Singto dan teman-temannya pergi ke sebuah kuil. Ia tidak pergi bersama Krist karena Krist sedang sibuk latihan dengan bandnya. Band Krist mendapat tawaran manggung di kafe untuk pertama kalinya. Tujuan Singto dan teman-temannya datang ke kuil itu adalah untuk berdoa agar ujian kenaikan kelas mereka ke kelas 12 mendapat hasil yang baik.Singto berdoa untuk dirinya sendiri dan tak lupa mendoakan kesuksesan pertunjukkan band Krist esok lusa. Setelah itu, teman-teman Singto mengajaknya pergi ke seorang peramal. Mereka menanyakan bagaimana masa depan mereka kepada si peramal. Singto sendiri tidak terlalu percaya dengan peramal, sehingga ia memilih diam.
"Kau tidak ingin dibaca juga?", tanya wanita tua itu pada Singto.
"Huh? Saya?"
"Ya kau. Apa tidak ada yang ingin kau tanyakan?"
Sebenernya ada yang Singto ingin ketahui juga, tapi ia tidak percaya peramal. Ya sudahlah Singto coba saja untuk iseng-iseng. Lalu Singto duduk di depan sang peramal yang tengah mengocok kartu tarot di tangannya.
"Apa yang ingin kau tanyakan?", ucap wanita itu.
Singto berpikir sejenak... "Apa yang akan terjadi jika aku mengakui perasaan pada orang yang kusukai?"
"Hah?? Singto kamu suka sama siapa? Kok gak bilang-bilang?!", seru teman-temannya yang langsung heboh di belakang Singto.
"Iya nih teman macam apa gak pernah cerita!"
"Ssttt...", si peramal menyuruh teman-teman Singto untuk diam, lalu ia meletakkan kartu tarot di atas meja dan menggelarnya dalam posisi dibalik. "Ambil beberapa kartu dengan jumlah ganjil dari angka 1-10. Boleh ambil sebanyak 3,5,7, atau 9 kartu. Ucapkan pertanyaanmu di dalam kepalamu, lalu ambil kartu yang menarikmu. Jangan berpikir."
Singto hanya mengambil tiga kartu. Lalu si peramal membuka kartu yang dipilih Singto.
"Hmm... Jika dilihat dari kartu ini, ada kemungkinan orang yang kamu sukai juga menyukaimu. Kartu berikutnya menunjukkan kemungkinan kalian untuk menjalin hubungan. Tapi, kartu yang terakhir ini berarti kurang baik."
Singto langsung berubah sangat serius mendengarkan. Hal apa yang kurang baik? Singto hanya ingin mendengarkan saja tapi tak ingin terlalu mempercayai hal yang kurang baik.
"Kartu terakhir menunjukkan adanya penghalang di antara kalian. Entah penghalang itu adalah orang sekitar, lingkungan, atau dirinya sendiri."
"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan penghalang itu?"
"Aku bisa memberimu ini.", ucap peramal itu sembari memberikan sebuah benda yang nampak seperti kantung koin berukuran kecil yang terbuat dari kain flanel. "Benda ini adalah jimat cinta. Kamu bisa membelinya seharga 60.000. Kalau beli sepasang harganya 100.000."
Hahaha aku tahu dia cuma mau jualan., batin Singto.
"Memangnya apa fungsi jimat itu?"
"Kamu beli sepasang. Lalu satunya kamu simpan dan satunya lagi kamu kasih ke orang yang kamu suka. Jimat cinta ini bisa mendekatkan pemilik jimat pasangan yang berarti jimat cinta ini dapat membawa orang yang kamu sukai kepadamu."
Singto masih tidak mempercayainya, tapi tidak ada salahnya mencoba, anggap saja hanya jimat keberuntungan. Karena harganya juga tidak terlalu mahal, Singto akhirnya membeli jimat sepasang.
Keesokan harinya, Singto meletakkan salah satu jimat yang ia beli ke dalam loker Krist. Kali ini, Singto menuliskan namanya. Ia meletakkan jimat itu di dalam amplop, lalu di bagian luar amplop ditulisnya: "Ini jimat keberuntungan. Semoga besok pertunjukkanmu berhasil. -Singto."
KAMU SEDANG MEMBACA
Turn Back The Fate
FantasíaKisah mengenai seorang pria yang terlambat menyadari perasaannya pada cinta pertamanya. Krist Perawat baru mendengar kabar bahwa teman sebangkunya ketika di SMA, sekaligus sahabatnya dan cinta pertamanya telah tiada. Terlambat bagi Krist Perawat un...