Part 12

191 31 5
                                    

*****

"BAGUS SEKALI, NEK. TRIMS."

Dengan sopan Haru menerima gantungan kunci yang dibuat Mrs. Im untuknya selama beberapa minggu di kelas prakaryanya. Panti wreda ini memiliki jadwal aktivitas harian. Yoona merasa senang mengetahui ibunya cukup sehat untuk mengikuti beberapa kegiatan tersebut, walaupun peran para pendampingnya lebih banyak dalam membuat gantungan kunci itu.

"Aku tahu sebentar lagi kau ulang tahun."
Ucapannya lambat namun dapat dimengerti.
"Mungkin kau bisa memakainya."

"Ya. Gantungan ini bagus," ujar Haru. Piringan plastiknya bertuliskan namanya yang tampak menonjol. Ia mempermainkan gantungan itu di telapak tangannya. "Sekali lagi, trims."

"Kau harus hati-hati kalau kau mulai menyetir, ya," kata Mrs. Im cemas. "Aku ingat Yuri."

Yoona menyampirkan tangan di bahu ibunya untuk membuatnya tenang. "Haru sangat berhati-hati kok, Mom."

"Aku akan berhati-hati, Nek. Kalau tidak Mom pasti panik. Dan aku tahu akibat menyetir dalam keadaan mabuk."

Mrs. Im tampak tenang. Ia beristirahat di sisi tempat tidurnya, di kursi yang dibawanya dari rumah. Kursi itu memberi sentuhan pribadi serta kenangan akan rumah dalam ruangan panti itu.

"Mom sudah lelah?" tanya Yoona. Mrs. Im selalu senang bertemu dengan Haru, tapi kehadirannya di kamar yang kecil itu membuatnya letih. Semangatnya yang menggebu-gebu itu tampaknya menyedot seluruh oksigen.

"Sedikit. Tapi jangan pergi dulu."

"Bagaimana kalau kau menunggu di luar saja, Haru, sementara aku membantu Nenek untuk bersiap-siap tidur? Setelah itu kau bisa kembali untuk berpamitan."

"Baiklah," ujar Haru cepat. Ia tidak pernah menolak untuk mengunjungi neneknya, tapi Yoona tahu anak itu tidak suka datang ke panti wreda ini. Haru tidak bisa menerima usia lanjut dan kerapuhan, serta merasa tertekan oleh kenyataan yang pahit itu.

Selama lima belas menit berikutnya Yoona membantu ibunya untuk bersiap-siap tidur.

Seorang perawat masuk membawa obat. Dalam sekejap pil tidur itu mulai bekerja dan Mrs. Im langsung tertidur.

Yoona membuka laci ibunya untuk menukar beberapa pakaian. Saat itulah ia menemukan kotak peralatan menulis, sebuah bolpoin dan tempat prangko. Untuk sesaat ia hanya terpaku memandang semua itu, ingin tahu siapa yang disurati ibunya. Ibunya belum pernah meminta peralatan tulis darinya. Dan beliau juga belum pernah meminta bantuannya untuk menulis surat.

Lalu kenyataan yang mengerikan itu menghantamnya.

Mrs. Im mendengkur pelan, dadanya naik turun dengan teratur. Tapi bahkan dalam tidurnya ia tidak tampak tenang. Ada lekukan ketidakpuasan di antara alisnya, dan bibirnya melengkung ke bawah. Ia menjalani akhir hidupnya sebagai seorang wanita yang sama sekali tidak bahagia.

Yoona meninggalkan kamar dan langsung menuju tempat perawat. "Maaf," ujarnya, bertanya pada perawat yang sedang tugas jaga, "apakah ibuku akhir-akhir ini sering mengirim surat?"

Perawat itu tersenyum. "Kami sangat bangga padanya. Anda tahu betapa sulit baginya untuk menulis. Kadang-kadang untuk menulis sepucuk surat saja dia perlu beberapa hari, tapi dia sudah mengirim satu surat tiap minggunya selama beberapa minggu ini." Lalu, melihat kecemasan di wajah Yoona, ia bertanya, "Ada masalah?"

"Kurasa Anda tidak tahu kepada siapa dia mengirimkan surat-surat itu?"

"Tidak, maaf. Tapi itu memang bukan urusan saya."

"Tentu saja. Tidak apa-apa. Terima kasih."

Yoona berbalik dan dengan perlahan berjalan kembali ke lorong. "Hei, Mom, kau ke mana?" tanya Haru saat ia berlari di belokan dan nyaris menabrak ibunya. "Aku masuk untuk berpamitan, tapi Nenek-ada apa, Mom?"

Long Time Coming - Taehyung Yoona VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang