Part 19: Hey Baby

492 60 1
                                    



Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa kini band Krist telah berada dibawah naungan Nada Music selama hampir 5 tahun lamanya sejak usia Krist masih 20 tahun dan hingga kini usianya 25 tahun. Tak kurang dari 7 album yang telah dikeluarkan oleh bandnya, sehingga mereka dapat dikatakan sudah mencapai kesuksesan.

Krist dan Singto memiliki kesuksesan di jalurnya masing-masing. Krist berhasil dengan karirnya yang tengah berada di puncak popularitas, sementara Singto berhasil lulus dari pendidikan dokternya dan menjadi lulusan terbaik.

Kini Krist dan Singto bukan tinggal di sebuah kamar kos-kosan lagi, karena Krist sudah membeli sebuah unit apartemen untuk tempat tinggal mereka berdua. Mereka memiliki kesibukan masing-masing dan jarang bertemu, tetapi cinta mereka tak luntur dengan berkurangnya waktu bersama. Semuanya masih sama, tidak ada yang berubah.

Suatu malam, Singto membuka sebuah email yang masuk melalui laptopnya. Email itu berasal dari sebuah universitas yang berada di Amerika Serikat. Surat elektronik tersebut berisi pemberitahuan bahwa Singto berhasil mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi S2. Selain email itu, ada sebuah email lain yang juga merupakan pemberitahuan dari universitas dalam negeri bahwa ia diterima untuk menjalani program pendidikan dokter spesialis. Sekali lagi, Singto dihadapkan pada dua pilihan. Dulu ia memilih beasiswa S2 ke US karena suruhan mamanya meskipun sebenarnya hatinya ingin melanjutkan pendidikan spesialis di Bangkok saja.

Lagi-lagi mama Singto memaksa agar Singto menerima beasiswa S2 di luar negeri daripada melanjutkan pendidikan spesialis di Bangkok.

"Apa alasanmu menolak beasiswa dari Universitas ternama di dunia? Salah satu kampus Ivy League!! Banyak orang susah payah dapat beasiswa disana dan kamu malah menolaknya.", seperti yang Singto duga, mamanya itu akan memarahinya. Karena mama Singto lebih ingin putranya kelak melanjutkan usaha klinik laboratorium dan apotek yang dimiliki oleh keluarganya.

Singto menundukkan kepala di hadapan mamanya, tetapi ia menjawab dengan mantap, "Alasanku menolak beasiswa itu karena aku ingin menikahi Krist. Aku tidak ingin tinggal jauh dari Krist."

"Apa? Kamu masih terlalu muda. Kan sudah mama bilang jangan sampai hubungan percintaanmu mengganggu masa depanmu!"

"Tapi Krist satu-satunya masa depan yang aku tahu. Apa mama gak percaya? Aku gak akan punya masa depan tanpa Krist disana. Mama udah janji akan membiarkan aku mengikuti apa keinginanku. Kali ini aku mau mengikuti kata hatiku. Aku mau melanjutkan pendidikan spesialis di Bangkok. Itu adalah keputusanku.", jawab Singto yang membuat mamanya tercekat. Mama Singto tak menyangka akan melihat raut wajah anaknya yang terlihat begitu serius, seperti segalanya telah dipikir matang-matang dan keputusannya sudah mantap. Mama Singto juga tak setega itu untuk memaksakan kehendak pada putra tunggalnya agar melakukan apa yang diinginkan olehnya dan bukan apa yang putranya inginkan.

"Maafkan mama, Singto. Mama tahu ini semua adalah ambisi mama yang ingin kamu kuliah di luar negeri dan jadi professor. Itu cita-cita mama dulu yang gak bisa kesampaian, makanya mama jadi maksain itu ke kamu. Kalau kamu sudah yakin ingin melanjutkan pendidikan spesialis, mama akan dukung kamu."

Singto tersenyum pada mamanya itu. "Gapapa ma. Makasih udah biarin aku milih jalanku sendiri."

Mamanya mengangguk. "Tapi menikahi Krist... Apa kamu serius?", tanya mama Singto lagi dan Singto menjawabnya dengan anggukan penuh keyakinan.

Ting tong...

Bel rumah Singto berbunyi. Ternyata tamu yang datang ke rumah Singto yang berada di Chiangmai itu adalah kekasihnya Singto. Krist datang dengan membawa money flower bouquet di tangannya sembari tersenyum.

Singto teringat kekasihnya yang sedang menjalankan tour konser itu akan mengadakan konser di Chiangmai sebagai daerah terakhir dalam rangkaian konser bandnya.

Turn Back The FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang