Krist baru saja bangun dari tidurnya. Ketika ia bergerak ingin bangun dari tempat tidur, seluruh tubuhnya terasa kram dan kaku. Kejadian di malam sebelumnya memang membuat tubuh Krist jadi sakit, terutama di bagian pinggang dan di tempat privasinya."Aw aw aw...", keluh kesah Krist yang akhirnya kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Singto yang masih tidur di samping Krist mulai bergerak meregangkan tubuhnya. Pria itu enak saja tidak merasakan kram tubuh seperti yang dialami Krist.
"Udah bangun baby?"
"Hmm... Tanggung jawab kamu! Badanku sakit semua.", gerutu Krist pada pacarnya itu.
"Masih pagi udah ngomel baby. Iya hari ini aku nurut sama kamu. Apapun yang kamu suruh bakal aku lakuin.", ucap Singto.
"Beneran ya? Apapun?"
"Beneran."
Hihihi..., tawa usil Krist dalam hati.
Krist rebahan di atas sofa sembari menaikkan kakinya di atas meja. Ia asik-asik menonton film di TV sembari mengemil popcorn buatan pacarnya. "Yang... Ambilin remot TV dong.", perintah Krist pada pacarnya. Padahal remote TV hanya berada di meja dekat kakinya. Tapi ia masih menyuruh Singto yang sedang sibuk cuci piring sisa kemarin.
"Kan remotenya cuma disitu babe.", ujar Singto sembari menyerahkan remote TV pada pacarnya itu.
"Sakit nih angkat bokong.", gerutu Krist.
"Iya iya.", Singto mengalah, lalu ia melanjutkan pekerjaan membersihkan dapur, mengganti sprei tempat tidur, mengepel lantai kamar, membawa baju kotor ke tempat laundry, dan lain-lain.
"Yang minggir yang ketutupan.", ucap Krist ketika layar TV nya terhalang Singto yang sedang mengepel lantai. "Oh iya yang tolong ambilin air dong. Kering nih tenggorokanku."
Singto menghela napas kesal sembari menjatuhkan tongkat pel ke lantai. Krist menatap pacarnya dengan puppy eyes yang minta dikasihani. "Kalo berdiri sakit, yang... Kamu gak kasihan sama aku?"
"Huh... Iya iya.", lagi-lagi Singto mengalah karena memang salahnya mungkin terlalu keras pada Krist yang baru pertama kali. Jadi ia pergi ke dapur untuk mengambilkan air untuk pacarnya.
"Hehehe makasih ayang...", Krist meminum air di gelasnya sembari membuka handphone. Krist tiba-tiba berdiri dari sofa. "Eh! Udah jam 3?! Kok aku gak sadar!", Krist panik karena di handphone yang ia silent itu sudah banyak panggilan tidak terjawab dari teman-teman bandnya. Ia lupa masih harus manggung di kafe pukul 4 sore.
Krist langsung mengganti pakaian dan tidak terlihat sakit sama sekali. Padahal dari pagi ia hanya duduk di atas sofa sambil menonton TV dan menyuruh Singto melakukan ini itu.
"Katanya sakit??", ujar Singto sembari menatap pada pacarnya.
"Hehehe masih sakit tapi udah mendingan... Anterin aku dong yang, aku hampir telat!"
Akhirnya Singto tidak jadi marah. Mau marah pun tidak bisa ketika melihat senyuman pacarnya, rasa kesalnya seketika luntur.
Singto mengantar Krist pergi ke kafe tempat band Krist akan manggung. Orang dari agensi yang selalu mengontak Nont ternyata juga datang ke kafe itu. Ia sampai datang sendiri karena teleponnya selalu diabaikan. Nont berpikir bahwa orang itu hanya ingin menipu, karena sudah banyak prank calls yang ia dapatkan. Tidak mungkin juga sekelas Nada Music—agensi musik nomor satu di negaranya ingin mengorbitkan band baru yang belum punya nama.
"Perkenalkan, saya Jay, direktur Nada Music.", ucap seorang pria sembari menyerahkan kartu namanya pada Raiva. Lalu Raiva menoleh pada teman-temannya karena tidak percaya bahwa benar seorang direktur yang datang sendiri melihat penampilan band mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back The Fate
خيال (فانتازيا)Kisah mengenai seorang pria yang terlambat menyadari perasaannya pada cinta pertamanya. Krist Perawat baru mendengar kabar bahwa teman sebangkunya ketika di SMA, sekaligus sahabatnya dan cinta pertamanya telah tiada. Terlambat bagi Krist Perawat un...