Chap13-
•Lies will become lies
"Kita adalah teman, bukan?"
—H
.
.Suara detakan jam memenuhi isi ruangan itu. Jam menunjukkan pukul 12:20, masih terlalu dini untuk terbangun dan memulai hari yang baru.
Remaja yang terbaring di atas kasur menggeliat resah, dan perlahan-lahan mulai membuka matanya.Langit-langit berwarna putih adalah hal pertama yang ia tangkap saat membuka mata. Ia diam sesaat, mencerna keadaan sebelumnya.
"Hah!"
Haechan langsung terduduk setelah mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Ia semakin bingung karena pandangan nya mengunci kepada ruangan yang sekarang ia tempati.
"Kamar ku? Kenapa aku bisa berada di sini?" Mata bulatnya menatap sekitar, memastikan bahwa ini benar-benar kamar tercinta nya.
"Bukan kah terakhir kalinya aku berada di rumah Chenle?" Ia mengerutkan keningnya bingung.Matanya menatap tubuhnya yang terbalut piama hitam miliknya. "Apa itu hanya mimpi?" Tanya nya kepada diri sendiri.
"Tapi aku sama sekali tidak ingat kapan aku pulang dan aku tidur?! Yang aku ingat aku di rumah Chenle dan..dan.." ia menjeda perkataannya sesaat. "Jaemin, yangyang mengatakan dia adalah pembunuhnya." Katanya gusar.
Bukan tanpa alasan Haechan menyelidiki kasus kematian anak-anak di sekolahnya. Dia yakin, ini ada sangkut pautnya dengan mereka. Dengan teman-temannya.
"Ini membingungkan!! Akh!" Haechan mengusap kepalanya dengan frustasi dan berakhir meringis kesakitan.
"Aduh, sejak kapan belakang kepalaku jadi sakit begini?" Setelah mengatakan itu Haechan terdiam, beberapa detik kemudian keterdiamanya berubah menjadi pelototan di mata bulatnya.
Ingatannya kembali berputar di saat ia berada di rumah Chenle. "T-tunggu, aku ingat. Seseorang memukul kepala ku dan aku kehilangan kesadaran." Ucapnya mengingat-ingat.
"Sebenarnya itu mimpi atau bukan?"
Dengan debaran yang cukup membuat dadanya sakit, ia menatap jam di atas meja belajarnya. Pukul 12:26.
.
."Haechan, makan sarapan mu dulu!" Wanita yang sudah berumur itu menyiapkan sarapan di meja makan.
"Aku akan makan di kantin saja, Ma!" Dengan segera Haechan berjalan turun dari tangga menuju pintu beranda rumah.
"Baiklah. Dan oh! lain kali saat pulang nanti pagar dan pintu rumah jangan lupa di tutup kembali, ya? Jangan seperti kemarin, kalau ada maling kan bahaya." Ucap mamanya.
Haechan memberhentikan langkahnya. Ia menatap sang ibu yang terduduk di meja makan sambil mencicipi makanan buatannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feign/Lee Haechan
FanficHaechan tidak menutup mata, tidak pula menutup telinga. Dia hanya menutup mulut. Mengubur segala fakta dan hidup seperti apa adanya. _____ #thriller#semiformal#blood Triger warning:Post traumatic -blood.depression.pain.personality disorder.mental il...