CH 2

261 15 7
                                    

"Ck." decak Alfred, lalu dia turun dari mobil dengan menggendong tubuh gadis itu yang belum sadar juga.

****

Gadis cantik ini perlahan membuka matanya. Dia melihat bahwa dia bukan berada dikamar mewah yang ada di mansionnya.

'Gua ada dimana? Dan kenapa tangan gua bisa di iket begini?'

Sekelibat bayangan yang dia lihat di cermin kamar membuatnya sadar apa yang sedang terjadi. Dan sekarang dia tengah di culik, mungkin karena perampok akan meminta tebusan yang besar. Dan mungkin setelah itu dia akan di bunuh dengan cara yang sangat tragis.

"Huaaa Papa, tolongin Sendy Pa! Disini gaenak! Jorok! Sesek! Bantu Sendy Pa! Sendy gamau di bunuh!" teriak gadis itu yang ternyata bernama Sendy. Tepatnya Missendy Davina Maheswara.

"Berisik!" sentak suara dingin dan tajam itu.

Sendy mendongak kearah pintu, lalu mata teduhnya bertemu pada mata dingin pria itu yang kini berjalan mendekat.

'Buset, penculik gua kok ganteng ya? Kalo begini mah gua rela di culik. Di kira tadi perampoknya Om-Om mesum, kan ga sudi gua diculik sama yang udah tua. Eh tapi tetep aja Sendy bego! Dia penjahat!' Batin Sendy

"Sadar juga lo." ujar Alfred tersenyum sinis.

Pria itu mengeluarkan senapannya kembali.

"Lo m--mau apa?" tanya Sendy dengan shok. Dia bergerak-gerak dikursi agar ikatannya terlepas. Tapi sial, yang ada tangannya sakit.

"Ya mau bunuh lo." sahut Alfred dengan dingin, dia mengarahkan pistolnya ke kepala Sendy.

"Ja--jangan," ujar gadis itu. "gua masih mau hidup." lanjutnya lirih.

Alfred tersenyum miring.

DOR!!

"AAAA!" Sendy berteriak lalu dia menutup matanya.

Slet!

"Ck." Al berdecak kesal karena peluru meleset, sedangkan Sendy dengan cepat menarik nafas sebanyak mungkin.

"Lo gila ya! Lo mau bunuh gua? Tega banget si lo sama cewek!" pekik Sendy geram.

Al tersenyum dingin.

"Cewek itu nyusahin, jadi gua harus tega sama cewek." sahut Al dengan dingin dan tajam.

Sendy mendesah pelan, lalu ditatapnya pria tampan yang kini tengah menatap dingin ke arahnya. Membuat Sendy bergidik dengan tatapan Al.

"Lo apa gapunya Mama atau Saudara Perempuan? Lo bunuh gua, sama aja lo bunuh Mama lo sendiri."

Al menatap tajam gadis itu, membuat Sendy hanya tertunduk takut.

"Gausah bawa-bawa Mama sama Saudara Gue! Mama gua udah mati! Dan gua yang bunuh dia! Jadi gaada salahnya kalo gua bunuh lo juga." bisik Al dengan nada yang begitu mengerikan.

Sontak Sendy mendongak dengan tatapan terbelalaknya.

'Gila! Ini cowok jangan bilang selain mafia dia juga--psychopath? Oh God, tamat sudah hidup lo Sendy!'

Al kembali mencoba mengarahkan senapan itu ke kepala gadis itu.

"Jang--"

Dor!!

"AAAA!" Sendy kembali berteriak dan menutup rapat matanya.

Slet!

"Ah sial! Kenapa si sama gua hari ini. Gagal lagi, dan lagi." desis Alfred dengan tangan terkepal.

Sendy membuka matanya lalu mengaup udara sebanyak-banyak mungkin. Karena tadi saat senapan itu di tarik oleh Al, dia menahan nafasnya yang membuat wajahnya merah karena kekurangan nafas.

"Kayanya lo gagal terus Bang, apa yang lagi lo pikirin?" tanya Lingga saat memasuki ruangan ini.

Al menatap Lingga.

"Ntah." sahut Al dingin.

"Ck Bang Al... Bang Al... Lo itu manusia, bukan freezer ataupun kulkas. Gausah dingin begitu ah, dasar lo gapernah berubah," ujar Lingga menggeleng. "btw itu anak orang kasian juga, mukanya sampe merah. Lo abis cium dia ya bang? Gila sadis banget lo cara ciumnya sampe dianya kaya abis nafas gitu."

"Cium kepala lo kotak!"

Lingga tak acuh melihat tatapan dingin sang kakak laki-lakinya Alfred. Dia sudah biasa dengan tatapan pria itu, kecuali kalau Alfred menatapnya dengan tatapan sangat dingin dan tajam, baru itu pertanda yang sangat buruk.

"Gua bukan spongebob bang, tapi gua boboboy. Jadi kepala gua ga kotak."

Alfred menggeram kesal.

"Lingga." desis Al tajam, matanya menatap Lingga dengan sangat dingin, dan tangannya yang pria itu pegang senapan di arahkannya ke kepala Lingga, membuat pria itu gelagapan sendiri.

"E... E... E... Ban, g--gua kesini cuma disuruh sama Kak Helene. Cewek ini nanti aja lo urus, dan sekarang kita harus beraksi lagi." jelas Lingga.

Hayolohhh masih untung tuh 2 peluru meleset ya kan jadi gimana nih??
Lanjutkan??
Jangan lupa voment nya yah!!

The Psycho Mafia'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang