☁️☁️
Akhirnya hari libur tiba. Terlihat bocah bocah sedang bersiap diri untuk bertanding, entah bertanding apa mereka.
Hari Minggu malam mereka gunakan untuk bermain, Ternyata permainan kelereng yang mereka buat untuk pertandingan, hanya dua orang saja yang bertanding tetapi hebohnya tak kalah dari pak karta yang marah jika empangnya berhasil di bobol bocah bocah.
"Mainnya jangan jujur, curang aja." saran Raka pada adiknya,
"Heh!, Aku aduin ke mama loh!"
"Dih, tukang ngadu."
"Udah udah, ayo lomba!" lerai Okty, dia sampai membawa kemoceng milik Bu kundari saking antusiasnya,
"Iyaa, udah ngga sabar nihh." tambah Asya, kali ini Asya lebih heboh, dia membawa panci yang baru baru ini baru di beli Ayah untuk Bunda, karena Bunda sekarang sudah pintar memasak, jadi panci itu hadiah dari ayah.
Keempat anak itu berdiri melingkar di luar garis lingkaran, semuanya melakukan pemanasan untuk melempar kelereng agar mendapatkan kelereng yang banyak. Raka dan Alfa sudah siap dengan bandana yang tertata rapi di kepala mereka, bandana itu milik Mama yang biasanya digunakan untuk masker time atau cuci muka.
"Aku pertama." Raka, si bocah 12 tahun itu berdiri mengambil ancang ancang untuk menyentil kelereng miliknya. Dan boom, ada lima kelereng yang keluar garis, sontak ketiga anak itu berteriak heboh,
"WOHHH BANG RAKAAA!!"
"YAAAAA!!"
"WUSSSS!"
Raka membusungkan dadanya bangga, dia memukul dadanya seperti gorila yang pernah Okty lihat di kebun binatang.
Kini giliran Okty, dia juga mengambil ancang ancang persis seperti Raka, tetapi ternyata tidak ada satupun kelereng yang keluar. Dia kecewa, tetapi tidak apa apa.
"Giliran Asya!" sama halnya dengan Okty, Asya tidak mengeluarkan satu biji kelereng pun, "yeay Okty, kita sama!" bukannya kecewa ia malah bertos ria dengan Okty.
Gantian Alfa main, dia mengambil ancang ancang yang heboh, kelereng ia tiup dengan nafas naganya, "pingsan nanti kelerengnya kalo di tiup kaya gitu." ujar Raka jengkel dengan tingkah adiknya.
Alfa melempar kelereng dengan penuh kekuatan, sampai sampai hanya tiga kelereng yang keluar, Asya dan Okty pun ikut heboh melihatnya, "WOWWW ALFAA!!"
"Halah, tiga doang aja bangga." ejek Raka.
Terlihat dari arah belakang ada banyak pria dewasa yang tengah pulang sehabis rapat di mushola. Mereka berbincang bincang ramah dengan satu sama lain, keempat anak itupun menghentikan permainannya, menunggu pria dewasa lewat. Tetapi bukannya lewat, mereka malah ingin ikut main bersama keempatnya.
"Eh, abang boleh ikut main ya?" tanya lelaki bernama Dehan.
"Abang juga ya?" ikut yang lain bernama Teja.
Keempatnya mengangguk, mereka juga senang kalau tambah ramai.
Akhirnya setelah di hitung hitung ada tujuh orang tambahan yang ikut mereka main, totalnya menjadi sembilan.
Kesembilan orang itu bermain dengan sengit, mereka melempar kelereng dengan semangat anak muda, Asya dan Okty juga tak kalah semangat menyorakinya,
"Ayooo semuaa, ayooo!!"
"Hidup Liverpool!!" mungkin karena Asya biasa di ajak begadang Ayahnya menonton bola, jadi seperti ini.
"Ih Asya!, ini kelereng bukan main bola!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFASYAKA dan ASA [on going]
Teen Fiction"Alfareel satyana, Karasyaka prama. Hmm.. cocok ah buat di cetak di buku nikah." "Buku Yasin kali!" Berselisih paham?, Adu mulut?, Banyak drama?, Ouhh tentu semua itu ada di dalam persahabatan mereka berdua, Alfareel dan Karasyaka. Namun di suatu...