-22:00-

414 59 6
                                    

Chap19-

•Minta maaf?

Aku hanya aku, bukan lagi kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku hanya aku, bukan lagi kita. Apa itu teman?

-

Cerita berhenti sampai di situ. Haechan menatap wajah Yangyang, mencari kebohongan di sana. Tapi kesedihan lah yang Haechan dapat. Tidak ingin terlarut dengan rasa sedih itu, Yangyang mengeraskan rahangnya tiba-tiba.

"Aku sangat yakin, Jaemin lah pelakunya!" Ucapnya yakin.

"Jika Jaemin, kenapa ia membantu Yeonjun saat tenggelam?" Haechan tidak mengalihkan pandangannya dari wajah Yangyang di sampingnya.

Yangyang mengangkat wajahnya, bingung mau menjawab apa.

"Aku dengar sidang nya di tutup?" Haechan kembali bertanya. Niat hati untuk mengupas segala hal yang dapat membuahkan jawaban dalam kasus ini.

Lama Yangyang terdiam, sampai langit yang menjingga mulai redup. Yang di tanya masih terdiam, matanya menatap lurus.

"Ayah ku percaya, bukan aku pelakunya." Mata nya menyiratkan kekosongan.

Ada rasa iba di diri Haechan.

"Entah itu Jaemin, atau orang lain pelakunya. Aku.." Haechan berhenti berbicara. Iya bingung mau menanggapi apa.

"Aku tidak memaksa mu untuk percaya bukan aku pelakunya. Tetapi, aku merasa pelakunya menyudutkan aku terus. Maksudku Jaemin,"

Yangyang terdiam kembali, menggantung perkataanya.

"Jaemin?" Haechan berkata bingung.

"Dia beberapa kali menuduh aku pembunuh Yeounjun. Datang ke rumah ku, saat tidak sengaja bertemu di WC, di saat ada kesempatan yang hanya ada aku dan dia. Maksudnya apa?!" Yangyang mengacak rambutnya frustasi.

Seorang Jaemin? Yang terlihat tidak peduli terhadap masalah orang lain, bahkan sampai datang ke rumahnya?
Rasa curiga menyeruak masuk ke pikiran Haechan.

"Jika pun benar dia, kenapa?" Gumam Haechan. Hening yang di timbulkan setelah pertanyaan itu, membuat Haechan merinding.

"Yangyang, sebaiknya kita pulang sekarang. Sudah hampir gelap." Haechan menepuk pundak Yangyang beberapa kali, sebelum berdiri dari tempatnya.

Jam menunjukkan pukul 18:46. Masih tersisa warna jingga di ujung langit, sebelum benar-benar gelap. Yangyang berdiri dari tempatnya, tersenyum jenaka lalu membalas tepukan yang sama di pundak Haechan.

"Baiklah," ucapnya.

"Apapun yang terjadi, tetaplah hidup" Ucap Haechan.

"Dan kau, jangan percaya teman-teman mu. Maksudku, ya begitu" Yangyang menaikkan alisnya.

Feign/Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang