CH 3

184 14 4
                                    

Al mengangguk, lalu menurunkan senapan itu seraya menatap gadis di hadapannya dengan tatapan dingin dan tajam.

"Lo gausah gerak-gerak."

Sendy mengernyit.

"Ke--kenapa?"

Al melihat ke arah tangan Sendy yang terikat kebelakang lalu menatap gadis itu kembali dengan dingin.

"Nanti tangan lo luka, di deket tangan lo yang ke iket itu gua taro piso. So, kalo lo gerak dikit aja, tangan lo bisa robek. Jadi mending lo diem." sahut Iqbaal dengan dingin.

Lingga terpelongo saat itu juga? Ini Alfred kah? Alfred yang dia kenal? Tidak biasanya Alfred seperti ini? Apa Alfred kerasukan arwah jin tomang? Pikir Lingga.

Sedangkan Sendy terdiam, dia bergidik. Pria ini benar-benar... Psychopath. Ya Allah, lindungi dia dari siapa pun yang berniat ingin membunuh ataupun menyakitinya. Batinnya.

****

Al tengah terduduk di sofa Mansion mereka. Misi ketiga pria ini merampok disebuah rumah yang besar berhasil. Dan itu membuat Al merasa lelah, karena memang dialah yang paling banyak beraksi. Dia melihat arloji di pergelangan tangannya.

Waktu menunjukkan pukul delapan malam. Dia jadi teringat, kalau dia meninggalkan gadis itu selama empat jam. Parahnya, gadis itu tidak mendapatkan asupan.

Dengan cepat Alfred mengambil jaketnya.

"Gua cabut." ujar Alfred dingin, lalu melangkah tanpa menunggu apa balasan Lingga dan Helene.

"Kenapa dia? Tumben?"

"Gatau gua kak, emang aneh semenjak yang gua manggil dia di bascamp tadi. Gua rasa dia sama cewek tadi itu beneran ciuman deh kak." ujar Lingga seperti berfikir.

Helene menggeleng.

"Udah Ling, pikiran lo itu allahumma. Kelewat mesum njir, lo mau tidur sini apa balik apart?"

Lingga mendengus.

"Tidur sini aja dah kak, cape gua mau pulang. Lo gamarah kan kita tidur disini?" tanya Lingga.

"Sebenernya si marah, ya enggalah gila. Kaya sama siapa aja lo, yaudah ayo ke atas. Gue mau ke apart mau ambil baju sama peralatan mandi gue, gerah gue dek" ajak Helene yang mulai beranjak dari sofa.

****

Alfred mendudukan Sendy dimobilnya, dicarinya P3K di
dashboard mobilnya, lalu di tariknya pelan tangan Sendy yang terluka karena pisau yang dia pasang itu.

"Gua bilang tadi apa? Gausah gerak-gerak."

Sendy meringis kala Al membersihkan lukanya dengan alkohol yang pria itu basahkan dengan kapas. Lalu gadis itu mendengus karena ucapan Alfred.

"Lo kira gua robot yang bisa diem aja? Emang gila ya lo." geram Sendy.

Iqbaal memutar bolamatanya dengan malas.

"Apa lagi yang luka?" tanya Alfred dengan dingin.

Sendy menggigit bibir bawahnya karena dia ragu untuk memberitahu Al.

"Gausah gigit bibir lo bisa? Atau..." Al tersenyum miring.

"Atau?" tanya Sendy heran.

"Gua sendiri yang bakal gigit," sahut Al dingin. "udah jawab, apa lo lagi yang sakit?"

Sendy terbelalak, lalu dia mendesis kesal.

"Pu--punggung gua."

Al menaikkan alisnya.

"Balik badan, biar gua obatin." titah Al.

Sendy cengo, lalu menggeleng singkat.

"Gausah." tolak Sendy.

"Ck, gabakal gua apa-apain. Cepet, gua cape. Jangan sampe lo gua makan." desis Al.

Sendy bergidik.

"Ma--makan? Lo suka makan sesama manusia? Makan begimana?"

"Adalah." balas Al menyeringai.

'Ya Allah, tolong. Gua ngeri sama ini cowok.'

Dengan amat terpaksa Sendy membalikkan badannya.

Al perlahan menurunkan resleting gaun yang Sendy kenakan, lalu melihat punggung putih gadis itu yang tergores panjang dan mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Dengan telaten Al membersihkan darah itu, lalu memberikan obat merah membuat gadis itu meringis seraya tangan Sendy yang kini meremas punggung tangan Al.

"Sakit ya?"

Sendy berdecak.

"Ya iyalah! Pake nanya lagi dasar Mr kutub gapeka!" sentak gadis itu.

"Udah beres." ujar Al kembali menaikkan resleting itu dan meletak kembali P3Knya.

Sendy membalikkan tubuhnya menatap Al.

"Lo kan cowok, lo ga--"

"Nafsu? Begitu maksud lo kan?" potong Al cepat.

Sendy mengangguk ragu.

Al terkekeh sinis.

"Ngga sama sekali."

Sendy melotot tak percaya, dari sekian banyak pria yang ingin mengincar tubuhnya dan apa kata pria sialan ini tadi? Tidak tertarik sama sekali? Wah jangan bil...

"Jangan bilang lo gay?" tuding Sendy dengan tatapan menyipit curiga.

Al yang ingin melajukan mobilnya sontak terhenti, dan dia menatap Sendy dengan tatapan dingin.

"Gay? Lo mau coba berapa ronde sama gua? Bakal gua ladenin di ranjang." sahutnya tersenyum miring.

Setelah puas melihat wajah cengo Sendy, Al melajukan mobilnya membelah jalanan kota Los Angeles menuju apartment mewahnya.

Bersambung....

Wayolohhh apa yg terjadi setelah ini???
Jangan lupa voment okehh :)

The Psycho Mafia'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang