13. sesal masih bisa?

10 1 0
                                    

☁️☁️








Bunda membuka kenop pintu kamar putrinya, ia membawa sebuah nampan berisi makanan dan minuman untuk putrinya. Ia masih khawatir dengan kondisi putrinya saat ini.

"Asya?" ia melihat putrinya tengah duduk di pinggir ranjang, seperti tengah melamun.

Bunda meletakkan nampan di meja, ia menghampiri putrinya dan mengelus pundak dan rambut Asya bergantian. Mengapa anaknya menjadi seperti ini?

"Sayang... makan ya?, dari tadi siang kamu belum makan."

Asya menoleh, "mau di suapin Alfa."

"Ngga boleh gitu, Asya harus makan walaupun tanpa Alfa."

"Yaudah." ia mengambil makannya, memakannya sesuap lalu berhenti. Bunda di buat bingung, "kenapa berhenti sayang?"

"Asya bisa makan tanpa Alfa. Tapi Asya ngga bisa hidup tanpa Alfa."

Asya mengembalikan piring ke nampan, nafsunya hilang. Bunda iba melihat putrinya, sakit melihat putrinya seperti ini.

"Bunda."

"Kenapa?"

"Alfa udah nyerah. Asya juga harus nyerah ya bund?" matanya tiba tiba memanas,

"Cape juga ya bund kalau berjuang sendirian."

Bunda terdiam, ia lagi lagi di buat menunduk oleh putrinya. Asya menoleh ke bundanya, "bunda jangan ikut sedih. biar Asya aja yang tau sakitnya, karena memang Asya yang lebih tau."

"Asya ngga tau mau ngelakuin apalagi biar bisa sama Alfa. Semuanya udah di lakuin, tapi sia sia. Asya cape bunda."

Bunda menggeleng, "Asya ngga boleh cape. Putri bunda ngga boleh nyerah." ia menangkup pipi anaknya dan menatap manik hitam Asya. Tak ada lagi tatapan dulu, hanya tatapan tanpa arah yang ia lihat.

Sesakit itukah sampai putrinya yang tidak pernah menyerah sampai ingin menyerah?, Dan mengapa tidak ada pemberontakan yang biasa putrinya lakukan jika merasa sakit dan kecewa?, Kenapa langsung tatapan tak tahu arah dan menyerah yang putrinya tunjukkan. Dimana pemberontakan yang biasa dilakukan itu?. Jujur ia lebih tenang melihat putrinya mengeluarkan semua emosinya daripada tidak sama sekali, kondisi seperti ini membuatnya semakin takut.

"Asya, ayo nangis. Bunda lebih baik liat kamu nangis histeris daripada gini nak, bunda takut." tutur lemah bundanya,

"Buat apa?, Apa dengan Asya nangis histeris kaya dulu Alfa bisa kembali?"

"Setidaknya kamu mengeluarkan emosimu, daripada langsung menyerah seperti ini."

Asya tersenyum, "Asya ngga mau buat bunda repot."

"JUSTRU DENGAN KAMU KAYA GINI BUAT BUNDA SEMAKIN REPOT KARASYAKA!" ia tak sengaja kelepasan bicara, secepatnya ia membekap mulutnya sendiri.

Gadis itu terdiam, setelahnya ia berdiri dan berjalan menuju meja tempat nampan berisi makanan di letakkan. Ia mengangkat piring dan gelas lalu membantingnya ke lantai,

Prangg!

Suara pecahan piring dan gelas menggema di seluruh kamar, bunda kaget melihat putrinya.

ALFASYAKA dan ASA [on going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang