-20:30-

583 92 8
                                    

Chap16-

•Pengintai


I see things that nobody else see

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I see things that nobody else see

-

Matahari masih setia bertengger di atas langit. Warga sekolah masih sibuk dengan kegiatan mereka, bergelung dengan pelajaran yang masih berlangsung di dalam kelas.

Soobin berdiri tepat di depan sebuah pintu, ada rasa ragu untuk membuka benda itu. Bukan karena tempat itu dulunya menjadi tempat Hyunjin mengakhiri hidupnya tetapi, karena harus bertemu teman lamanya.

Flashback dua puluh lima menit yang lalu.

"Hei Soobin, ayo kembali ke kelas." Ajak Beomgyu sambil menepuk dua kali bahu Soobin. Menyadarkan anak itu untuk berhenti melamun.

"Ah, ayo. Kau dari mana tadi? aku menunggumu." Soobin berdiri dari duduknya.

"Menaruh nampan makanan. Ayo cepat, ini jam Bu Irene. Kau tahu dia bagai mana, kan?" Beomgyu melirik sekitar kantin, yang tentu sudah mulai sepi.

"Ayo." Soobin dan Beomgyu melenggang meninggalkan kantin yang mulai lengang.

.
.

Koridor yang menghubungkan kelas-kelas terlihat masih ramai, Soobin berhenti dari jalannya. Memeriksa saku celana yang membuatnya janggal sedari tadi.
"Astaga! Handphone ku. Pasti tertinggal di meja kantin."

Beomgyu menatap Soobin jengah.
"Sana cepat ambil sebelum Bu Irene datang. Aku duluan ya?" Tanpa menunggu jawaban Soobin, Beomgyu melenggang pergi.

Tanpa basa-basi, Soobin berlari kembali ke arah kantin.

"Mau mati, huh!?"

Soobin yang ingin masuk ke dalam kantin jadi terhenti mendengar ancaman itu. "Suara itu.." gumam soobin di dalam hati.

Soobin mendekat ke arah pintu kantin. Sedikit kepalannya sedikit menyembul ke kaca, mengintip ada apa di dalam kantin.

Mata bulatnya membelalak melihat Jaemin, Jeno, Chenle, Renjun, Jisung, dan Mark yang terlihat bertengkar dengan-- Haechan?

"Ada apa dengan mereka?" Batin Soobin.

Remaja tiang yang berusaha merendahkan tubuhnya agar tidak terlihat oleh sekumpulan remaja lainnya di dalam sana semakin memfokuskan pendengaran dan matanya saat melihat tangan Haechan yang menggenggam kerah baju Mark dengan kuat.

Feign/Lee HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang