Episode 11

324 51 10
                                    

[PENGHANTAR TIDUR, BIAR OVERTHINKING, DIKIT DULU]


Hubungan Wendy dan Rose semakin dekat, bahkan mereka sering kali terlihat menghabiskan waktu berdua. Sementara Irene, mendekati hari bahagianya, ia jarang sekali bertemu Seulgi, bahkan hanya sesekali untuk keperluan penting.

" Joohyun, kau mau kemana ? "

" Aku mau ke rumah Seulgi, appa. "

" Sendirian ? "

" Ne. "

" Tidak mau diantar ? "

" Tidak usah, appa. "

Setelah Irene pergi, Tiffany menghampiri Taeyeon dan menatap suaminya serius.

" Wae ? "

" Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu. "

" Apa ? ", Taeyeon meletakan majalahnya dan menatap Tiffany.

" Siapa yeoja dan anak laki-laki itu ? ", Tiffany memperlihatkan foto yang ia temukan.

Taeyeon langsung terdiam menatap foto itu.

" Is she your ex ? "

" Dimana kau temukan foto ini ? "

" Jawab saja pertanyaanku. "

" Geurae. Dia bukan mantan kekasihku, dia adalah Jessica Jung. "

" Mwo ? "

" Namja kecil itu adalah Wendy. "

" Kalian saling mengenal ? "

Taeyeon mengambil foto itu dan tersenyum kecil.

" We are best friends, yeobo. "

" Best friend ? "

" Ne dan karena kau sudah tahu, jadi aku harus sampaikan ini padamu. "

" . . . . "

" Kami ingin Joohyun dan Seungwan menikah, tanpa paksaan dan tanpa perjodohan. Maka dari itu sebenarnya membiarkan Joohyun menikah dengan Seulgi adalah sebuah keputusan yang berat, apalagi setelah aku mendengar kabar yang kurang baik dari Jessica. "

Tiffany menopang kepalanya di sofa sambil menatap Taeyeon.

" Wae ? "

" Tae, kau tahukan pernikahan itu bukan sebuah hal yang bisa kau ulang semaumu ? Ini sudah tinggal hitungan bulan, Seharusnya kau bahkan menghalangi acara pertunangan itu. "

" Bagaimana bisa aku menghalangi acara yang bahkan putriku sendiri tersenyum bahagia hari itu ? Dia anakku satu-satunya, Tiffany. "

" But it's about her future, Tae. "

Seulgi's House

Irene menepikan mobilnya dan bersiap untuk keluar.

" Lepaskan! "

" Siapa yang mengizinkan kau datang ke sini? Sudah kubilang untuk bersabar. Kau gila, Soo Jung. "

" Aku gila ? Kau yang gila, Seulgi! "

Melihat tunangannya bertengkar dengan seorang yeoja, Irene menahan diri dan sedikit menurunkan kaca mobilnya.

" Bisakah kau bicara dengan tenang tanpa perlu berdebat seperti ini ?! "

" Aku sudah tenang, tapi kau terlalu lama mengambil keputusan! "

" Ini bukan hal mudah, Soo Jung. "

" Seulgi ! Bayi ini tidak boleh lahir tanpa ayah! "

deg...

" Jaga ucapanmu. ", Seulgi mencengkram siku Krystal.

" Biarkan saja mereka mendengarnya, agar mereka tahu siapa kau. "

" Ini hanya sebuah kecelakaan yang tidak pernah ku impikan, seandainya saja kita tidak bertemu malam itu, ini semua tidak mungkin terjadi. "

" Aku tidak yakin soal itu, akui saja kau masih mencintaiku. Jangan jadi pengecut dengan membohongi perasaanmu sendiri. "

Seperti menunggu jawaban Seulgi, air mata Irene lolos begitu saja, ia refleks memegang cincin di jari manisnya.

Seulgi, how could you...

Somewhere

Wendy sedang bercanda tawa bersama Rose di sebuah taman sambil mengajak Hank berkeliling.

" Kau sering pergi bersama Hank ? "

" Belakangan ini jarang dan aku menitipkannya pada eomma atau eonni. "

" Hank pasti sangat merindukanmu, dia tak mau lepas darimu. "

" Bukankah itu wajar ? Aku kan pemiliknya. "

" Ya, tidak juga. Biarpun kau pemiliknya, bisa saja dia tidak merindukanmu, kan ? "

Rose hanya tersenyum dan saat keduanya melihat ke sembarang arah, tanpa sengaja jari kelingking keduanya bersentuhan. Entah apa yang sudah dirasakan keduanya, sentuhan itu berubah menjadi sebuah genggaman kelingking kecil. Bahkan, senyum malu-malu mulai tergambar di wajah keduanya.

" Uhm, Wendy, can I ask you something ?"

" Of course. "

" Are you still thinking about Jennie ? "

" Bagaimana aku harus menjawabnya ? "

" Say it honestly. "

Rose menghentikan langkahnya dan menatap Wendy dengan senyuman yang begitu menenangkan, sampai Wendy teralihkan.

" Aku tidak bisa munafik, Rose. Terkadang aku masih memikirkan perasaanya, tapi di satu sisi, aku harus realistis dengan melanjutkan hidup ini. Aku memang memiliki trauma yang cukup besar setelah hal itu, aku selalu takut dan membayangkan bagaimana jadinya jika aku bertemu dengan yeoja yang sama, meskipun aku tahu tidak semua yeoja seperti itu. "

" Hmm, aku mengerti kesulitanmu. "

" Tidak bermaksud menjelekkan sahabatmu, tapi, aku yakin kau juga mengenalnya dengan baik. "

" Aku sangat mengenalnya, Wendy. "

" Good. "

" Aku juga bisa merasakan luka yang kau rasakan. Apakah aku memiliki kesempatan untuk menutup luka itu dan memelukmu ? "

" . . . . "

" What if I fall for you and want you to love me ? "

" . . . . "

" Wendy, I like you. "

Lagi-lagi, seperti terhipnotis, Wendy tak berkedip menatap Rose, sementara Rose mengubah genggaman kelingking itu menjadi genggaman yang seutuhnya.

" Wendy, would you give me a chance ? "

" Uhm..."

drrt ... drrt ...

" Eoh, jamkanman, Rose. "

" Ne. "

Wendy langsung melepaskan genggaman tangan Rose dan melihat nama yang muncul di layar ponselnya.

Joohyun...







Angkat tidak ?

After AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang