📖Si Cahaya Semesta📖

18 3 0
                                    

Akhirnya senyum ceria itu kembali, semangat untuk berangkat sekolah terlihat begitu jelas. Perubahan putrinya terlihat sejak pindah ke sekolah barunya, dia tidak lagi terlihat takut berangkat sekolah seperti dulu. Valerie tersenyum, putrinya harus bahagia.

"Ma!" panggil putri cantiknya.

Tara tersenyum, lebih cerah dari biasanya.

"Kenapa, Nak?"

"Tara mau tau pendapat Mama deh. Menurut Mama di semesta ini, yang paling dibutuhkan itu apa, matahari? Bulan? Atau bumi sendiri?" tanya Tara.

Sebelum menemui Ibunya, gadis itu baru saja melihat langit malam, sangat indah dengan pencahayaan bulan meski tanpa adanya bintang. 

Satu hal terlintas dalam benak Tara, mengapa setiap berbicara semesta, orang-orang hanya terpusat pada matahari, bulan dan bumi, hal itulah yang membuatnya mendatangi sang ibu. Dia yakin, Valerie bisa memberinya gambaran sederhana tentang rasa penasarannya itu.

"Semuanya dibutuhkan, Sayang. Ingat gerhana matahari dan bulan, bukan? Memangnya gerhana bulan bisa terjadi, tanpa adanya bumi dan matahari? Memangnya matahari dibutuhkan jika bumi tidak ada? Dan yang terakhir apakah bulan bisa terlihat indah di malam hari kalau bukan karena pantulan cahaya matahari? Semesta ini adalah satu kesatuan yang tidak akan bisa dipisahkan, Nak. Jadi, kalau ada yang mendominasi, maka harus diseimbangkan, karena memang semesta harus seimbang, tidak boleh berat sebelah," jelas Valerie, sebagai seorang penulis, wawasan yang dimiliki wanita paruh baya itu sudah lebih luas.

Terkadang beberapa orang berpikir kalau menulis hanya perlu halusinasi dan ketikan saja, nyatanya tidak semudah yang orang lain pikirkan. 

Realitas, untuk membuat sebuah karya, butuh persiapan lebih, penulis perlu melakukan riset agar ceritanya tidak asal jadi, perlu memperbarui dan belajar banyak kosa kata agar isi cerita lebih kaya akan ilmu, dan membuat alur cerita adalah hal yang paling sulit dalam menulis. Semua orang bisa membuat ide, tetapi tidak bisa menuangkannya dalam sebuah tulisan, hanya orang-orang tertentu yang bisa melakukannya.

"Hem, lalu mengapa bintang tidak ada dalam siklus ketiganya? Apa karena bintang tidak dibutuhkan?" tanyanya lagi.

"Bukan Nak, bintang itu seperti penyeimbang, oleh sebab itu bintang tidak masuk dalam setiap siklus antara matahari, bulan dan bumi," jelas Valerie, Tara tersenyum lalu mengangguk, dia mengerti sekarang.

"Tidur gih, udah malam, besok pagi berangkat sekolahnya biar gak telat," suruhnya, Tara mengangguk, dia cukup puas dengan penjelasan ibunya. 

Gadis itu mencium pipi Valerie sebelum keluar dari ruang pribadi Valerie, tempat khusus yang didesain untuk Valerie menulis.

"Selamat malam, Mamaku tersayang," ucapnya sebelum pergi.

Valerie tersenyum, tetapi setetes air mata terlihat di pelupuk matanya. Dia mencoba mengembangkan senyumnya meski masih terasa berat. 

Wanita itu melanjutkan aktivitas yang tertunda, menulis kisah yang akan dia abadikan untuk menjadi kenangan. Valerie sudah berjanji pada dirinya sendiri saat mata itu kembali terbuka, maka hanya kisah manis yang akan dia dapati, dia tidak akan mendapat akhir menyedihkan lagi, dia akan bahagia, bersama ketiga semesta lainnya.

...

Jika biasanya dia akan berjalan sembari menundukkan kepala, maka sekarang dia bisa berjalan dengan mengangkat kepalanya. Ketiga sahabat baru yang berada di sisinya membuatnya tidak merasa takut. Mereka bahkan selalu menyesuaikan langkah dengan langkah Tara yang lebih pelan. Sungguh, Tara terharu dengan apa yang mereka lakukan.

"Gak nyangka bisa ketemu orang sebaik kalian," lirihnya,

Miya, Malika dan Kinanti tersenyum.

"Kelemahan bukan alasan untuk dijauhi, bukan? Kita semua manusia, yang pasti tidak akan pernah sempurna. Kesempurnaan itu hanya milik sang pencipta," tutur Miya.

SEMESTA - SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang