LANGIT JINGGA

206 34 0
                                    

Cerita Karya Annisha Ayu Muliani
Asal Sekolah SMA Negeri 1 Kedungwuni

SSA


'Cinta sejati adalah ketika seseorang meninggalkanmu selamanya, tapi hatimu masih setia mencintainya.'

-Langit Putra Bramantya.

Suara derap langkah kaki terdengar di lorong rumah sakit. Kaki jenjangnya membawa dirinya menuju kamar rawat seseorang.

Raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat khawatir. Detak jantungnya berdegup kencang. Keringat dingin membasahi keningnya.

Kini, ia sudah tiba dikamar rawat yang membuatnya khawatir beberapa jam yang lalu. Disana, seorang gadis sedang tidur diatas ranjang pasien.

Alat-alat medis menghiasi tubuh mungilnya. Mata laki-laki itu memanas melihat kondisi gadis didepannya. Hatinya hancur.

Perlahan ia memasuki ruangan itu. Sebisa mungkin ia tidak menimbulkan suara, agar gadis itu tidak terbangun. Laki-laki itu berdiri disamping ranjang pasien.

Dilihatnya wajah damai gadis didepannya.Walaupun matanya terpejam, hal itu tidak mengurangi kecantikannya.

"Jingga..." Tangan laki-laki itu terangkat mengusap tangan gadis itu yang terbebas dari selang infus.

"Ayo bangun. Aku udah datang."

Air matanya menetes. Bahunya bergetar ketika ia tidak mendapatkan jawaban dari mulut Jingga.

Ia mendudukkan diri di kursi yang sudah disediakan. Digenggamnya tangan mungil itu sembari membisikkan kalimat-kalimat agar Jingga membuka matanya.

Satu jam sudah berlalu. Mata gadis itu enggan terbuka. Langit masih setia memandangi wajah gadis itu.Terlihat damai dan tenang.

Tak lama kemudian, jari-jemari dari gadis itu bergerak. Menandakan gadis itu sudah sadar. Langit yang awalnya sedang menatap wajah Jingga, terkejut.

Ia dekati wajah gadis itu, ketika mata indah Jingga terbuka."Mana yang sakit? Kepala? Aku panggil dokter ya?"

Jingga yang baru tersadar dari pingsannya, meringis pelan ketika Langit menghujaninya berbagai pertanyaan.

"Berisik."

Hanya satu kata dapat membungkam mulut Langit. Kemudian, laki-laki itu menekan tombol yang berada dibelakang ranjang pasien.Tak lama kemudian, dokter dan perawat datang.

Laki-laki itu memutuskan untuk menunggu diluar. Ia sempat melirik ponsel yang digenggamnya. Banyak sekali panggilan dari sahabatnya.

Langit meringis pelan. Ia lupa waktu datang ke rumah sakit, itu masih jam pelajaran. Membuat laki-laki itu bolos beberapa mapel, bahkan ia lupa mengganti seragamnya.

Beberapa menit kemudian, dokter yang memeriksa Jingga keluar. Raut muka dokter Rian sulit diartikan. Hal itu membuat Langit cemas.

"Saya bisa bicara dengan anda?" Tanya dokter Rian kepada Langit.

Langit menganggukan kepala, kini ia sedang malas untuk berbicara dengan orang lain. "Mari ikut ke ruangan saya."

Laki-laki itu pun mengikuti dokter Rian. Selama berjalan menuju ruangan dokter Rian ia menerka-nerka apa yang akan disampaikan pria itu.

°°°

Gadis berambut pendek sebahu itu merenung menatap jendela yang berada dikamar rawatnya.

Ia memikirkan pernyataan dari dokter Rian beberapa jam yang lalu. Entahlah ia masih tidak percaya apa yang dikatakan pria itu.

Atensinya teralihkan ketika laki-laki yang memakai headband masuk ke ruangannya. Gadis itu memasang senyuman terbaiknya.

SSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang