Jangan bertanya bagaimana perasaan mu, meskipun kamu masih canggung tetapi Rika bisa mengendalikan suasana hati nya dengan memulai percakapan random. Sepertinya kamu dan Rika satu server sekarang bahkan kalian mengobrol banyak hal, bahkan agak agak nya lagi Rika membicarakan suami nya sendiri. Ya begitu lah.
" Udah berapa lama kenal sama Haruto? Dia galak gak? Atau.. "
" Menyebalkan " Ucap mu pelan, takut menyinggung atau bahkan terkesan tidak sopan. Tapi kamu mencoba jujur saja karena Rika memaksa harus menjelaskan semua nya dengan jujur.
Brak!
" Astaghfirullah! "
" Udah aing duga itu mah, tapi ada gak tanda tanda... " Belum Rika berbicara banyak atau bahkan melanjutkan kalimat selanjut nya. Tiba tiba saja pintu kamar terbuka menunjukan pria di sana, dengan jas dokter yang ia lipat di lengan nya menggunakan kemeja berwarna hitam dengan bagian lengan di gulung memperlihatkan lengan kekar nya.
" Jangan ghibah, dosa " Ucap nya dan berjalan menghampiri mu, ia menarik mu agar segera berdiri dengan niat mau membawa mu pulang.
" Eh! Mau di bawa kemana adek ipar gw! " Haruto memutar bola mata nya malas mengabaikan kembaran nya itu, sedangkan pria itu masih sibuk menarik mu keluar. Tidak kasar, biasa saja hanya saja langkah nya panjang sekali. Efek kepanjangan kaki atau kamu nya yang pendek tidak ada yang tau juga.
" Pulang, udah malem. Kamu main nya keasikan, saya kirim kamu pulang kenapa sampek sini? " Ucap nya, mungkin saja ketika Haruto menyuruh Rika tau makanya Rika memutar balik arah nya menjadi ke rumah orang tua nya.
Kamu hendak menjawab namun Haruto sudah berdiri di depan mu, membukakan mu pintu mobil dan memberikan isyarat agar kamu cepat masuk tanpa bantahan di tambah wajah nya sudah memasang wajah datar menyebalkan. Kamu mau tidak mau masuk ke dalam dengan perasaan kesal, padahal acara ghibah belum selesai tadi.
Ketika Haruto hendak masuk ke dalam mobil, Rika menyusul dan membawakan bekal masakan nya sendiri. Makan siang tadi, ia berikan kepada Haruto. Pria itu mengucapkan Terima kasih kemudian masuk kembali ke mobil. Apa Haruto sedingin itu? Pantas saja tadi Rika heboh sekali.
" Lo gak pamit gitu? "
" Kelamaan, langsung aja " Ucap nya dan menyalakan mesin mobil nya. Rika dan suami nya berada di luar, jangan lupakan si kecil yang melambaikan tangan nya heboh ke arah mobil. Padahal kamu jelas melihat raut wajahnya sedih, bahkan mata nya sudah berkaca kaca seperti itu. Kasihan sekali.
Kamu melambaikan tangan balik ke arah Dika, bocah itu tadi tidur makanya di tinggal Bunda nya ngobrol sama kamu. Tapi mungkin karena dia tau kalau paman nya datang makanya dia bangun, sudah melihat paman nya mau pulang saja. Menangis? Jangan di tanya itu.
" Kasihan Dika nangis, gak di samperin dulu tadi? " Ucap mu kepada Haruto, sebenarnya tidak tega kalau melihat Dika menahan tangisan nya seperti itu. Wajah nya saja sudah memerah.
" Udah tadi, dia bangun terus minta gendong sama saya. Ya karena udah malem jadi saya bawa kamu pulang. Udah makan? " Haruto menoleh ke arah mu sekilas, melihat mu mengangguk membuat nya kerasa lega. Setidaknya kamu tidak meninggalkan jam makan. Karena dari informasi yang dia dapatkan, jadwal mu, bahkan tidur berantakan bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor | Haruto × You [ HIATUS ]
أدب الهواةMenyelamat seseorang memang sebuah kewajiban sebagai sesama makhluk hidup, namun bagaimana jika yang di selamatkan adalah musuh sendiri yang mengancam keselamatan?