Dcr : 6

547 126 12
                                    

Haruto sudah memeriksa semua nya dan sudah di catat juga, pria yang baru saja menginjak umur 25 itu menatap gadis di depan nya terutama luka yang tadi.

Jujur saja ia penasaran, dari mana luka itu berasal? Tidak masuk akal jika jawaban nya adalah karena jatuh atau tergores? Tergores, luka nya tidak akan bertahan seperti maksud nya luka nya terkesan sangat tipis dan tidak besar seperti itu, Haruto tau bagaimana bekas luka dalam dan luka ringan. Yang berada di tangan gadis itu luka dalam, goresan nya lurus seperti memang di sengaja di gores bukan di sengaja.

Ingin bertanya namun ia agak merasa jika dirinya terkesan ikut campur dalam urusan orang lain, namun di sisi lain orang tua nya juga memberikan amanah agar Haruto bisa menjaga anak nya dengan baik entah itu dalam masalah apa pun. Apakah ia harus melaporkan bekas luka itu juga? Seperti nya ide bagus hanya saja.

" Akan ku tanya nanti saja.. " Haruto pun membalik badan nya dengan niatan akan kembali ke ruangan nya memeriksa beberapa dokumen perusahaan nya yang ia bawa ke rumah sakit untuk sekalian di cek.

Namun langkah nya berhenti ketika telinga nya mendengar deruh nafas yang tidak beraturan, ia lantas secepat mungkin membalik badan nya dan benar menemukan gadis itu tengah sesak nafas di sana.

Secepat mungkin, Haruto segera mengatur alat nafas di sisi meja dan memasangkan nya ke mulut gadis tersebut. Ia panik, sangat panik dan jika saja Riki melihat ini lelaki itu pasti akan memiliki batin karena tidak pernah Haruto sepanik ini.

" Tenang tenang, jangan terburu buru bernafas nya. Pelan pelan saja oke, tarik nafas, buang, perlahan saja oke " Ucap nya seraya mengusap rambut panjang itu dengan lembut, sedangkan kamu mengatur nafas mu sendiri sesuai dengan tuntunan dokter itu.

Kamu juga melirik nya, melihat ke arah nya dan Haruto juga melakukan hal yang sama seperti apa yang kamu lakukan. Ketika tatapan kalian berpapasan, Haruto tersenyum dan mencoba menenangkan diri mu meskipun di dalam hati nya ia sangat panik setengah mati di tambah detak jantung nya mendadak kencang tanpa alasan.

" Sudah mulai tenang? Pelan pelan saja nafas nya, sesak ya? " Tanya nya dengan nada pelan, kamu hanya mengangguk pelan mengiyakan apa yang dia tanya kan tadi.

Haruto mengangguk sekilas dan masih menangani diri mu, ia bahkan tidak melepaskan tangan nya dari kepala mu. Ia masih setia mengusap rambut mu, entah kenapa Haruto merasa diri nya tidak melepaskan tangan nya. Rambut nya sangat halus, dan bau minyak telon terasa sekali. Bahkan jika dalam jarak jauh, seperti Haruto baru masuk ruangan akan ada bau bayi di sana dan Haruto hafal sekali akan itu.

" Tidur saja lagi, aku akan menemani mu " Haruto mengatakan semua itu seolah tidak nada beban sama sekali, apa dia tidak ada pekerjaan hari ini atau bagaimana? Kamu bahkan bertanya tanya sekali saat ini.

" Tiada ada pasien? " Haruto justru malah terkekeh pelan dan ia membenarkan selimut mu kembali, menata boneka yang berada di bangsal mu agar kamu nyaman tidak desak desakan dengan boneka sendiri.

" Kamu, kamu pasien saya bukan? "

Plak!

" ADUH! Kok.. "

" Gak usah nanyak kalau itu, gw juga tau " Pria itu hanya mengusap lengan nya yang terkena hantaman keras, tentu saja kamu pukul karena jawaban tidak masuk akal nya itu. Kamu jadi jengkel sendiri.

" Baru saja pulih loh, tenaga mu kuat sekali "

" Kenapa? Mau lagi? " Kamu ancang-ancang akan memukul nya lagi namun dengan cepat tangan Haruto sudah menahan tangan mu duluan. Ia kembali tersenyum dan meletakan tangan mu di sisi bangsal.

" Iya iya, maafkan aku. Istirahat lah lagi, aku akan ada di sini menjaga mu " Ucap Haruto kemudian mengambil kursi dan duduk di sana, kamu hanya diam dan melihat ke arah nya dengan tatapan bingung.

Doctor | Haruto × You [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang