00010000

227 35 3
                                    

Semakin hari kondisi kael semakin membaik. Sudah 2 hari berlalu setelah operasi jantungnya. Sudah 2 hari juga setelah kepergian Derstan dan Vevey, dan dalam 2 hari itu juga Kael masih belum mengetahui apa-apa.  Saat ini yang setia di samping Kael adalah Sarah, setiap menit bahkan detik Sarah tak pernah meninggalkan Kael.

Setiap selama 2 hari itu Sarah selalu takut dan khawatir, takut tiba-tiba Kael menanyakan Derstan atau Vevey. Ya, Sarah sudah mengetahui kepergian Derstan dan itu benar-benar membuatnya terpukul. Dalam satu waktu, keponakan nya di tinggalkan oleh dua orang yang benar-benar penting dalam hidupnya. Sarah tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya hati Kael saat mengetahui semuanya.

"Sudah sudah, aku sudah kenyang, " Ucap Kael saat Sarah kembali menyuapi nya bubur.

"Baru 2 sedok bubur yang masuk kedalam perutmu, mana mungkin sudah kenyang. Cepatlah. "

"Tidak. Aku benar-benar kenyang, " Tolak kael sambil menutup mulutnya.

"Baiklah." Sarah menyimpan mangkuk buburnya dan membantu kael untuk minum.

Melihat kael yang tiba-tiba diam setelah makan membuat Sarah bertanya. "Kenapa kau diam? Ada sesuatu yang kau pikirkan? " Tanya Sarah.

Kael menoleh. "Ya. Aku sudah memikirkan ini selama 2 hari, "

"Apa yang kau pikir kan? "

"Sudah 2 hari Vevey tidak terlihat, kemana dia pergi? "

Pertanyaan yang benar-benar Sarah hindari dan Sarah takuti kini terjadi.

"Apakah dia sudah tidak ingin bertemu denganku lagi? Apakah dia tidak ingin mengucapkan selamat kepadaku? Tapi apakah mungkin? bukankan sedari awal dia sangat bahagia saat mendengar bahwa aku sudah mendapatkan pendonor? Tapi sekarang dia dimana? Bahkan batang hidung nya saja tidak terlihat."

Hati Sarah benar-benar sakit, mati-matian ia menahan air matanya agar tidak jatuh dan membuat Kael curiga.

Menyadari sarah yang terus diam, kael akhirnya bertanya. "Kenapa kau diam saja? Apa kau tahu kenapa Vevey pergi? "

Sarah mengangkat kepala, melihat wajah Kael namun tak berani menatap matanya. "Mmnn? Tidak a-aku tidak tahu kemana Vevey pergi. "

"Benarkah? Aish, dasar suster menyebalkan, awas saja kalo sampai kau datang kesini! " Gerutu Kael kesal.

Sarah menundukkan kepalanya. "Ya! Bibi, kenapa dari tadi kau diam saja? " Tanya Kael. Namun Sarah tetap diam.

"Bibi, Jangan-jangan kau mengetahui keberadaan Vevey? Cepat kasih tahu aku, aku akan memukulnya nanti! "

Bukannya menjawab, Sarah malah meneteskan air matanya. Kael diam, menatap Sarah curiga. "Bibi, kenapa kau menangis? " Tanya Kael.

Tiba-tiba saja pikiran buruk muncul di kepala kael, namun cepat-cepat kael tepis.

"Bibi, kenapa kau menangis? Jawab lah! "

"Ya, aku sudah menemukannya. Pendonor itu, aku sudah menemukannya! "

Tiba-tiba saja ucapan Vevey beberapa hari lalu sebelum dirinya melakukan operasi, melintas di pikirannya. Cepat-cepat Kael menggelengkan kepalanya.

"Bibi, kenapa kau menangis! Jawab lah! " Sentak Kael tiba-tiba dengan mata yang mulai memanas.

Sarah tetap tidak menjawab, ia justru malah terisak dengan kepala nya yang menunduk.

Kael menatap Sarah. "Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, " Kael diam sejenak. "Si-siapa yang mendonorkan jantung nya untuk ku? " Satu tetes air mata kael jatuh seraya dengan pertanyaan yang keluar dari mulutnya.

796 Angka Terakhir [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang