MENGEJAR BULAN MENGGAPAI BINTANG

117 20 1
                                    

Cerita Karya Salman Jundan

Asal Sekolah MTs Salafiyah Simbang Kulon 01

                   SSA                   

Jagatraya sangatlah luas. Bermilyaran galaksi, bermuatan gugusan bintang. Tatasurya satuan galaksi yang tersusun indah. Berputar pada porosnyadalam jarak dan waktu untuk mengelilinginya. Dari sekian banyaknyater dapat planet yang biru yang damai dan sendu.
Bumi,... ya namanya, begitu luasnya planet itu., kondisi yang tepat, tumbuh berkembangbercorak makhluk kehidupan semua rasa  bercampur aduk oleh keadan manis, asam, pahit, dan kecut terlewatkan masa kehidupan.

Salah satunya negeri Amba. Beralas rerumputan dan jernihnya air beraliran kehidupanasri yang melimpah. Membawa kesejahteraan dan kebahagiaan. Namu, suasana berubah, badai memporak porandakan negeri Amba. Begitu lusuh tak menjadi anggun.

•••

Anak berseragam mulaimuncul menampakkan senyumnya dengan terhibur. Mimpi apa mereka. Selepas badai memporak porandakan negeri itu, kini mereka beraktifitas kembali dengan utuh.

•••

Gadis yang berdiri di depan bingkai jendela bangunan lantai dua terlihat kebinggungan. Ia menatap sekeliling denga nrasa heran. Semua siswa menatapnya dengan tatapan tajam.

Gadis itu mulai memasuki kelas. Bibir merahnya bergetar. Lidahnya mulai mengeja kata demi kata. Ia ingin mengungkapkan sesuatu tapi masih ragu.

“Gen...Gadis Bulan Purnama adalah nama saya,” ucap gadis itu memperkenalkan dirinya dihadapan para siswa.

Ternyata dia murid baru. Ia melangkah mendekati bangku yang kosong. Matanya yang indah dan bundar. Wajahnya bercahaya terang. Gadis itu sangat cantik.

“Boleh aku duduk?”Gadis itu tersenyum, dengan penuh rasa sopan ia menjulurkan tangannya mengajak berkenalan, “Bulan...,” ucapnya.

Teman sebangkunya hanya terdiam dia seperti tidak melihat orang.

“Hai...,”gadis itu menyapa lagi.

”Diam!!!” suaranya yang lantang tiba-tiba keluar.

Gadis itu terdiam menutup mulutnya dengan rapat.

•••

Ketika jarum pendek menunjukkan angka 10 dan jarum panjang tepat pada angka 12. gemuruh riuh lonceng tersebut dengan mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring. Semua siswa keluar dari ruangan. Mereka keluar menuju tempat makan, tetapi berbeda dengan Bulan. Ia malah menuju ruangan yang penuh ilmu. Ya perpustakaan adalah tempay yang dituju.

“Bulan hati-hati dengan bumi,” kata-kata tersebut dilonterkan oleh orang yang tidak dikenal.

“Bumi siapa?” bulan bertanya.

Aneh, orang itu hanya mengucapkan kalimat tersebut. Ia langsung keluar dari perpustakaan. Pertanyaan bulan tidak dijawab olehnya. Bulan masih binggung siapa bumi itu.

Lima belas menit berlalu. Bulan yang masih berada di perpustakaan mulai berjalan menuju kelas. Langkah kakinya tersandung. Hal ini membuat aura kecantikannya mulai terhitung. Semua laki-laki menatapnya dengan penuh rasa kagum. Ia hanya bisa menunduk karena malu.

SSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang