Malam begitu senyap tatkala kesunyian merambah ke dalam kamar Valencia melalui celah-celah pintu. Ruangan itu begitu besar dengan dua kasur yang cukup untuk memuat empat orang. Kandil-kandil lampu hanya beberapa yang menyala, sedangkan jendela di sisi kanan Valencia begitu lebar menyuguhkan pemandangan gunung bebatuan malam. Sesekali naga terbang menembus cahaya bintang-bintang.
Valencia tersentak dari tidurnya manakala dingin menusuk hingga ke rusuk. Matanya mengerjap melihat asap dan sulur-sulur hitam masuk melalui celah pintu dengan membawa udara yang begitu dingin hingga mantra sihir miliknya tak mampu menghangatkan. Ia merapatkan gaun tidur putih gading, rambut hitamnya menari-nari seiring langkah kaki miliknya. Mata perak Valencia berpendar waspada begitu ia bersiap membuka daun pintu.
Tatkala pintu kamarnya terbuka lebar, Valencia dapat melihat asap hitam dan sulur-sulur bayangan memenuhi seluruh ruangan. Di dapur, bar, ruang keluarga, bahkan beberapa di antaranya menembus celah pintu hingga keluar. Penyalaan minim tak lagi berguna, sebab gelap telah berubah menjadi kelam. Tak satu pun cahaya dapat menembusnya.
Valencia tahu dari mana asap dan sulur bayangan itu berasal. Ia menyalakan api ungunya, melangkah menuju kamar Alexander di sebelahnya. Sebelum mengetuk, Valencia menempelkan telinganya ke daun pintu dan yang ia dapatkan adalah kesunyian, kesenyapan.
"Alex?" Valencia memanggil, ia mengetuk sebelum kembali menyerukan nama Alexander dan berujung tidak mendapatkan jawaban dari pria itu.
Maka Valencia membukanya. Ia membesarkan api di tangan dirinya ketika melihat kamar Alexander yang begitu gelap. Lantas Valencia melihatnya, di sana, di atas tempat tidur Alexander bertelanjang dada tertidur dengan sulur dan bayangan yang melingkupi dirinya. Air muka pria itu mengeras. Kemarahan, kesedihan, kemurungan, semua hal yang tidak pernah pria itu tunjukkan tergambar dengan begitu jelas dari sudut pandang Valencia. Raja Negeri Kegelapan sekaligus peri terkuat di Álfheimr yang selalu ditutupi topeng keangkuhan dan kesensualan terlihat begitu rapuh.
Valencia mendekatinya, perlahan tubuhnya mendekat pada seseorang yang terbaring di atas tempat tidur. Peluh menetes membasahi dahi Alexander. Valencia mendudukkan dirinya di samping pria itu, memanggil lembut namanya.
"Alex?" Tak ada jawaban. Kedua alis Alexander bertaut pertanda pria itu mengalami sesuatu yang buruk di dalam tidurnya. Lantas Valencia nyentuh rahang pria itu. Namun sebelum tangan Valencia benar-benar menyentuhnya, Alexander terlebih dahulu mencekalnya.
Valencia tahu pria itu sama kagetnya dengan dirinya tatkala mata pria itu menajam menembus gelap yang memisahkan mereka, "Vale," Alexander meregangkan genggamannya manakala menyadari bahwa ia memperlakukan Valencia dengan begitu keras, "maaf membangunkanmu."
Valencia mengamati Alexander yang menyugar rambutnya tak lebih dari satu tarikan napas. Perempuan itu menuangkan air pada gelas yang tersedia di nakas samping tempat tidur. Ketika ia hendak mengangsurkannya, Alexander telah bangkit, bersandar pada kepala tempat tidur.
Pria itu menerima air yang diberikan Valencia, menenggaknya beberapa kali sebelum memberikan gelas kembali pada perempuan itu. Valencia merasakan betapa sulur dan asap berangsur hilang sejalan dengan kelegaan yang tergambar pada air muka pria itu.
Lantas Valencia melihatnya, tato pada kedua pundak yang merambat hingga dada milik pria itu. Membuat Alexander terlihat rapuh dan ganas pada satu waktu bersamaan. Karisma miliknya sekalipun tak memudar.
"Aku tak akan bertanya tentang mimpimu. Namun, apa pun yang kau lihat dalam tidurmu, jangan terlalu memusingkannya. Aku di sini bersamamu," Valencia menatap mata Alexander. Perempuan itu duduk di ranjang pria itu, saling berhadapan.
"Ya, aku tak akan memusingkannya sebab kau berada di sini bersamaku," Alexander berujar lirih. Tatkala melihat perhatian Valencia yang tertuju pada tatonya, pria itu menarik kedua ujung bibirnya. Bukan senyuman sensual atau menggoda, bukan senyuman nakal yang biasa tersungging, hanya senyum. Senyum yang abu-abu namun sarat akan makna. Valencia seperti menemukan sosok Alexander yang baru. Sosok yang tidak akan ia temui ketika mereda berhadapan lebih dari berdua. Alexander yang tersembunyi, Alexander yang begitu rapuh dan Valencia melihat sisi itu. Tanpa sekalipun pria itu berusaha menyembunyikannya atau memasang segala bentuk topeng untuk menghindari tatapan kesedihan Valencia. Pria itu membiarkan Valencia bebas melihat dan masuk ke dalam dirinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Throne of Flames (Tamat)
FantasyValencia adalah seorang penyihir yang mengabiskan hidupnya dengan bersembunyi. Pada suatu pagi Ia terbangun dengan keadaan seluruh keluarganya mati karena dibunuh oleh Artemis; Ratu Negeri Vallahan yang berambisi menguasai seluruh pulau di Álfheimr...