Singto terduduk diam di sofa ruang tengah. Mamanya berdiri di hadapannya, menatap dengan tatapan mengintimidasi sembari menyilangkan kedua lengan di depan dada.Singto tahu kali ini ia pasti akan kena omelan lagi dari mamanya. Tapi jika sampai mamanya memaksa Singto untuk putus dari Krist maka dengan terpaksa Singto akan membantah mamanya. Ia tidak akan bisa putus dari pacarnya.
"Kalau tadi mama gak masuk kamar, kalian bakal sampai mana? Udah sampai dimana hubungan kalian tanpa mama ketahui?"
"Ma... Kita gak pernah ngelakuin hal kaya gitu.", jawab Singto.
"Kamu pikir mama gak lihat tadi kalian ciuman sampai seperti itu?"
Singto memberanikan diri untuk menatap mamanya. "Kami cuma ciuman, ma. Krist itu pacarku. Apa salah kalau aku cium pacarku sendiri?"
"Ck. Bukan salah tapi belum saatnya. Kamu baru aja lulus SMA. Perjalanan kamu ke depannya masih panjang. Jangan mikir pacar-pacaran dulu. Sekolah dulu yang bener. Jadi orang."
"Memangnya dengan pacaran sama Krist mengubah aku ma? Justru Krist yang buat aku makin semangat belajar. Kalau aku gak belajar gak mungkin kan aku bisa ketrima di universitas? Aku tetap memikirkan masa depanku karena demi Krist juga. Aku pengen jadi orang sukses yang bisa nyenengin Krist nanti."
Mama Singto terdiam. Ia kehabisan kata-kata bagaimana harus menyuruh anaknya jangan berpacaran. Ia bukan tidak suka anaknya berpacaran dengan Krist. Ia hanya tidak mau jika Singto berpacaran maka akan mengganggu fokus Singto. Tapi anaknya itu sepertinya sudah terlalu cinta. Jika ia memaksa memisahkan malah tidak baik.
"Ok. Kamu boleh pacaran tapi dengan syarat.", ucap mama Singto.
"Apa syaratnya ma?"
"Kamu harus lulus kuliah tepat waktu dan diusahakan dapat cumlaude. Selain itu, mama sudah putuskan kamu akan tinggal di asrama kampus."
"Apa ma?", Singto tertegun. Tinggal di asrama berarti kehidupannya akan dibatasi, karena ada jam malam yang berlaku. "Kenapa harus tinggal di asrama? Kemarin kata papa aku boleh kos?"
"Mama gak mau kamu pergaulan bebas. Nanti kalo kamu di kos bisa tidur sama pacarmu dengan bebas tanpa sepengetahuan mama."
"Maa... Emang kenapa kalo aku tidur bareng Krist? Dia gak mungkin hamil juga."
"Singto! Ehem... Kendalikan dirimu itu. Bukan masalah hamil atau tidak, tapi pengendalian diri. Kalau kamu tinggal bareng pacarmu nanti fokusmu belajar teralihkan. Pokoknya selama satu tahun pertama kamu wajib di asrama. Itu syaratnya. Oh ya, Krist juga pergi ke Bangkok? Kuliah dimana dia?"
"Krist gak mau kuliah ma. Dia mau ngejar impian jadi band terkenal bareng anak-anak bandnya. Jadi dia sama temen bandnya mau pergi ke Bangkok buat berkarir di dunia musik. Keren kan pacarku? Mama gak perlu khawatir. Aku sama Krist gak bakal ngapa-ngapain kok, Krist aja tinggal bareng sama temen-temennya rame-rame."
"Oh Krist sama temen-temennya ngekos bareng?"
"Mereka sewa rumah kecil buat berempat."
"Hmm...", Mama Singto terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Kalau gak kuliah mau jadi apa si Krist?"
"Kan tadi aku udah bilang ma. Krist mau jadi drummer band. Kalo bandnya terkenal ya dia jadi artis ma, jadi musisi terkenal.", jawab Singto yang mulai terlihat kesal. "Atau kalo gak jadi drummer band, jadi suamiku juga boleh. Aku bakal tanggung jawab."
"Singto! Pake bilang tanggung jawab segala. Sekarang aja kamu masih tanggungan ortu."
"Kan gak sekarang ma maksudku..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back The Fate
FantasyKisah mengenai seorang pria yang terlambat menyadari perasaannya pada cinta pertamanya. Krist Perawat baru mendengar kabar bahwa teman sebangkunya ketika di SMA, sekaligus sahabatnya dan cinta pertamanya telah tiada. Terlambat bagi Krist Perawat un...