☁️☁️
Pintu UGD belum saja terbuka sejak lima belas menit berlalu. Bunda, Ayah, dan Pak karta menunggu di luar dengan perasaan gelisah. Sejak sampai di rumah sakit dan di depan ruang UGD, Bunda hanya terdiam. Ia terlalu takut untuk bertanya dan berbicara.
"Nanda, sayang." panggil Ayah kepada Bunda yang sejak tadi hanya diam, "sayangg?"
"I-iya mas?" akhirnya Bunda membalas panggilan Ayah.
"Jadi kejadiannya gimana, kok Asya bisa sampai muntah darah?"
Bunda menarik nafas dalam dalam, "tadi Asya sama Bunda lagi nonton televisi, kita berdua duduk di sofa bareng. Tapi tiba tiba Asya pergi dan ngga sengaja dia jatuh kesandung kaki meja, aku panik dan langsung gendong Asya supaya ngga nangis."
Ayah mengusap air mata Bunda dan memberi senyuman hangat, "Tanpa tanda apa apa, Asya tiba tiba muntah darah, mas. Aku dan Asya sama sama syok. Aku refleks taruh Asya di sofa dan lari ke dapur ambil tisu. Setelahnya aku lap noda darah di mulut Asya, aku juga kasih minyak kayu putih mas. Tapi bukannya berhenti Asya malah makin banyak muntahnya, darahnya berceceran di mana mana. Tiba tiba tanganku gemetar, sekilas muncul banyangan Ibu di masa lalu."
"Udah udah, ngga usah di lanjutin." Ayah menggenggam tangan Bunda. Ayah tidak ingin mengungkit lagi trauma istrinya akan darah. Sudah cukup ia mendengar penjelasan dari istrinya, lagian tak mungkin juga istrinya hanya diam menangis tak melakukan apa apa di saat putri mereka muntah darah.
Kriett
Pintu UGD akhirnya di buka, ketiga orang yang menunggunya berdiri. Pak karta yang pertama bertanya, "bagaimana keadaan Asya dokter?"
Dokter menghela nafasnya, "sebelumnya, apakah ada keluarga dari pasien?"
Ayah segera maju, "saya orang tuanya."
"Baiklah, mari ikut saya keruangan."
Ayah mengangguk, ia berjalan mengikuti dokter bersama dengan istrinya. Pak karta kembali duduk dan memijat pelipisnya, Asya yang sudah ia anggap seperti anak kandungnya sendiri tengah terbaring tak berdaya di dalam sana, semoga saja tidak ada hal yang serius.
☁️
☁️
"Jadi begini Bapak, Ibu. Apakah ada dari kalian atau orang tua atau saudara kalian yang memiliki riwayat penyakit keturunan?"
Bunda meneguk salivanya, detak jantungnya kembali berdetak kencang, sama dengan ayah, "ada dok, dari keluarga mertua saya."
"Pantas saja." Ayah mengerutkan keningnya, "memangnya ada apa dokter?"
"Anak kalian didiagnosa mengidap penyakit Leukimia, atau yang biasa di sebut Kanker darah."
Kedua pasutri itu membeku dengan penuturan dari Dokter.
Tangisan Bunda yang baru saja berhenti kembali luruh, "a-anak saya?, terkena Leukimia?" tanyanya tak percaya,
"Iya, bu."
Seolah dunianya berhenti begitu saja, pandangannya memudar, pendengarannya terdengar samar samar. Dan semua gelap dalam sesaat. Ia tak sadarkan diri karena kabar putrinya terkena penyakit Leukimia yang juga dulu ibunya derita hingga merenggut nyawa ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFASYAKA dan ASA [on going]
Teen Fiction"Alfareel satyana, Karasyaka prama. Hmm.. cocok ah buat di cetak di buku nikah." "Buku Yasin kali!" Berselisih paham?, Adu mulut?, Banyak drama?, Ouhh tentu semua itu ada di dalam persahabatan mereka berdua, Alfareel dan Karasyaka. Namun di suatu...