5.Sekolah.

8 0 0
                                    

☁️☁️






Tiga tahun kemudian.....

Karasyaka meremat tas ranselnya, ia menatap takut takut orang orang yang berlalu lalang di depannya. Dirinya tepat berada di halaman sekolah barunya, hari ini hari pertama ia masuk ke sekolah dasar.

"Asya?" Ayahnya menyamai tingginya, ia berjongkok di depan putrinya sembari tersenyum hangat.

Asya hanya menatap ayahnya dalam dalam, tersirat tatapan takut dari netra indahnya. Ia menggeleng lemah, tanda bahwa ia tidak ingin bersekolah dan pulang. Karena baru pertama kali melihat teman sebayanya selain Okty dan Alfa. Sejak kedua sahabatnya itu bersekolah di Taman Kanak-kanak, ia hanya homeschooling di rumah karena penyakitnya, untung saja penyakitnya tidaklah separah dulu waktu dia kecil. Kini dia sudah bisa bersekolah bersama kedua sahabatnya.

"Kok ngga mau?, Tadi pagi siapa yang bangunin ayah sampe kaki ayah di gigit?, trus siapa yang nyeret nyeret ayah buat cepet nganterin ke sekolah karena semangat banget, siapa coba?"

Asya menurunkan pandangannya, memang ia yang menggigit kaki ayahnya tadi pagi, ia juga yang menyeret ayahnya karena terlalu bersemangat berangkat ke sekolah, tetapi itu tadi pagi bukan sekarang, ia terlalu takut.

Lagi dan lagi, tas ransel berwarna pink dan bermotif bintang itu ia remat, "Asya takut..." cicitnya.

"Kenapa Asya takut?"

"Nanti kalau Asya sekolah siapa yang jahilin Pak karta, trus siapa yang beli di warungnya Bu kundari?"

Ayah terkekeh, ternyata anaknya memang tidak jauh beda dengannya, suka sekali menjahili Pak karta, "kalau masalah siapa yang jahilin Pak karta, serahin aja sama ayah." ia cukup tenang ketakutan anaknya tidak sebesar yang ia pikirkan

"Trus siapa yang beli di warungnya Bu kundari?"

"Yang beli di warungnya Bu kundari bukan cuma Asya, buanyak banget yang beli."

"Tapi nanti kalau Asya ngga beli di warungnya Bu kundari trus warungnya Bu kundari bangkrut gimana?" Ayah kelepasan tertawa mendengar ucapan putrinya.

"Kok ayah ketawa?!" protesnya,

Ayah mengangguk tak jelas, "emang siapa yang bilang ke Asya kaya gitu?"

"Alfa. Kata Alfa kalo Asya ngga beli di warungnya Bu kundari warungnya Bu kundari bakalan bangkrut. Asya kasian sama Okty kalo warungnya Bu kundari bangkrut."

"Polos sekali anaku ini." Ia mencubit gemas pipi anaknya,

"Polos itu kacang ya, yah?"

"Itu polong sayang, kacang polong bukan kacang polos."

"Ooo" Asya mengangguk mengerti.

"ASYAAA!!!" dari belakang terlihat seorang bocah lelaki yang tengah menggendong tas dan berlari ke arahnya. Ia melambaikan kedua tangannya sembari tertawa. Entah darimana ia muncul.

Tanpa melihat seseorang di depan Asya, Alfa yang begitu sampai langsung memeluk Asya, "akhirnya aku sekolah sama Asya."

Asya melepaskan pelukan Alfa, "alfa?, Kamu ngapain di sini?" tanyanya

ALFASYAKA dan ASA [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang