2.Diagnosa?

19 3 0
                                    

☁️☁️


"Mamaaa!!" Alfa berlari sambil tertawa senang habis meledek Papanya, sampai sampai tak tahu di depannya ada mainan miliknya yang tadi ia lupa untuk di tata kembali.

Bruk

Dia diam sejenak, posisi jatuh tengkurap karena mobil mobilan yang ia injak dan kehilangan keseimbangannya. Ekspresi seketika berubah seperti ingin menangis, "ma-mamaaaa huuwaaaa~" lagi dan lagi ia menangis.

"Bwahahaha, kamu ngapain ampe tiduran di lantai?" Bocah yang umurnya sekitar lima tahun di atasnya itu menertawakannya yang sedang menangis.

"Mamaa bang Raka jahat!" adunya, "dih dih!, apa apaan?!. Ngga maa!, Alfa yang jatuh sendiri!" Bocah itu -Rakasa Rayana- membela dirinya sendiri.

"Bantuin kek!" pintanya dengan kesal. Raka mengulurkan tangannya, "males deh, ngapain nolongin anak manja." ia kembali menarik tangannya dan pergi meninggalkan Alfa yang siap siap menangis lagi.

"ABANG RAKAAA!!"

"AHAHAHAHAHAAHA."

Mama datang membawa bolu yang tadi ia buat, ia meletakkan bolu di meja ruang tengah yang ada Alfa di sana, sedang duduk sehabis menangis sampai sesegukan.

Mama kemudian duduk di sofa tepat di samping Alfa, "tadi siapa yang nangis?" tanya Mama sembari tangannya mengelus surai pendek putra bungsunya.

"Alfa."

"Trus kenapa tadi Alfa nangis?"

"Jatuh, kepeleset mobil mobilan."

"Punya siapa?"

"Alfa."

Mama tersenyum, "tadi emang mobilnya ngga di tata lagi abis Alfa mainin?" Alfa menggeleng lemah, ia menatap Mamanya, "tadi kan Alfa lagi main mobil mobilan, trus Alfa denger Asya nangis kencengg banget, maa. Yaudah Alfa cepet cepet ke rumah Asya sampe lupa di tata lagi mobilnya."

"Berarti salah siapa?"

"Alfa. Alfa minta maaf, ma."

Mama lagi lagi tersenyum, ia senang putranya mau jujur dan mengakui kesalahannya, walaupun terlihat jelas bahwa putranya ini takut untuk mengatakannya, "yaudah, Mama maafin. Tapi sekarang Alfa tata lagi mainannya ke tempat semula ya?"

Alfa mengangguk semangat, "makasih Mama!" ia sampai berlari untuk membersihkan mainannya segera. Mama terkekeh, "hati hati, sayang!"

"Iyaa!"

☁️

☁️

"Bro Karta!" Papa tiba tiba saja melihat Pak Karta sedang berjalan di depan rumahnya, segera ia sapa,

Pak Karta menyipitkan pandangannya, ia rabun jauh. Yang ia lihat hanya dua sosok yang wajahnya saja tidak terlihat, niat hanya mau ke warung Bu Kundari jadi tidak membawa kacamata, daripada bingung ia lebih baik mendekat, "ohhh bro Satya? bro Prama?" akhirnya ia bisa melihat mereka dengan jelas.

"Ah iya, saya lupa Karta itu rabun jauh." Ayah menepuk dahinya dengan tingkah sahabatnya, "sudah sudah, ayo duduk, bro." tawar ayah,

"Loh?, Kan yang punya rumah saya." protes Papa.

ALFASYAKA dan ASA [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang