Kepergian Irene membuat Wendy lebih banyak menghabiskan waktu sendirian, ia bahkan belum bisa menghubungi Irene. Di tengah waktu sendirinya, Wendy juga semakin dekat dengan Rose. Mereka sering berkomunikasi bahkan seperti menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih dari sekedar teman bicara.
Di satu kesempatan, Wendy sudah membuat janji temu dengan Rose untuk makan siang bersama. Rose seperti dibuat lupa bahwa Wendy adalah mantan kekasih dari sahabatnya sendiri, ia benar-benar sudah jatuh cinta pada Wendy, meskipun Wendy belum mengetahui hal itu.
" Wendy! "
" Hai! "
Rose selalu dibuat terpesona dengan Wendy meskipun hanya dari cara Wendy berjalan menghampirinya.
" Hai, how are you ? "
" Always good to see you, Roseanne. "
" Thank you for your time, Wendy. "
" It will always be my pleasure. "
Senyumannya....aku selalu jatuh pada hal itu.
Keduanya menikmati makan siang dengan penuh obrolan yang menyenangkan.
" Apa kau ada kegiatan hari ini ? "
" Na ? ", Rose langsung salah tingkah.
" Ne. "
" Uhm....tidak ada, wae ? "
" Apa kau keberatan jika aku mengajakmu pergi bersama ? "
Seperti ada ribuan kupu-kupu terbang di sekitarnya, Rose bahkan merasa wajahnya saat ini sangat merah menahan rasa senang sekaligus malu-malunya.
Pin Area
Wendy mengajak Rose bermain bowling bersama, meski hanya ajakan biasa, tapi Rose sudah menganggapnya seperti kencan pertama. Satu dua kali mereka bermain, Rose seperti tidak fokus dan selalu tidak tepat mengarahkan bola ke arah pin. Saat ia akan mencoba melempar satu kali lagi, ia dikejutkan dengan sentuhan Wendy di punggung tangannya.
" Posisimu salah. ", suara Wendy terdengar jelas dan lembut di telinga Rose.
Tanpa menjawab apapun, Rose hanya mengikuti gerakan Wendy dan ia melemparkan bola itu lurus sempurna mengenai semua pin.
strike!
Meskipun sudah menghabiskan semua pin, posisi mereka masih belum berubah, Wendy masih terlihat seperti memeluk Rose, begitupun Rose yang membeku dalam pelukan Wendy.
I wish you could feel the rhythm of my heartbeat, Wendy.
NYC
Irene dan Tiffany sedang berada di Times Square menghabiskan waktu sore mereka. Sudah hampir berminggu-minggu Irene tidak mengaktifkan ponselnya, ia khawatir jika Seulgi masih mencoba menghubunginya.
" Eomma, sepertinya kita sudah bisa kembali ke Korea. "
" Kau yakin ? Tidak masalah jika masih ingin disini, jangan pikirkan pekerjaanmu. Appamu sudah mengurusnya. "
" Aku tidak percaya padanya. "
" Meskipun tampak meragukan, tapi dia bisa diandalkan, Joohyun. "
" Aku yakin kau tidak sungguh-sungguh mengatakan itu, eomma. "
" Wae ?! "
" Jika dia bisa diandalkan, tidak mungkin ada sebutan manager Hwang di rumah. "
" Hm, geurae. "
Irene tersenyum kecil seusai meledek pernikahan orang tuanya.
" Eomma tidak masalah jika kau ingin pulang, tapi eomma hanya khawatir masalah kemarin belum benar-benar kau lupakan ? "
" Semakin aku menghindar, semakin aku hanya mengingatnya. Lebih baik aku mencari kegiatan dan menyibukkan diri, eomma. "
" Kalau begitu apakah kau harus ditemani dulu di kantor ? "
" Gwenchana, aku bisa sendiri. Mungkin aku akan menghubungi Wendy untuk sekedar pergi makan atau hang out. "
" Sebenarnya ada yang ingin eomma tanyakan padamu. "
" Tentang ? "
" Kau dan Wendy. "
" Kau pasti ingin tanya kenapa kami tidak berkencan,kan ? "
" Uhm, lebih tepatnya apakah persahabatan kalian benar-benar murni tanpa perasaan apapun ? "
Irene langsung terdiam dan menatap Tiffany.
" You know, we talk about namja dan yeoja. Rasanya agak sedikit kecil jika sudah lama kenal, satu frekuensi tanpa perasaan. "
" Aku menyayanginya dan aku rasa dia pun begitu, tapi itu hanya sebatas teman, eomma. Dia pun tahu jika aku anak tunggal, jadi kami sudah seperti adik kakak. "
" Bagaimana jika ternyata selama ini kau berjodoh dengannya ? "
" Itu tidak mungkin, eomma. Sekalipun iya, itu akan menjadi hal terbodoh dan aku tidak akan pernah berhenti tertawa. "
" Mengapa kau bisa berpikir seperti itu ? "
" Eomma, Wendy tahu semua yang terjadi pada diriku dan mantan kekasihku, begitupun sebaliknya. Jadi rasanya sangat lucu sekali jika kami berjodoh dan sebelumnya menceritakan aib kami masing-masing. "
" Bukankah itu bagus ? Kalian sudah tahu satu sama lain. "
" Aku hanya tidak bisa membayangkan betapa anehnya hal itu. Aku berada di atas pelaminan bersama namja yang selalu kupukul bila aku kesal, namja yang selalu kalah berargumen denganku dan namja yang paling tidak berani banyak komentar jika aku sudah menatapnya tajam. "
" Dia akan jadi sama dengan appamu. "
" Makanya itu.."
Meski terlihat menolak, diwaktu yang bersamaan tiba-tiba isi kepala Irene mengingatkan ia dengan kenangan lucu sekaligus menyenangkan bersama Wendy, yang jauh lebih banyak dari pada kenangannya bersama Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
After All
FanfictionMemiliki kerumitan dalam hubungan percintaan dengan pasangan masing-masing, membuat Irene dan Wendy sering terlihat bersama untuk bertukar pikiran. Banyak yang berpikir bahwa keduanya juga memiliki hubungan spesial, namun dengan cepat keduanya memba...