Krist berlutut dengan satu lututnya di hadapan orang yang dicintainya. Dengan sebuah kotak berisi sepasang cincin di tangannya, Krist meminta orang yang ia cintai itu untuk menjadi pasangan hidupnya."Maukah kamu menikah denganku?", itulah pertanyaan yang dilontarkan oleh Krist. Singto masih tidak menyangka, karena tidak pernah menduganya. Ia terdiam bak patung dengan mata terbelalak. Tidak ada kata-kata yang bisa ia keluarkan.
Jika aku gak bisa mencegahmu pergi ke luar negeri maka aku akan ikut bersamamu., ucap Krist dalam hatinya. Waktunya tak lama lagi. Sebentar lagi Singto akan menginjak usia 26 tahun—usia di saat kematiannya terjadi. Krist tidak bisa menghentikan Singto untuk pergi ke negara tempat kecelakaan itu terjadi, tetapi Krist ingin dirinya kali ini ikut dengan Singto. Mungkin dengan Krist ikut pergi, maka takdir pun akan berubah. Itu lah yang dipikirkan oleh Krist dengan keras selama dua minggu terakhir hingga akhirnya Krist memilih untuk melamar Singto lebih dulu daripada menunggu Singto yang melamarnya.
"Krist... Aku gak tahu harus jawab apa.", ucap Singto.
"Pilihan jawabannya hanya ya atau tidak.", jawab Krist yang masih berlutut dengan satu kakinya. "Tolong cepat dijawab karena kakiku mulai kram."
"Ini bukan seperti yang aku bayangkan. Aku berpikir kelak aku yang akan datang melamarmu saat hidupku sudah lebih mapan."
Krist memandang pada Singto, "jadi jawabanmu? Apa kamu menolakku?"
"Mana mungkin aku bisa menolakmu? Tapi aku gak yakin bisa bertanggung jawab untukmu di usiaku saat ini. Aku masih belum punya apa-apa."
Krist tersenyum pada Singto. "Untuk hal itu jangan dipikirkan. Aku gak minta kamu buat tanggung jawab. Aku punya uang sekarang. Daripada kamu yang tanggung jawab, gimana kalau aku aja yang tanggung jawab? Hehe... Makanya aku yang melamar. Jadi... Jawabanmu Singto?"
Singto tertawa dengan senyuman manisnya, "Kamu tahu aku gak bisa bilang 'tidak' sama kamu. Jawabanku ya. Let's get married.", Singto menarik Krist untuk berdiri, lalu Singto langsung menyambar bibir orang tercintanya itu.
Krist dan Singto mengatakan rencana mereka untuk menikah pada kedua orang tua mereka masing-masing. Orang tua Singto sempat terkejut, tetapi tidak melarang karena Singto berhasil membuktikan studinya yang tidak terganggu ketika berhubungan dengan Krist. Krist pun berjanji akan bertanggung jawab karena kini penghasilannya sudah cukup untuk menghidupi mereka. Orang tua Krist tidak mempermasalahkan keinginan putranya untuk menikah, karena dari dulu mereka memang selalu mendukung segala keputusan Krist.
Krist juga telah mendiskusikan rencananya untuk pergi ke US bersama Singto pada teman-teman bandnya sebelum melamar Singto. Teman-teman bandnya setuju karena Krist berjanji untuk tidak meninggalkan posisi drummer dalam bandnya. Ia rela untuk bolak-balik jika ada acara manggung dengan bandnya.
Setelah itu, semua persiapan pernikahan berjalan begitu cepat. Acara pernikahan yang begitu mendadak itu berlangsung beberapa hari sebelum Singto pergi ke US. Krist telah mengurus segala keperluan visa tinggalnya di luar negeri. Sehingga ia sudah siap berangkat bersama suaminya.
I will always love you till death do us part., janji pernikahan itu terucap begitu indah dan sakral karena acara pernikahan kecil-kecilan itu hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat dari kedua mempelai.
***
Setelah menikah, Krist dan Singto tidak ada waktu untuk bulan madu karena tepat keesokan hari setelah menikah, Krist ada jadwal konser ke luar kota dengan bandnya. Beberapa hari kemudian, Krist baru bertemu dengan suaminya lagi di bandara ketika mereka akan pergi ke US.
![](https://img.wattpad.com/cover/298941666-288-k657101.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back The Fate
FantasyKisah mengenai seorang pria yang terlambat menyadari perasaannya pada cinta pertamanya. Krist Perawat baru mendengar kabar bahwa teman sebangkunya ketika di SMA, sekaligus sahabatnya dan cinta pertamanya telah tiada. Terlambat bagi Krist Perawat un...