𝐓𝐨𝐅 vi. Wings and Witch

1.3K 263 10
                                    

Bagi Valencia, ada masa ketika kehidupannya berada dalam kekhidmatan yang hebat. Hari-harinya hanya perihal kebahagiaan, tanpa ada rasa khawatir yang mengikuti bagai hantu. Kehidupan abadi sebagai seorang penyihir yang memiliki setitik darah peri tak sekalipun membuatnya bosan. Bahkan, ketika ia harus meringkuk di dalam rumah batu, Valencia baik-baik saja. Hingga Sang Dewa menyentak dirinya dalam suatu fakta mencekik. Bahwa, ada kata yang berdampingan dengan kebahagiaan; kesedihan.

Suatu pagi membangunkannya. Peristiwa berdarah yang tidak akan ia lupakan sepanjang kehidupan abadinya. Kelam yang membuatnya menginjakkan kaki ke luar dari sarang nyaman buatan Taman dan Anna. Dalam perjalanan, ia menemukan secercah cahaya. Cahaya yang datang menuntun langkahnya hingga berakhir di negeri yang sebelumnya hanya dapat dilihatnya di peta keluarga. Suatu negeri nan jauh di sana, yang membuat Valencia jatuh cinta pada pandangan pertama. Negeri seseorang yang selalu mampu membuatnya terkejut tak terkira.

"Terbang?!" Valencia mengalihkan pandangannya dari Alexander yang masih berada sangat dekat dengan dirinya.

Pria itu mengangguk, "benar. Tenang saja aku tidak akan menjatuhkanmu."

"Tidak," Valencia menarik kembali tangannya. Namun, genggaman Alexander begitu kuat hingga tubuh mereka semakin merapat. "Zoya sudah mendandaniku dengan sangat baik, aku tidak mau merusak hasil karyanya."

Alexander mendekap kedua pipi Valencia, memaksa perempuan itu memandangnya, "sudah kubilang kau aman bersamaku," ia membuka pintu kaca di samping jendela. Pintu yang keberadaannya baru diketahui oleh Valencia.

"Kita bisa menggulung di dalam kepompong awan hitammu itu. Bahkan aku sama sekali tidak keberatan untuk berjalan kaki."

"Aku sedang malas berjalan sejauh empat puluh ribu kaki dari sini. Rumah itu berada di puncak bukit yang lebih tinggi dari ini. Selain itu, aku sedang terlalu lelah untuk teleportasi¹. Jangan tanya mengapa aku tidak mau melakukannya, Vale." Alexander memberikan senyuman yang hanya beberapa kali dilihat oleh Valencia semenjak bertemu dengan pria itu.

"Kau itu raja terkuat di seluruh Álfheimr. Aku tahu menggulung awan untuk kita itu mudah bagimu. Lagi pula, bagaimana bisa terbang? Kau bukan Avariel²."

Alexander mundur beberapa langkah dari Valencia, membelakangi pintu di samping jendela kaca. Pria itu mengerling jahil pada gadis itu. Selanjutnya, Valencia dapat melihat sulur-sulur bayangan yang sering berada di tubuh Alexander muncul, serta asap-asap yang membumbung dari balik tubuhnya. Sulur itu membentuk semacam garis-garis yang berkaitan di punggung Alexander, lalu asap hitamnya bergumul menjadi satu di sana. Segalanya tidak berlangsung dengan lambat, namun tidak juga begitu cepat. Sulur bayangan itu membentuk kerangka dan asapnya melingkupinya. Lalu muncullah sesuatu yang lebar dan kokoh di balik punggung Alexander; sebuah sayap. Sayap itu berwarna hitam, membuat Valencia tersentak. Namun, tidak sedikit pun bergeser dari tempatnya berdiri. Wujudnya bukan sayap berbulu seperti burung layaknya yang biasa dimiliki oleh Avariel. Namun, sayap kokoh seperti milik naga.

"Memang bukan. Tapi, bukan hanya Avariel yang bisa terbang," Alexander mengatupkan sayapnya yang semula melebar. Senyumnya berubah menjadi licik.

Valencia mendekat, tangannya terangkat berusaha menyentuh sayap di sisi tubuh pria itu, "bagaimana bisa?"

Pria itu memasukkan tangannya dalam saku celana, arogansi khas Alexander. "Hanya raja Negeri Kegelapan yang memiliki sayap naga. Leluhurku membuat perjanjian dengan mereka. Kami memberikan tempat untuk naga itu hidup, lalu mereka memberikan sayap sebagai imbalan. Setelah ayahku meninggal, kesaktiannya berpindah padaku begitu juga dengan sayap ini."

Valencia kehabisan kata-kata ketika menyadari bahwa pria di hadapannya ini bukanlah peri biasa. Namun, peri yang dianugerahi Sang Dewa dengan kesaktian luar biasa. Perpaduan antara kekuatan, ketampanan, dan karisma.

Throne of Flames (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang