Part 10

20 2 0
                                    

"Lu belum ganti baju Res?" tanya Fani saat berpapasan di koridor

"Iya ini mau ganti baju."

"Ya udah cepetan.Gue tunggu di ruang make up.Jadi bridesmaid kok belum apa-apa jam segini.."ocehnya.

"Iya.iya bawel..!" jawabku sambil berjalan meninggalkannya.

Hari ini adalah hari pernikahan Kania dan Virza.Akad nikah sudah di laksanakan tadi pagi.Di lanjutkan resepsi malam hari.Dan sekarang aku tengah bergegas mengganti pakaianku dengan gaun khusus untuk para bridesmaid.

Iya...Tentu saja aku menjadi bridesmaid untuk Kania.Sebenarnya aku sudah menolaknya.Karena aku tidak suka,lebih tepatnya takut berada di antara banyak orang.Aku lebih memilih di balik layar.Tapi Kania sukses mengancamku.

Aku mematut diriku di depan cermin.Kania merancang baju untukku.Tentu beda dengan bridesmaid lainnya hanya warnanya senada.Karena tidak mungkin aku mengenakan baju tanpa lengan.Aku tersenyum senang melihat hasil karya Kania.Gaun panjang dengan lengan yang panjang pula melekat cantik di tubuhku.

"Cepetan Res...!"

Zea berteriak padaku saat aku baru masuk ruang make up.Dia sudah cantik,sangat siap menuju tempat acara.Zea juga menjadi bridesmaid Kania.

Fani cepat melambaikan tangannya memanggilku.

"Ini juga udah cepet.." aku segera duduk di depan Fani.

"Gue bisa make up sendiri deh Fan.."

"Diem bae dah lu..Dari pagi lu udah sibuk make up si pengantin.Biarin sekarang Gue yang urus lu.."

"Siap...Buatlah diri hamba cantik Ibu Peri..." ucapku dengan senyuman terbaikku.

Aku makin tersenyum lebar melihat Fani mendengus.

"Kulit wajah lu itu bagus banget deh Res.Pake sekin seker apaan?"tanya Fani setelah meratakan foundation di wajahku.

"Maizena...." jawabku asal.

"Oncom..."

Aku tersenyum sendu.Andai Fani tau kalau ada bagian kulitku yang mangerikan.Tak akan mungkin dia memujinya.

"Diana mana Fan?"

"Tu anak langsung dandan begitu tugasnya selesai.Katanya mau ke ballroom.Paling sekarang usah mupeng liat tamu undangan."

Aku tersenyum lebar karena wajah bahagia Diana sudah membayang di kepalaku.Mungkin Diana nampak berlebihan,tapi aku suka melihatnya kebahagian di wajahnya meski hanya sekedar membicarakan tipe idealnya.

Diana bisa dengan mudah menunjukkan rasa suka dan bahagiannya saat membicarakan lawan jenis.Berbeda sekali denganku.Jangankan tipe ideal,berpikir saja aku tidaklah berani.

Lagi-lagi aku merasakan nyeri di bahu hingga lenganku.Entah kenapa ini akan terasa nyeri setiap aku memikirkan hal yang tak bisa aku lakukan karenanya.
°
°
°
°
Para bridesmaid duduk di meja yang sudah di siapkan untuk kami.Kania menggunakan adat Sunda untuk acara resepsinya dan akadnya tadi pagi menggunakan adat Jawa.Kania dan Virza memang berasal dari suku yang berbeda.Dan mereka sepakat untuk menggunakan kedua adat tersebut di acara pernikahannya.

Di sebelahku sudah duduk Zea dan beberapa lagi teman dari Kania.Aku mengenal mereka hanya saja tidak dekat seperti Zea atau Kania.

"Cla...Kita kesana yuk..?" aku melihat arah yang di tunjuk Zea.

Aku melihat beberapa teman SMAku duduk di meja yang tak jauh dariku.Aku membalas lambaian tangan Gio.

"Mereka emang janjian dateng barengan ya Ze?"

CLARESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang