylin hanya tersenyum manis menanggapi orang-orang yang berpura-pura ramah padanya. Sejak dulu mereka memang penuh kepalsuan.
"Putrimu cantik sekali, pintar lagi, idaman semua pria ini pasti," ucap seorang pria berjas hitam yang Aylin tidak ketahui namanya dan memang dia tidak peduli.
"Tentu saja, keturunan dari siapa dulu. Dia itu cahaya di SMA Semesta, tidak akan tergantikan," sahut tuan besar yang mengaku sebagai papa terbaik di dunia.
Aylin mendengus. Setelah membangga-banggakannya pada orang lain, dia diabaikan seolah kehadirannya tidak lagi diperlukan.
Tanpa berpamitan, Aylin pergi dari tempat penuh drama itu. Dia tidak suka berada di sana, dan tidak akan pernah. Dalam perjalanan pulang, langit yang sudah gelap membuatnya mulai was-was. Sebuah mobil dari arah berlawanan tiba-tiba melaju dengan sangat kencang, seolah sengaja ingin menabrak mobil yang Aylin kendarai.
Gadis itu tentu tidak diam saja, dia membanting setir sampai menabrak pohon. Dia mencoba bangun saat pandangannya mulai kabur. Yang terakhir dia lihat adalah beberapa orang berpakaian hitam membuka pintu mobilnya, menariknya keluar dengan kasar. Aylin ingin memberontak tetapi tenaganya tidak cukup. Lama kelamaan pandangannya semakin buram dan dia ditelan kegelapan.
..
Jagat baru saja sampai rumah saat Miya tiba-tiba menghubunginya, menanyakan keberadaan Tara. Pria yang tadinya berniat mengistirahatkan tubuhnya itu bergegas mengambil kunci mobilnya, bergegas ke kediaman Danendra. Dia juga tidak tahu di mana keberadaan Tara.
Dalam perjalanan sebuah panggilann dari nomor tidak dikenal masuk, awalnya Jagat berniat mengabaikannya begitu saja tetapi sebuah foto yang dikirimkan membuatnya menggeram. Itu foto Tara yang sedang pingsan di sebuah ruangan yang Jagat juga tidak tahu tepatnya.
"Jangan macam-macam sama Tara," ancam Jagat, pria itu menepikan mobilnya untuk mengangkat panggilan tersebut.
Seseorang di seberang sana tertawa, membuat Jagat semakin geram. Orang itu tidak banyak basa-basi hanya meminta Jagat datang ke alamat yang dia kirim untuk menjemput Tara.
Dalam keadaan khawatir Jagat tidak berpikir panjang, dengan cepat pria itu menjalankan mobilnya menuju alamat yang dikirim padanya.
Sebuah gudang tidak terpakai berada di depannya saat ini. Hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai di tempat itu. Bergegas, Jagat memasuki gudang tersebut tanpa rasa curiga sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA - SELESAI
Teen Fiction[TERBIT] Ikut serta dalam writting challenge batch 02 bersama penerbit LovRinz Tara Lulana, gadis dengan kesejukan dalam dirinya, dia yang mudah senyum, sederhana dan apa adanya. Awalnya Tara berpikir dengan pindah ke SMA Semesta, hidupnya akan baik...