Part 14 (Osaka)

38 3 0
                                    

Tubuhku panas menahan amarah saat pria bule itu membawa Claresta.Tapi aku harus memikirkan keselamatan Claresta daripada amarahku saat itu.

Aku terus mengikuti langkah pria bule yang aku tak ingin tau namanya itu.Dan tidak ada orang yang berani mencegahku karena meninggalkan pemotretan.Pria bule itu membawa Claresta masuk ke dalam mobil.

"Kenapa lu disini?" tanya pria bule itu saat aku sudah masuk mobilnya dan duduk di kursi penumpang sebelah Calresta.

"Udah cepetan bawa Claresta ke Rumah Sakit.."jawabku yang memang masuk akal.

Tanpa membantah lagi,pria bule itu segera mengendarai mobilnya.Tak lama mobil memasuki bagian IGD sebuah Rumah Sakit.

"Lu parkirin mobil dulu aja.Biar gue yang bawa Claresta masuk."

Aku segera membopong tubuh Claresta memasuki ruang IGD sebuah Rumah Sakit.

"Kenapa dia?" tanya perawat yang ada disana.

"Saya kurang tau.Badannya tiba-tiba dingin dan terus pingsan."jawabku sesuai dengan yang aku tau.Dan membaringkan Claresta di bangsal.

Meski kehadiranku disana menarik banyak perhatian orang.Tatapan mata mereka sudah mewakili semua yang ingin mereka tanyakan.Aku tidak memperdulikan itu.Claresta lah yang harus aku pedulikan.

"Bagaimana?"tanyaku cepat begitu dokter selesai memeriksanya.

"Tidak apa-apa..Pasien hanya perlu istirahat sebentar."jawaban dokter tidak melegakanku sama sekali.

"Apa dia tidak sebaiknya di rawat inap?Saya tidak mau kenapa-kenapa setelah ini.."

"Tidak perlu..Setelah saya periksa pasien tidak menunjukan gelaja sakit apapun.Kalau badan dingin itu karena dia mengeluarkan keringat yang berlebihan.Bisa karena dia merasa takut atau mungkin kelelahan.Sebelum di bawa kesini apakah pasien mengalami kejadian yang mebuatnya merasakan ketakutan yang berlebih?"

Aku tidak bisa menjawab pertanyaan dokter.Aku tidak tau pastinya apa memang Claresta merasakan ketakutan hingga pingsan karena pertengkaran kami tadi.

"Tadi kami bertiga memang sedikit berselisih Dok....Dan tanpa kami tau bagaimana dia sudah lemas,badannya berkeringatdan dia pingsan."

Aku menoleh ke sumber suara,ternyata pria bule itu sudah ada di belakangku dan menjelaskan kronologinya.

"Apa di situ hanya kalian bertiga?"tanya dokter lagi.

"Tidak...Disitu banyak orang.Apa mungkin dia mengalami panic attack Dok?karena tadi sempat melihat wajahnya yang panik.."

Aku hanya memperhatikan dua orang ini bicara.

"Kemungkin iya....Apa pasien punya trauma?"

"Saya tidak tau kalau itu.Mungkin orang ini lebih  tau Dok..." bule itu menunjuk aku dengan pandangan matanya.

"Saya juga kurang tau Dok..."

"Baiklah untuk saat ini keadaan pasien tidak mengkhawatirkan.Mungkin pasien memang kelelahan.Ini silahkan tebus resepnya di apotik yang disana..Setelah pasien sadar bisa di bawa pulang.Suruh dia banyak istirahat..."

"Terima kasih..." ucapku dan mengambil kertas resepnya.

"Tapi saya sarankan nanti untuk di lakukan pemeriksan kalau pasien mau.Kalau memang pasien terkena panic attack itu harus segera di sembuhkan,jangan di biarkan berlarut.Bisa berbahaya untuk kesehatan mentalnya."lanjut Dokter itu sebelum pergi.

Ada bagian di dada ku yang merasakan sakit.Apa benar rasa takut Claresta bisa membuatnya sebegini.Bahkan bisa berdampak untuk mentalnya.Sampai membuatnya tidak sadarkan diri seperti sekarang.Aku mengutuki diriku sendiri yang tidak tau apapun tentangnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CLARESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang