Part 8

17 1 0
                                    

"Hai..."

Sapanya saat aku sudah di dekatnya.Aku tersenyum dan membalas sapaannya.Entah apa yang membuat pria ini hampir setiap hari berdiri di depan gerbang.

Kalau tidak salah ingat sudah seminggu ini aku selalu bertemu dia di depan.Aku baru mengenalnya dua minggu lalu.Saat itu aku yang menjadi MUAnya.

Namanya Dave,masih muda dan dia blesteran.Ibunya dari Indonesia dan ayahnya orang Inggris.Sejak remaja orang tuanya berpisah dan Dave ikut ayahnya.Baru dua tahun lalu dia kembali tinggal dengan ibunya.Setahun tinggal di Indonesia ada orang yang menawarinya menjadi model.

Darimana aku tau sebanyak itu?

Ya karena dia sendiri yang terus menceritakan tentang dirinya saat aku meriasnya.Padahal aku sama sekali tidak pernah bertanya apapun padanya.Tapi dia dengan entengnya menceritakan sendiri kehidupannya.Dan sialnya aku mengingat semua ocehannya itu.

Sejak itu dia sering muncul di tempat kerjaku.Meski dia tidak ada jadwal pemotretan,dia akan datang kesini.Katanya dia bosen di rumah.Temannya belum banyak jadi tidak tau harus pergi kemana.

Seminggu ini dia pasti berdiri di situ,padahal dia naik mobil.Dan bersama dengan ku memasuki gedung tiga lantai ini.Kan dia bisa langsung masuk,kenapa harus berdiri di depan gerbang seakan memang menunggu kehadiranku.

"Kenapa tu bule bareng Lu lagi Res?" Fani setengah berbisik padaku saat aku sudah di ruang make up.

"Mana gue tauk...?!" jawabku acuh.

"Kayaknya tu bule naksir sama lu deh Res.." Diana mulai mengeluarkan bakat memprediksinya.Fani mengangguk menyetujui prediksi Diana.

"Lu pacaran sama tu bule?"

"Ngawur bae..." sanggahku.

"Heh Dave..!ngapain lu kesini?Jadwal pemotretan lu mah besok bukan hari ini." Fani memutar kursinya melihat Dave yang duduk di jejeran kursi belakang meja rias kami.

"Bosen gue di rumah Fan..Duduk disini sapa tau ada model yang cancel,jadi gue bisa gantiin.." jawabnya sambil nyengir.

Dia fasih berbahasa Indonesia.Karna dari kecil sampai remaja dia tinggal di Indonesia,setelah orang tuanya berpisah dia baru pindah ke Inggris.

"Serah lu dah..." saut Fani.

"Lu naksir Resta ya?"tanya Diana terus terang.

Aku sampai berhenti mengecek alat kerjaku karna kaget akan kegilaan Diana.

"Mungkin iya..." jawab Dave enteng.

"Kalau begitu pepet aja terus sampai dapet.Kasian dia itu jomblo akut."

Aku melolot pada Diana.

"Yang belum pernah terjamah dosa terindah." Fani menambah micin dalam obrolan gila ini.Diana dan Fani tertawa di atas maluku.

Dave hanya tersenyum menatapku.Aku memutar bola mataku bosan.Aku juga tau apa yang di maksud Fani dengan dosa terindahnya itu.

"Sok tau lu Fan.." cibirku.

"Jadi udah pernah berbuat dosa terindah lu Res?Sama siapa?Dimana?" tanya Fani penasaran.

"Gue gadis baik-baik ya..."

"Ya kan payah jomblo akut.."

"Sialan lu....!" aku melempari Fani dengan pensil alis.

Mereka berdua kembali tertawa,malah lebih nyaring dari sebelumnya.Dan dari cermin aku bisa lihat Dave tertawa pelan meski menunduk fokus ke hapenya.

"Lu ga ada kerjaan lain Dave?"tanyaku.

"Ga ada."

"Ga kuliah juga?"

CLARESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang