Dia menatap keluar jendela.Entah apa yang menarik di luar sana,hingga sama sekali tak terusik saat aku duduk di sampingnya.Aku menatapnya lekat dari balik kacamata hitam yang aku kenakan.
Hari ini aku mengenakan kacamata dan masker.Guna menutupi identitasku,agar tidak menyulitkan dia nantinya.Pekerjaan sebagai publik figur memang mengharuskan aku berhati-hati dalam setiap langkah.Sekali lengah bisa jadi bahan gosip yang jauh dari fakta.
Sudah dua minggu ini aku hanya bisa mengikutinya diam-diam.Aku tidak lagi seyakin beberapa minggu lalu untuk menemuinya.Aku yang tidak sengaja menarik pakaiannya, membuat dia dipandang dan di cibir banyak orang.Semua karena aku.Luka itu karena aku,dia harus menanggung seumur hidupnya.
Bagai ribuan pisau menusuk hatiku saat aku melihat bekas luka bakar dilengannya.Itu karena aku.Luka itu karena aku.
Seketika pikiranku kembali mengingat empat tahun lalu.Aku yang mulai mengabaikannya.Aku yang sibuk dengan dunia baruku tak pernah ada waktu untuknya.Aku yang menghubunginya hanya pada saat memerlukan bantuannya saja.Aku yang dulu pernah berjanji padanya tidak akan berubah jika sudah terkenal.
Banyak yang beranggapan kalau aku terkena star syndrom.Karena aku menjadi sombong dan mulai meremehkan orang yang tak sepadan denganku.
Di dunia pekerjaanku ini pun aku juga terkenal suka seenaknya,susah di atur.Berkali-kali aku ganti asisten karena mereka tak tahan denganku.
Selama aku jadi artis banyak juga skandal yang muncul antara aku dengan beberapa wanita.Tapi sebenarnya tidak lah seperti itu.Selain dengan Claresta aku belum pernah serius menjalin hubungan dengan wanita manapun.
Di dunia entertaiment ini setiap aku berteman dengan wanita akan menjadi gosip.Meski hanya kebetulan keluar dari hotel yang sama bisa jadi viral besoknya.
Tapi aku tidak pernah mengklarifikasi apapun tentang itu,biarkan mereka memberitakan diriku sesukanya.Bukankah zaman sekarang sesuatu yang viral bisa menjadi uang?
Managerku sering mengeluh akan sikapku yang cuek dengan pemberitaan buruk tentangku.Menurutnya aku seperti mengiyakan diriku yang terkena star syndrom.Tapi aku mengacuhkannya,yang penting karyaku masih di minati di industri permusikan dan menghasilkan banyak pundi-pundi uang.
Ketika mengetahui kalau Claresta masuk Rumah Sakit karena ulah fansku,sebenarnya aku ingin menjenguknya.Tapi karena saat itu aku masih di luar kota jadi aku tidak bisa melakukannya.Claresta mulai menghilang sejak saat itu.Dia memutus semua kontak denganku.Aku tidak pernah bisa menelfonnya,semua akun sosmedku sudah di blokir olehnya.
Untuk beberapa saat aku tidak mempermasalahkannya,tapi makin lama aku makin gusar.Meski aku tidak pernah sekalipun memberinya kabar terlebih dahulu,tapi aku merasa ada yang hilang saat tidak lagi melihat notif dari Claresta di hapeku.Biasanya dia setiap hari akan mengirimiku kabar,menanyakan hal-hal yang ku anggap receh.
Hingga dia tidak lagi menghubungiku,di dalam hati ini rasa ada yang hilang.
Aku yang dulu tidak pernah menelfonnya,karena rasa kehilangan itu membuatku sering menelfon,setiap saat aku akan mengirimi pesan ke nomornya.Tapi semua tidak ada hasil.Dia tidak lagi pernah menanggapi semuanya.
Hingga beberapa minggu lalu,aku bagai menemukan mata air di tengah padang pasir saat melihatnya di depan lift.Tapi dia berubah..
Dia seperti tidak mengenalku.Dia tidak mau aku menyapanya.Dia tidak mau orang lain tau kalau kita saling kenal.Dia menganggapku orang asing.
Sungguh aku tidak terima dengan sikapnya yang seperti itu.Dia yang menghilang.Dia yang memutuskan kontak denganku.
Lalu apa??
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARESTA
RandomNamaku Claresta.Claresta saja tidak ada tambahan nama lain atau nama keluarga di belakangku.Karena aku berasal dari keluarga dengan perkonomian menengah tidak naik keatas. Usiaku 23 tahun.Aku bekerja sebagai MUA.Dan aku tidak tertarik dengan urusan...