Sebuah tangan kecil dengan suhu dingin menyentuh pipi Kael. Rasa dingin dari tangan kecil itu merambat, berpindah pada pipi kael. Kael yang dapat merasakan dingin dari tangan itu pun membuka matanya.
Di liriknya si pelaku, ternyata seorang gadis kecil yang kemarin memberikan buku bersampul putih padanya. Kael mengubah posisinya menjadi duduk.
"Apa kau kesini untuk mengambil buku itu?" tanya Kael.
Gadis kecil itu melirik sekilas bukunya dan kembali melihat Kael. "Apa kau sudah membacanya?" tanyanya.
Kael mendengus. "Bagaimana aku bisa membacanya? sedangkan isi dari buku itu hanya angka nol dan satu yang di tulis secara acak." jawabnya.
"Kau tidak tahu apa arti angka-angka itu?" tanya si gadis kecil dengan alis yang naik sebelah.
"Kenapa kau masih bertanya?!" kesal Kael.
"Baiklah akan aku ajari bagaimana menulis dan membaca angka-angka itu," kata gadis kecil itu sambil mengambil buku bersampul putihnya dari atas nakas.
"Tidak usah, aku tidak ingin mempelajari nya, sangat tidak penting," ujar Kael.
"Tidak. Kau harus mempelajarinya!"
Kael mengerutkan alisnya. "Kenapa? Apakah itu sangat penting?"
"Ya. Kakakku bilang, jika aku tidak bisa mengungkapkan keinginanku dengan kata-kata, maka aku bisa mengungkapkannya dengan angka-angka ini," ujar gadis itu. Kael hanya diam, memperhatikan pergerakan gadis di sampingnya.
Gadis itu membuka halaman terakhir dari buku, dimana di sana tertulis sebuah keinginan dirinya yang ditulis dalam bentuk angka biner.
"Aku ingin kau juga melakukannya, karena aku yakin kau juga memiliki keinginan yang tidak bisa kau ungkapkan dengan kata-kata," ucap si gadis.
Kael melirik wajah gadis itu, lalu kembali melihat buku bertuliskan angka-angka yang menurutnya tidak jelas.
"Aku akan mengajarimu, tenang saja." Si gadis berujar sambil tersenyum, membuat Kael ikut tersenyum walau terpaksa.
Gadis itu mulai mengajari kael, mulai dari cara membaca dan cara menulis, serta mengartikannya. Ditengah-tengah gadis itu mengajarinya, kael sesekali melihat mimik wajah gadis itu yang tampak sangat serius mengajarinya.
"Kenapa dia sangat ingin aku mempelajari ini, apa tujuan dia?" Batinnya.
"Apa kau mengerti?" tanya gadis itu gak seorang guru.
Kael mengangguk, "ya. Aku mengerti."
"Jika kau mengerti, aku akan bertanya sesuatu." Kael mengerutkan dahinya, menunggu pertanyaan dari gadis kecil itu.
"68,101,114,115,116,97,110," ucap Gadis itu.
Kael diam sejenak, mencerna angka-angka yang gadis kecil itu sebutkan.
"Derstan?" tebaknya.
Gadis itu tersenyum."Baiklah, kau sudah mengerti. Sekarang coba kau tulis disini keinginanmu," titahnya seraya memberikan bolpoin yang ia bawa sejak tadi.
"Tidak. Aku tidak ingin menulisnya disini, nanti kau memberitahu orang lain lagi," ucap Kael.
"Tenang saja, aku tidak akan memberi tahu orang lain tentang keinginan mu." Kael menatap curiga gadis disampingnya. "Tulislah."
KAMU SEDANG MEMBACA
796 Angka Terakhir [Tahap Revisi]
Short Story[END] Kisah dua orang yang menderita penyakit mematikan. Keduanya dipertemukan oleh sebuah angka biner, namun dipisahkan oleh kematian. Angka terakhir dan pesan suara dari sang kekasih menjadi penutup semuanya. "796 adalah angka terakhir yang kau be...