CH 4

138 11 2
                                    

Sendy menatap apartment mewah Al dengan mata berbinar.

"Lo di apartment segede ini cuma sendiri aja? Eh, btw gua belon tau nama lo masa," ujar Sendy. "gua Sendy." lanjut Sendy mengulurkan tangannya.

Al menatap dingin uluran tangan itu, dia tidak berniat untuk membalas uluran tangan Sendy.

"Ya, dan lo gaperlu tau nama gua." sahut Al dingin, lalu mulai melangkah. Baru dua langkah Al kembali memundurkan langkahnya.

"Satu lagi, kalo lo gamau mati dengan sia-sia... Lo jangan berani coba buat kabur dari sini," ujar Al memiringkan wajahnya dan tersenyum miring. "mengerti?" tanyanya.

Sendy mendengus.

"Ya, ya serah! Daripada gua mati, no! Gua masih mau jumpa sama Papa dan Mama gua." ujar Sendy.

Al berdecih.

"Dasar manja." dengus Al dingin, lalu dia kembali melangkah.

"Eh woi tunggu! Gua pan belon tau nama lo, kasih tau kek. Masa satu apart gini gua gatau nama lo si, ntar gua manggil lo apa? Yakali gua panggil lo babi, monyet, kambing, setan, semvak, kamvak, lembu--hehe peace ya, jangan tembak gua."

Al tersenyum dingin.

"Mulut lo bawel udah kek congor bebek!" desis Al menatap gadis itu dengan tatapan tajam.

Sendy menunduk takut, tatapan Al sudah seperti pisau yang baru di asah, sangat tajam. Membuat dirinya bergidik ngeri saat dia membayangkan jika saja pria dihadapannya ini tengah marah besar.

"Gua sampe lupa," ujar Al membuat gadis itu mendongak. "gua bawa makanan sama baju buat lo selama disini." lanjut Al datar, membuat Sendy melongo tak percaya. Mungkin gadis itu berfikir, tumben sekali pria ini baik?

"Lo abis kesambet jin pohon toge ya? Kok seketika lo jadi baik? Tumben banget, curiga gua jadinya sama lo."

Al berdecak, maunya apa si? Jahat salah, baik salah. Pikir Al.

"Serba salah sama lo." desis Al dingin, lalu melangkah keluar apart untuk mengambil baju dan makanan untuk Sendy yang dia beli di mall.

Sendy memilih melihat-lihat apart Al dengan menyusuri setiap bermacam kamar. Gila, ini apart atau apa?

Matanya sudah melihat satu persatu isi kamar, ada kamar Al, kamar tempat senjata-senjata Al yang berbagai macam senjata ada di dalam kamar itu. Ada juga beberapa kamar tamu, dan sebuah mini bar. Apa pria ini suka minum-minum juga?

Mata Sendy terkunci pada satu kamar yang pintunya bercat warna biru. Dengan langkah pasti dia ingin membuka pintu kamar itu.

"Jangan dibuka."

Suara dingin Al menghentikan gerakan Sendy. Gadis itu dengan pasti membalikkan tubuhnya menatap Al.

"Ke--kenapa? Gua cuma mau liat doang, gabakal sentuh-sentuh." sahut Sendy.

"Gua bilang jangan ya jangan. Gua peringatin, jangan sekali-sekali lo mau coba buka kamar itu. Ngerti? Itu punya Helene sama Lingga" tanya Al dengan tatapan dingin.

"Eh, i--iya." sahut (Namakamu).

Gadis itu menunduk takut, tatapan Al benar-benar dingin.

"Makan," suruh Al. "kamar lo yang itu." ujar Al menunjuk kamar untuk Sendy.

Sendy mengangguk, kamarnya berada di sebelah kamar Al.

"Nih baju lo." Al memberikan paper bag yang cukup banyak berisikan baju-baju dan daleman... Sendy.

Sendy meringis saat melihat isinya. Apa pria ini tidak malu untuk membeli daleman buat perempuan? Pikirnya.

'Urat malu dia gua rasa udah putus kali ya, jadi gaada malunya.'

"Gausah berfikir jelek tentang gua," ujar Al dingin. "itu yang milih dalemannya pacar temen gua." lanjut Al yang seakan mengerti pikiran Sendy.

Gadis itu melongo, lantas dia mendengus kesal. Pria ini benar-benar argh menyebalkan!

"Lo bisa baca pikiran orang ya monyet?"

"Menurut lo." sahut Al tersenyum miring, lalu Al melangkah masuk ke kamarnya.

Dia lelah, dan butuh istirahat. Sendy yang melihat itu merasa kasihan. Dia membawa baju-bajunya lalu masuk ke kamarnya.
Namun tanpa sengaja sendy yg hendak berjalan menuju kamarnya malah terpleset dan jatuh tepat diatas badan Al, mata mereka bertemu membuat keduanya mematung

****
Helene yang ditemani Lingga tiba di Apartement mereka dengan mobil Ferrari Putih milih Helene.

"Dek, lo parkirin yah ntar gue masakin deh" ujar Helene merayu sang Bungsu

"Sup daging manusia yah" ucap Lingga ngawur

Helene terkekeh mendengar jawaban sang adik

"Siap boss, pakek jari-jarinya gak?" Ujar Helene tak kalah gila

"Woiya jelas donk, minum nya Es Teh Amer" Jawab Lingga makin nyeleneh

"Siap boss, udh sana parkir gue ke atas dulu, ehh itu mobil si Al kan?" Ujar Helene sembari bergegas turun dari mobilnya

Lingga hanya mengangguk dan segera memarkirkan mobil kakak perempuannya itu setelah sang kakak turun dari mobilnya.

****

Sementara Al dan Sendy masih saling mematung akibat kejadian itu, terkejut setelah sebuah suara memanggil namanya, suara itu tak asing bagi Al

"Al...??" Ujar suara itu, membuat Al kaget dan menoleh ke sumber suara itu

Hmm kira² siapa hayo?? Terus gimana tuh yah???
Jangan lupa voment oke

The Psycho Mafia'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang