11.Kenyataan.

4 0 0
                                    

☁️☁️







Indah, entah sejak kapan pemandangan itu ia lihat. Di pandangannya ada kedua manusia yang baru saja mengikat diri dalam suatu hubungan pernikahan, keduanya resmi melepas status mereka dan berkomitmen satu sama lain.

Kini pasutri baru itu tengah menyalurkan rasa hangat dan bahagia, mata mereka bertemu seolah di hadapannya hanyalah anugerah yang benar benar tuhan berikan.

Alfa menggenggam tangan kecil gadis di sebelahnya yang memandangi pasangan di pelaminan, dia tampak termenung memikirkan sesuatu.

Pemuda itu menyelipkan anak rambut ke belakang telinga, tangan kekarnya menyentuh rambut halus dan hitam, "mikirin apa?" tanyanya lembut,

Asya menoleh memperhatikan pemuda di sebelahnya, pakaian formal terkesan memberinya banyak wibawa, berbeda dari gembel yang biasanya dilihat.

"Benar kata orang, di balik kesedihan mendalam terdapat kebahagiaan menanti di ujung jalan."

"Kita hanya perlu mengikuti arah takdir bukan?" Asya mengangguk dengan lanjutan dari Alfa,

"Mau rebutan ikan goreng pak karta?" Keduanya tersenyum licik kemudian. Sedetik mereka langsung menyerbu prasmanan dimana letak ikan goreng incaran mereka berada.

Okty menaik keatas pelaminan saat namanya di panggilkan oleh MC acara. Di berjalan anggun dengan gaun putihnya yang serasi dengan kedua mempelai. Rambutnya yang ia sanggul dengan sedikit hiasan kecil membuatnya semakin cantik.

"Ada yang ingin disampaikan oleh ayah baru." ujar MC, teman Ayah.

Pak karta tersenyum gugup, semua kata kata yang telah ia rangkai semalam penuh hilang saat melihat mata sipit indah milik gadis remaja yang sekarang menjadi putrinya.

"Naakk... Bapak ingin menyampaikan apa yang memang harus kamu dengar."

Okty tersenyum tipis, kata 'nak' bila di ucapkan oleh seseorang yang kini menjadi ayahnya terasa masih asing di telinganya.

"Ba-bapak mau nyampaiin apa?"

Pak karta menghela nafasnya gugup, rasanya lebih gugup saat berbicara dengan anaknya daripada ijab qobul tadi. Diam diam Bu kundari melirik suaminya dengan pelipis penuh keringat, ia terkekeh dan menggenggam tangan kekar milik suaminya dengan tangan halusnya.

"Walaupun bapak ngga sebaik bapak diluaran sana nantinya dalam mendidikmu. Nantinya bapak ngga bisa gantiin posisi ayahmu yang benar benar kamu inginkan hadirnya. Izinkan bapak berusaha untuk menjagamu dan ibumu sampai waktunya."
Okty menatap haru pak karta, bapaknya,

"Bapak baru pertama menjadi orang tua, dan kamu juga baru pertama menjadi seorang putri. Mari sama sama belajar untuk menjadi yang terbaik untuk masing masing. Walaupun bapak melewatkan bagaimana kamu belajar berjalan, bagaimana kamu belajar berbicara, bagaimana kamu mendapatkan nilai di sekolah dan kesusahan serta banyak kenangan lainnya. Bapak akan tetap menjagamu seperti yang seharusnya."

"Dipertemukan sejak dulu maupun sekarang, bapak akan tetap bersyukur dapat menjaga putri cantik sepertimu." air matanya jatuh tanpa izin, ia seperti mendapatkan kebahagiaan berlipat ganda, mendapatkan bapak baru dan orang yang akan melindunginya. Pertama kalinya ia merasakan kebahagiaan yang begitu besar selama ini. Ia menaruh banyak harapan di langit.

ALFASYAKA dan ASA [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang