Singto turun kebawah untuk memenuhi panggilan ibu Krist. Ia langsung disuguhi dengan puding coklat yang disiram fla vanila buatan ibu Krist."Dimakan Singto.", ucap ibu Krist.
"Iya terima kasih tante.", jawab Singto sembari menerima piring yang diberikan oleh ibu Krist. Meski dalam kepalanya ia masih memikirkan apakah Krist baik-baik saja. Sudah beberapa saat berlalu dan Krist tak kunjung turun ke lantai bawah.
"Kemana Krist?", tanya ayah Krist pada Singto.
"Lagi di toilet, om. Tadi katanya sakit perut."
"Anak itu kebiasaan habis makan. Metabolismenya terlalu cepat. Hahaha..."
Singto ikut tertawa bersama ayah Krist. Beberapa saat kemudian, Krist menampakkan batang hidungnya. Ia duduk di kursi meja makan sebelah Singto.
"Kamu gapapa?", tanya Singto begitu Krist duduk.
"Udah gapapa kok.", ucap Krist.
Mendengar jawaban Krist dan pacarnya itu terlihat baik-baik saja, jadi Singto berhenti khawatir. Setelah makan dessert, Singto berpamitan pulang pada keluarga Krist. Lalu Krist mengantarnya hingga ke depan pintu.
"Makasih udah kasih surprise. Hati-hati di jalan ya, ayang...", ucap Krist dengan nada yang sedikit bercanda.
Singto mengulurkan tangannya. Ia ingin menyentuh wajah pacarnya itu. Niat awalnya adalah ingin mencium lagi pacar manisnya itu, tapi tidak enak jika ada tetangga yang lihat. Sehingga tangan Singto beralih untuk mengacak rambut pacarnya. "Bye-bye babe. Besok pagi berangkat sekolah bareng ya?"
"Ok sipp. Bye bye ayangg..."
Setelah mobil yang dikendarai Singto pergi, Krist kembali masuk ke dalam rumahnya. Di dalam keluarganya sudah menanti Krist dan menatap Krist dengan tatapan mencurigakan. Krist kebingungan dibuatnya.
"Ada apa?", tanya Krist.
"Kamu dan Singto ada hubungan apa?", tanya kakaknya.
"Hah?", Krist terbelalak. "Kita sahabatan biasa kok emangnya kenapa?"
"Gak mungkin. Kalian beda. Aku daritadi ngamatin kalian. Dari cara kalian saling liat-liatan. Bukan gitu cara sahabat ngeliatin sahabatnya. Gak ada orang ngeliat sahabatnya pake tatapan cinta gitu."
"Apaan sih kak...", Krist masih berusaha mengelak.
"Menurut ayah sama ibu juga kamu sama Singto keliatan beda, gak seperti biasanya. Jujur aja sama kami. Kami keluargamu sendiri."
Karena sudah tidak mungkin mengelak, akhirnya Krist berkata jujur tentang hubungannya dengan Singto pada keluarganya. Ia sempat khawatir jika ayah dan ibunya akan menentang hubungannya, karena Krist tidak akan mau dipaksa berpisah.
"Jadi udah pacaran ya? Baguslah...", ucap ibu Krist.
"Hah!?", Krist makin tidak mengerti, semudah itu keluarganya menerima. "Kenapa bagus ibu?"
"Bagus kamu pacaran sama Singto daripada sama orang gak jelas nanti malah bawa pengaruh buruk buat kamu. Kalau sama Singto kan ibu tahu dia anaknya sopan, jadi kamu bisa kebawa kebiasaan baiknya."
Ayah Krist terlihat mengangguk-angguk menyetujui perkataan istrinya itu.
"Ayah sama ibu gak nganggep aku aneh kan?", tanya Krist lagi memastikan.
"Memangnya aneh kenapa? Karena pacarmu cowok? Gak ada yang aneh dari itu. Iya kan yah? Yang penting pacarmu itu jangan bawa pengaruh buruk buat kamu, misalnya kamu jadi makin malas belajar padahal aslinya udah malas. Ibu tahu selama ini Singto yang bantu kamu supaya tetep mau sekolah, jadi ibu gak masalah kalo pacarmu itu Singto."
![](https://img.wattpad.com/cover/298941666-288-k657101.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back The Fate
FantasiKisah mengenai seorang pria yang terlambat menyadari perasaannya pada cinta pertamanya. Krist Perawat baru mendengar kabar bahwa teman sebangkunya ketika di SMA, sekaligus sahabatnya dan cinta pertamanya telah tiada. Terlambat bagi Krist Perawat un...