Sudah sekitar 1 minggu setelah kael mengetahui bahwa Vevey sudah meninggal. Dan dalam satu minggu itu juga ia menjadi murung dan tidak banyak bicara. Kesehariannya kembali seperti dulu, berdiam diri di kamar, berbaring, dan meminum obat untuk memulihkan kesehatan nya.
"Kael, " Panggil Sarah. Kael menghela nafas kemudian mengubah posisinya menjadi duduk.
"Ada apa? " Tanya Kael.
"Aku ingin ke taman, apa kau mau ikut? " Tawar Sarah yang dibalas gelengan kepala kecil oleh Kael.
Sarah menghela nafas kasar. "Mmnn, baiklah kalau begitu. Apa kau ingin makanan luar? " Tawar Sarah.
"Apakah aku sudah bisa memakan makanan luar? "
Sarah tersenyum manis. "Ya. Tentu saja. Kau mau apa, biar kubelikan. "
"Dulu Vevey pernah membawa roti isi kacang hitam, aku ingin itu, "
Senyuman Sarah berubah menjadi senyuman paksa. "Mmnn? Roti isi kacang hitam? "
"Ya. Aku menginginkan itu. "
Sarah mengangguk. "Mmnn, baiklah, aku akan membelikannya untukmu. " Kata Sarah kemudian keluar dari ruangan Kael.
Saat pintu tertutup, saat itu juga air mata Sarah jatuh. Bahkan, telah satu minggu berlalu, tapi kael masih memikirkan Vevey. Apakah keputusan Vevey itu benar?
Tangan kael terulur untuk mengambil sebuah gantungan kunci yang Vevey berikan sekitar 5 tahun lalu saat kael menginjak umur 13 tahun.
"Vevey, aku merindukan mu. " Ucapnya diiringi satu tetes air mata yang jatuh tepat di gantungan kunci itu.
Pintu tiba-tiba saja terbuka. Kael mengangkat wajahnya melihat siapa yang masuk. Kerutan kecil tergambar di dahi kael kalau melihat siapa yang masuk.
"Kau? "
Dia gadis kecil yang mengajarkan kael angka biner, dia kembali dengan pakaian yang sudah bukan pakaian rumah sakit lagi. Namun, boneka kelinci dan buku bersampul putih itu masih tetap sama.
"Bagaimana kabar mu? " Tanya gadis kecil itu.
"Bagaimana kau bisa disini? " Tanya Kael.
"Sudah satu minggu lebih setelah kau operasi, tapi kau masih saja cerewet. "
"Kau tahu? "
"Jelas saja aku tahu. Waktu kau menjalani operasi aku sedang berada di rumah sakit ini, "
"Sedang apa kau disini? "
Gadis kecil itu tidak menjawab, ia malah kembali bertanya. "Apa kau tidak merindukan si pengirim pesan? "
Kael mengerutkan dahinya. "Pengirim pesan? "
"Apa kau sudah benar-benar lupa padanya? Secepat itu kau melupakannya? "
"Tidak, aku tidak melupakan nya. Justru aku sedang menunggunya, "
"Menunggu? "
"Ya. Dia sudah berjanji padaku, jika aku siuman, dialah orang pertama yang aku lihat, tapi dia tidak ada bahkan sampai saat ini. Dia juga tidak mengirim pesan padaku. "
"Apa kau merindukan pesannya? "
"Ya. Aku merindukan nya. Tidak hanya pesannya, aku juga merindukan orangnya, suaranya, senyumnya, tatapan matanya, juga kecupan nya. "
"Maafkan aku, " Gadis kecil itu tiba-tiba meminta maaf sambil menundukkan kepalanya.
"Untuk apa kau meminta maaf? "
"Aku tidak bisa mengabulkan semuanya. "
"Apa maksud mu? "
Gadis kecil itu tiba-tiba saja memberikan boneka kelincinya, buku bersampul putih miliknya, juga sebuah alat perekam suara kecil kepada kael.
KAMU SEDANG MEMBACA
796 Angka Terakhir [Tahap Revisi]
Historia Corta[END] Kisah dua orang yang menderita penyakit mematikan. Keduanya dipertemukan oleh sebuah angka biner, namun dipisahkan oleh kematian. Angka terakhir dan pesan suara dari sang kekasih menjadi penutup semuanya. "796 adalah angka terakhir yang kau be...