"Apakah aku sudah cantik?" tanya Kael semangat pada Vevey seraya membenarkan rambutnya."Hei! Kita hanya ke taman saja, kenapa kau harus tampil cantik?" tanya Vevey.
"Ini adalah kali pertamaku keluar, dan kesanku harus baik, maka dari itu aku harus terlihat cantik," tutur Kael. Mendengar itu Vevey mendengus. "Apa aku sudah cantik? jawablah!" desak Kael.
"Ya ya ya, kau sudah cantik, ayo cepat!"
"Ish, sabar sedikit lagi!" Kael sedikit merapikan pakaian rumah sakitnya. Sebenarnya ia sangat ingin mengenakan pakaian biasa, namun Sarah tidak mengijinkannya, entah apa alasannya.
"Baiklah, ayo!" ajak Kael seraya berjalan mendahului Vevey. Vevey hanya berdecak sebal, lalu mengikuti langkah Kael.
Berkali-kali Kael mengatur nafasnya. Jujur, saat ini Kael benar-benar gugup untuk melangkahkan kakinya keluar dari ruangan. Kael meremas ujung bajunya, bibirnya ia katupkan dan sedikit mengigit bibir bawah.
Vevey yang menyadari kegugupan Kael lantas memegang tangan gadis itu. Ia tersenyum. "Tidak usah gugup. Aku tahu ini pertama kalinya kau melihat dunia luar. Tenang saja, aku akan menemanimu. Melangkahlah, jangan takut," kata Vevey sambil menuntun Kael agar berjalan melewati pintu.
Lorong VVIP sangatlah sepi, benar-benar sepi. "Apakah nanti kita akan menemukan banyak orang?" tanya Kael sambil mengintip keluar.
"Mn. Tapi kau tenang saja, mereka tidak akan menyakitimu," jawab Vevey.
Kael menarik nafasnya, memejamkan mata lalu melompat melewati pintu. "Apa aku sudah berada di luar ruangan?" tanyanya tanpa membuka mata.
Vevey terkekeh pelan. "Ya, bukalah matamu, kau sudah berada di luar," sahutnya.
Perlahan, Kael membuka matanya, mulai dari mata kanan hingga kiri. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya lalu melihat lorong dari ujung kanan hingga ujung kiri.
"Ada apa?" tanya Vevey.
"Tidak, aku hanya gugup. Ayo!" Kael menarik tangan Vevey berjalan ke arah kiri.
"Hei, jalan keluar bukan kesana," tegur Vevey sambil menahan tawa.
mendengar itu Kael langsung menghentikan langkahnya, menelan saliva lalu menoleh. "Ck! Diam lah, aku kan tidak tahu!" sahutnya kesal.
"Sudah tahu baru pertama kali keluar, tapi sok mau memimpin," sindir Vevey diiringi kekehan.
"Ck! Cepatlah, jangan banyak bicara!" kesal Kael.
Vevey tertawa, ia pun memutar tumit lalu berjalan ke arah kanan. Semakin jauh Kael dari ruangannya, semakin banyak orang yang ia temui. Ada beberapa orang yang menyapa dan tersenyum. Namun ada juga orang yang menatap Kael aneh, mungkin karena gadis itu bersembunyi di belakang tubuh Vevey.
"Menjauhlah dari tubuhku," titah Vevey.
"Tidak! Mereka semua terus menatapku," tolak Kael sambil melihat orang-orang yang menatapnya.
"Ck, mereka menatapmu karena kau terlalu dekat denganku, menjauhlah!" balas Vevey.
Kael menghela nafas, ia menjauhkan tubuhnya menjauh dari tubuh Vevey. Namun, tangannya tetap memegang tangan Vevey.
Kael dan Vevey akhirnya sampai di lobby utama, dimana hanya tinggal belok kanan untuk sampai di taman rumah sakit.
"Apakah masih jauh? Aku sudah sangat lelah," keluh Kael.
Vevey menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang. Benar saja, Kael terlihat lelah.
"Apa kau benar-benar ingin ke taman?" tanya Vevey khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
796 Angka Terakhir [Tahap Revisi]
Short Story[END] Kisah dua orang yang menderita penyakit mematikan. Keduanya dipertemukan oleh sebuah angka biner, namun dipisahkan oleh kematian. Angka terakhir dan pesan suara dari sang kekasih menjadi penutup semuanya. "796 adalah angka terakhir yang kau be...