Aku tidak tahu apakah aku bersalah atau tidak dalam hal ini. Aku hanya mencoba menjaga hubungan baik dengan siapa saja.
Apakah aku bisa disalahkan bila seseorang menaruh perasaannya padaku tanpa aku memaksanya ?
Rasanya ini sama saja menyalahkan Tuhan yang sudah menurunkan hujan disaat kita sedang berjalan kaki dengan pakaian yang rapi dan tidak ada tempat berteduh. Padahal kita bisa berjaga-jaga dengan membawa payung. Aku rasa cinta juga seperti itu, di saat kita melangkah untuk memperjuangkan perasaan kita, kita harus menyiapkan satu hal yang bisa jadi menjadi persiapan untuk menghadapi hal buruk di depan.
" Wendy, I like you. Would you give me a chance ? "
- - - - -
"Joohyun atau yeoja itu ? "
- - - - -
" Hyun, ini aku, Seungwan. Apa kau meragukanku ? Kita sudah bersama lebih dari sepuluh tahun. Kau meragukanku ? Apa aku pernah meninggalkanmu meski hanya sesaat ? Apa aku pernah mengkhianatimu ? "
- - - - -
" Rasa sayangku padamu masih jauh lebih hebat daripada rasa sakit dan benciku. "
Aku rasa aku tidak bisa berada di dalam situasi ini berlarut-larut, aku harus memutuskannya sekarang, yang jelas sebuah keputusan yang berasal dari diriku, bukan dari orang tuaku maupun rasa tanggung jawab di masa lalu.
// POV End //
Suara keyboard terdengar dari dalam kamar Irene, ia masih tidak ingin pergi ke kantor. Ia yakin jika berita pernikahannya yang gagal itu sudah tersebar dan itu hanya akan merusak moodnya jika berangkat ke kantor.
drrt drrt
Seungwanie : Ayo bertemu malam ini, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu.
Joohyun : Eodi ?
Seungwanie : Aku akan menjemputmu.
Joohyun : Geurae.
Night Day
Hujan deras membasahi kota Seoul malam itu. Wendy dan Irene sedang memperhatikan rintik hujan dari dalam kafe.
" Sepertinya kita akan terjebak disini. "
" Tidak masalah, aku bisa mendengarkan ceritamu hari ini. "
" Apalagi yang harus ku ceritakan padamu ? Kau sudah tahu semuanya. "
Wendy menatap Irene yang duduk di sampingnya sambil tersenyum kecil.
" Bagaimana perasaanmu sekarang ? "
" Perasaanku ? "
" Ne. "
Irene tersenyum kecil, matanya bergerak ke atas jendela mengikuti jatuhnya air hujan.
" Aku bahagia. "
" . . . . "
" Di saat hujan seperti ini, kita bisa berhenti untuk sekedar bercerita dan tertawa lagi. Melupakan semua hal yang memberatkan hari ini. ", Irene menoleh ke Wendy.
" Everyone has a tomorrow, sometimes we can stop like this. "
" Seungwan..."
" Ne ? "
Irene menahan ucapannya dan Wendy mengerti ada keraguan dari dalam diri Irene.
" Apakah kita akan tetap seperti ini sampai akhir nanti ? "
Seperti tak lagi dihujani air, Wendy seperti dihujani beribu mata pisau, dalam waktu yang bersamaan beberapa yeoja mengarah kepada hal yang paling ia hindari.
" Aku sudah kehilangan rasa percaya ku pada orang lain. "
" Aku mengerti itu. "
" Di luar keluargaku, aku hanya percaya padamu. Aku tidak tahu bagaimana jadinya jika kau ikut menghancurkan rasa percayaku. "
Setelah hujan hampir reda, keduanya keluar dari kafe dan berjalan perlahan menuju mobil. Saat Irene akan membuka pintu, ia tersadar Wendy masih berada di belakangnya dan tidak berada di pintu pengemudi.
" Wae ? ", Irene berbalik arah melihat Wendy.
Wendy terdiam sejenak dan hanya menatap Irene.
" Ada sesuatu yang salah ? "
" Hyun. "
" Ne ? "
" Apa kau benar-benar bahagia sekarang ? "
" Mengapa kau tanyakan hal itu ? "
" Aku ingin tahu. "
" Aku bahagia, Seungwan. "
" Seberapa bahagia ? "
" Setidaknya tidak separah kemarin, mungkin 30% ? "
" Bolehkah aku meminta izin ? "
" Mworago ? Izin ? "
" Kau sungguh-sungguh percaya padaku ? "
" Seungwan, jangan membuatku bingung, ada apa sih ? "
" Bae Joohyun, ayo hentikan semua ini dan mulai semuanya dengan hal baru. I want to marry you. "
btw, mau upload sebelah tapi lupa password #yailah #help
KAMU SEDANG MEMBACA
After All
FanfictionMemiliki kerumitan dalam hubungan percintaan dengan pasangan masing-masing, membuat Irene dan Wendy sering terlihat bersama untuk bertukar pikiran. Banyak yang berpikir bahwa keduanya juga memiliki hubungan spesial, namun dengan cepat keduanya memba...