MELODI DAN SUNYI

119 25 3
                                    

Cerita karya Firdiyasih Natasyah

Asal Sekolah MTs S SimbangKulon 02

SSA

cerita ini menceritakan seorang bocah tuli bernama rizki dan sahabatnya yang bernama sasa. mereka sudah bersahabat sejak masih kecil. rizki memang tuli, namun tidak bisa diragukan lagi bahwa dirinya termasuk murid berprestasi disekolah. kalau ada yang bertanya, memang rizki bisa bersekolah? tentu bisa, rizki bukan tipe anak yang menyerah akan keadaan. ia tetap bersekolah, walaupun ia hanya mengikuti kelas khusus disekolahnya. dan, disinilah rizki dan sasa berada, dikantin dan menikmati bakso. sasa juga tergolong sahabat yang pengertian. ia rela membagi waktunya untuk mempelajari bahasa isyarat demi bisa berkomunikasi dengan rizki.
"ki... kok ngalamun" tanya sasa dengan gestur tangan yang melambangkan kata diatas.rizki segera menoleh dan menggeleng sembari tersenyum. sasa hanya ber oh ria dan kembali menikmati bakso.

jam pelajaran pun usai, sasa dan rizki berjalan kaki menyusuri trotoar. mereka berencana untuk pergi kefestival sebelum pulang. bukan, bukan sasa yang meminta, namun rizki. dengan dalih ingin menghibur diri.

setelah sampai, mereka terlihat bahagia melihat kesekeliling area festival.
sasa menepuk pundak rizki dan membuat gestur tangan "mau lihat apa dulu?"
rizki yang melihatnya segera berjalan tanpa menjawab isyarat tangan sasa. sas yang merasa terabaikan, hanya mengikuti rizki dari belakang sambil mengoceh tak jelas.

rizki berhenti didepan stan piano. ia melihat seseorang memainkan piano dengan sangat indah walaupun ia tak mendengar melodi apa yang dimainkan oleh pianis tersebut.sasa yang melihatnya, kembali menepuk pundak rizki. "pengen belajar piano?" tanya sasa. rizki yang melihat gestur tersebut, menggeleng ribut dan menjawab dengan isyarat tangan. "tidak, aku kan tuli. mana bisa aku main piano." sasa hanya bisa senyum. dan lantas kembali menggerakkan tangannya. "coba dulu, kamu jangan bilang tidak bisa kalau belum mencobanya". rizki yang melihat itu, hanya tersenyum dan mengangguk. benar kata sasa, ia harus mencoba terlebih dahulu.

sudah terhitung empat minggu rizki belajar memainkan piano. ia ingin sekali mencobanya diruang musik sekolah.

dan disinilah rizki berada, duduk didepan sebuah benda yang dipenuhi oleh tuts berwarna hitam dan putih. mencoba menekan satu persatu hingga menghasilkan melodi-melodi yang indah. memang rizki tidak bisa mendengarnya. namun, ia bisa merasakan alunan melodi tersebut lewat hatinya.namun, saat rizki sedang memainkan piano. tiga orang murid mendobrak pintu dan masuk untuk mengejek rizki."yahaha... si budek main piano nih..." ejek salah satu dari mereka. "heh! kalau budek ya budek aja sih... jangan sok buat main piano" yang lainnya pun menimpali.rizki tak tau apa yang mereka bilang, namun rizki paham, jika dirinya sedang diejek.

sasa sedang berjalan menuju kelasnya. namun saat melewati ruang musik, ia tak sengaja melihat rizki yang sedang dibully dari balik jendela. sasa yang melihatnya jelas marah. ia pun segera menghampiri.

"woi!!! kalau mau bully orang, cari yang sepadan!!" teriak sasa sambil menarik kerah baju dari salah satu mereka.

rizki yang melihatnya kaget, dan segera memisahkan mereka.

setelah beberapa menit bertengkar, kini sasa dan rizki sedang terduduk dibawa pohon samping lapangan.

"kalau dibully itu dilawan!!" tulis sasa ditanah.

"tapi yang mereka bilang itu benar" jawab rizki dengan gestur tangan sambil tersenyum.

"tapi, kalau seperti itu, sia-sia kamu belajar piano" balas sasa. rizki hanya menanggapi dengan senyum.

hari minggu, rizki dikagetkan oleh kedatangan sang sahabat.

"nih pake". sasa memberikan sebuah alat dengar kepada rizki.

rizki pun memakainya dengan raut wajah bingung. namun, sasa terus saja tersenyum cerah.

"ki!!! kamu bisa dengar aku kan?" rizki hanya mengangguk.

"oke kalau sudah bisa. jadi, kamu mau gak ikut lomba piano?" tanya sasa spontan sambil menunjukkan sebuah poster perlombaan piano.

untuk sekian kalinya rizki terkaget. hey, ia masih tergolong pemula untuk mengikuti lomba.
"plisss ikut ya?... ya ya ya....". sasa memohon dengan wajah memelas. rizki hanya bisa pasrah dan terpaksa mengikuti lomba tersebut.

hari-H perlombaan pun datang. rizki dan sasa kini sudah berada dibelakang panggung menunggu giliran.

setelah menunggu beberapa menit, akhirnya giliran rizki untuk tampil pun tiba.

"kamu pasti bisa!! semangat!!" sasa memberi semangat kepada rizki

sekarang, disinilah rizki berada. diatas panggung dikelilingi lampu. berdiri canggung melihat sekeliling .rizki membuat gestur tangan. merangkai kata.

"hay... saya rizki. saya seorang tuli. saya memang tak bisa mendengar, namun itu bukan halangan bagi saya untuk tidak berdiri disini. karena menurut saya, kekurangan bukanlah penghambat untuk kita meraih impian." setelah menyelesaikan kata tersebut, rizki pun mulai bermain. menekan satu persatu tuts dengan jemarinya.sebuah melodi indah yang mungkin siapa saja bisa terhipnotis. rangkainan melodi-melodi mengalun indah, memenuhi panggung berhias lampu.

pengumuman pemenang pun telah tiba, sasa dan rizki berdiri dibelakang panggung dengan perasaan harap-harap cemas. namun sebuah kalimat mampu membuat mereka bernapas lega dan tentu saja senang.rizki, ia dapat membawa pulang hadiah pertama lewat melodi-melodi indah.

ia sudah membuktikan, bahwa kekurangan bukanlah penghambat impian. namun, kekurangan adalah motivasi untuk menggapai impian.

SSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang